Prolog

122K 11.6K 1.5K
                                    


Haylie membuka lebar mulutnya, memasukkan burger dan menggigit dengan salad mayones hampir keluar dari roti. Gadis berperawakan mungil tersebut mengunyahnya, membuat pipi bulatnya makin kelihatan penuh dan seakan ingin tumpah.

Hanindra Binsetyo, atau biasa disapa Hanbin (agar tak tertukar dengan si cantik Hanindya di kelas), yang duduk di depan gadis itu tenganga-nganga menatap gadis ini tak percaya.

"Itu lo masih bisah ngunyah tuh sepenuh itu?" tanyanya menyeletuk.

Haylie mengangkat sebelah alis, santai saja dengan tak peduli.

Jane di sampingnya hanya menoleh sekilas, tapi sudah merasa biasa dan dengan anggun memotong-motong burger lebih kecil. Sementara Yoyo masih sibuk dengan hape ingin memotret burger dan salad yang sedang cantik-cantiknya.

"Denger ya, gue butuh energi karena gue bakal mulai sibuk ngurusin festival Pensi nanti," kata Haylie setengah menelan kunyahannya.

"Elo bintang utama, kan?" tanya Jane memastikan.

Haylie mengangguk, kembali menggigit burger dengan lahapan besar. Siapa yang duga cewek mungil satu ini adalah penyanyi dengan dua album sukses?

"Heran. Banyak makan tapi nggak tumbuh-tumbuh juga," celetuk Hanbin lagi. Pasalnya, gadis dengan tinggi 149cm ini lebih terlihat seperti anak SD ketimbang murid kelas dua SMA.

"Sama kayak lo. Banyak makan tapi otak lo nggak berkembang juga," balas Haylie tak mau kalah.

Hanbin langsung tertawa keras, dan berikutnya menatap gadis itu garang. Sementara Haylie menjulingkan mata bundarnya tak peduli, lalu kembali menghabiskan burger di kedua tangan mungilnya.

"Woi, Bin!"

Sebuah suara membuat mereka menoleh. Walau Haylie lagi sibuk-sibuknya menyedot daun salad yang hampir jatuh dari mulutnya.

"Masih di sini lagi. Futsal sana," omel pemuda jangkung itu mendekat.

"Sabar atuh, Jel. Lagi isi tenaga euy," jawab Hanbin beralasan.

Cowok bernama Angelo Bastian tersebut hanya mencibir, sok tak percaya. Ia melirik, kemudian menoleh sepenuhnya. "Hay," sapanya memandang gadis itu yang sibuk makan.

Haylie awalnya tak sadar. Pasalnya, memang beberapa kali ia kepedean jika ada yang mengucap 'Hay'.

"Sabar Jel, burger lebih penting ketimbang lo," celetuk Yoyo yang asik mengedit poto.

"Li, itu mah disapa," tegur Jane menyenggol pelan Haylie.

Haylie mendongak, melebarkan mata melihat sosok teman SMPnya itu. "Eh? Gue? Oy," katanya singkat, tak peduli banyak dan kembali sibuk mengunyah dengan pipi penuh.

Jelo memandang gadis itu dengan mata berbinar. Entah kenapa menikmati permandangan ketika Haylie sama sekali tak jaim begini.

"Ayo, Mas," celetuk Hanbin berdiri setelah menyedot minumannya sesaat. "Yo, bayarin ya. Entar gue ganti."

Yoyo terkekeh sinis, "hm. Diganti pas lo punya cucu entar," sindirnya pelan.

Hanbin hanya meringis, kemudian berjalan lebih dulu. Jelo memandang Haylie sekali lagi, sebelum berbalik mengekori Hanbin yang keluar dari kafetaria.

Beberapa detik kemudian, Jane dan Yoyo segera mendekat pada Haylie membuat gadis itu tersedak kecil karena kaget.

"Li, please ya. Sampai kapan kayak gitu? Cuek amat. Jutek amat," tegur Jane mengomeli.

"Gue sebagai sesama lelaki merasa ikut pedih ngeliat Jelo dicuekin mulu," timpal Yoyo dengan gaya dramatis.

Haylie mendelik, "apa sih? Sinting," katanya masa bodoh.

2A3: Re-Hi ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang