Memenangkan lomba

15 5 0
                                    

"Ehem... Kenapa loe diem sambil liatin gue gitu?" pertanyaan Kevin membuyarkan lamunan Fira. Dengan cepat gadis itu mengalihkan perhatiannya. Disambarnya tas rangsel yang tersebunyi di balik laci meja, baru kemudian berbalik pergi. Siap untuk berlalu. Ia masih heran sekaligus tidak tau kenapa, yang jelas jantungnya masih berdebar tak beraturan. Ini luar biasa.

"Tunggu dulu, loe marah?"

Bukannya menjawab, Fira melirik tangannya. Baru kemudian beralih kearah wajah Kevin. Pria itu terlihat salah tingkah. Sambil mencoba tersenyum ia menarik kembali tanganya. Tadi itu gerak refleks. Melihat Fira akan pergi tangannya secara otomatis menyambar tangan gadis itu.

"Sory..."

"Gue nggak marah. Gue cuma mau ke UKS. Kalau gue tetep disini, terus ada yang liat. Entar di kira gue bohong lagi," kata Fira. "Lagian secara teknis, sebenernya gue nggak beneran bohong kok," selesai berkata Fira cepat cepat berlalu. Begitu keluar ia menyentuh dada kirinya. Detakannya masih belum normal, bahkan kini ia juga merasa agak kesulitan bernapas. Astaga ada apa dengan dirinya. Kemudian bergegas ia menuju kearah UKS. Cuma masalahnya UKS itu sebelah mana ya? Gadis itu menatap kesegala arah dengan bingung. Sekolahnya selain luas, gedungnya juga tingkat 3. Untuk kelas dua khusus di lantai 2 sementara kelas 3 di lantai paling atas. Kelas satu di lantai bawah. Tapi tetep, ia tidak bisa menebak, UKS di sebelah mana.

"UKS di lantai dua. Loe jalan aja terus kedepan sampai ke ujung, terus loe belok kiri. Pertama loe akan liat laboratorium, tiga pintu dari situ UKS. Pas ruangan yang menghadap ke lapangan."

Releks Fira berbalik. Kevin kini berdiri tepat di hadapanya. Sedang menatapnya sambil tersenyum simpul. Setelah itu ia langsung berbalik kearah berlawanan dan turun kebawah.

Fira masih berdiri terpaku di tempat semula. Bahkan ketika Kevin sudah hilang dari pandangan. Oh iya, ada yang lupa ia ceritakan. Dari dulu, Fira sangat suka melihat cowok yang menyisir rambutnya berdiri gitu. Persis seperti model rambut Ret. Terkesan cool, keren lah pokoknya.

Tapi ngomong - ngomong, bukan karena itu ia lantas suka sama Kevin kan? Oh ayolah, ini baru dua hari. Tak ingin terlalu memikirkannya, Fira segera melangkah ke tempat yang di tunjuk.

Tiba di UKS, Fira mengamati sekeliling. Sepi. Bahkan yang menjaga hanya seorang cewek sendirian. Sepertinya itu juga kakak kelasnya. Setelah sedikit berbasa basi menjelaskan kondisi dirinya, Fira minta izin untuk istirahat di salah satu ruangan di bagian sudut. Tempat yang tepat di dekat jendela. Kevin benar, ruangan itu tepat menghadap lapangan. Dari sini ia bisa dengan leluasa mengawasi teman - temannya.

Lama Fira terdiam sambil mengamati teman - temannya. Ada yang bersorak. Ada yang teriak teriak. Yang jelas terlihat seru, tanpa sadar gadis itu tersenyum. Setelah terlebih dahulu menghela nafas, ia bangkit berdiri. Menutup tirai di hadapannya baru kemudian membuka riselting tas yang ia bawa. Secara berlahan di keluarkannya notebok dari sana dan segera menyalakannya. Benda itu memang selalu ia bawa. Alasannya simple. Ia sangat gemar menulis. Tepatnya menulis cerita. Walau tidak pernah di bukukan dan palingan di posting di blog pribadinya. Tetap saja ia suka. Setelah menyambungkan modem, ia mulai sigin ke akun blogger dengan nama penanya. Nama yang ia yakin tidak di ketahui oleh teman - temannya. Tidak teman - teman yang dulu, tidak juga yang sekarang. Dalam diam tangannya mulai menari di atas keyboard.

Tak sadar waktu terus berlalu. Fira melirik jam yang tertera di sudut notebooknya. Jam olah raga hampir selesai bertepatan dengan selesainya kisah yang ia karang barusan. Setelah mengklik 'publis' gadis itu mematikan notebooknya, dan segera kembali kekelas.

"Jadi gimana tadi? Kelas kita menang?" tanya Fira kearah Arina yang baru muncul kekelasnya. Gadis itu terlihat lelah, bahkan teman - temannya yang lain juga. Tapi tetap, wajahnya terlihat sumringah.

"Iya donk. Akhirnya kelas kita menang. Seru banget tadi. Akh, elo pake sakit segala. Sayang banget jadi nggak bisa ikutan," terang Arina bersemangat. Fira hanya mampu melemparkan senyum minta maaf. Terlebih gurunya kini sudah ada di depan kelas. Siap untuk memulai pelajaran selanjutnya.

You are Beautiful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang