Dari jauh

11 6 0
                                    

Perpustakaan....

Belakangan ini Fira sering menjadikan tempat itu sebagai zona nyaman bagi dirinya. Setelah mengambil beberapa buku di atas rak, gadis itu akan segera duduk di jendela sebelah sudut ruangan. Tempat paling Pewe yang ia suka. Karena di sana, ia akan terbebas dari ganguan anak anak yang keluar masuk perpustakaan. Karena di sana ia bisa merasakan hembusan angin langsung dari luar jendela. Yang paling penting, dari sana ia bisa melihat langsung bangku taman sekolah. Dimana tepat di bawah pohon jambu, ia melihat Kevin duduk disana. Dengan headset dikedua telinganya dan sebuah buku di tangan. Tak jarang buku itu di gunakan untuk menutupi wajahnya. Fira sering menebak, mungkinkah pria itu sedang tidur. Namun di lain waktu, Kevin kadang benar - benar membacanya.

Setelah mengamati sekeliling terlebih dahulu, Irma meletakan semua buku yang di ambilnya dari rak ketas meja. Dengan berlahan dikeluarkannya notebook dari dalam tas ranselnya. Sambil sesekali melirik kearah Kevin yang sama sekali tidak menyadari ada yang diam diam mengawasinya. Gadis itu mulai mengetik.

"Fira, ternyata loe disini."

Karena kaget, secara refleks Fira menutup notebook tanpa mematikannya sama sekali. Bahkan sepertinya ia juga lupa untuk meng'save' cerita yang di ketiknya barusan. Jantungnya berdebar cepat karena tiba - tiba di sapa. Arina dan Vindi kini berdiri tepat di hadapannya dengan raut cemberut.

"Tau nggak sih. Sedari tadi kita cariin. Secara belakangan ini, pas istirahat loe sering tiba - tiba ngilang. Kita cari kemana mana nggak ada. Eh ternyata loe di perpus dan loe...... Loe bawa notebook?" kata Arina panjang lebar yang di akhir dengan rasa heran. Gadis itu baru menyadari kalau sahabatnya bukan sedang membaca.

"Eh, emp...Iya," angguk Fira agak tergagap.

"Buat apaan? Jangan bilang loe asik Twiterran ya?" tuding Vindi langsung.

"Ya enggak lah," dengan cepat Fira membantah. Lagian kalau hanya untuk Twiterran ngapain ia pake notebook segala. Ngabisin paket internet aja. Mendingan juga pake handphone kalau gitu.

"Terus loe ngapain?" selidik Arina lagi.

"Nggak ada. Cuma iseng searching doank. Oh ya, kalian ngapain nyariin gue? Kayaknya penting gitu?" tanya Fira mencoba mengalihkan topik.

"Oh itu. Nggak penting - penting kali si. Cuma ngajak ngumpul bareng aja," kata Vindi.

Fira mengernyit sambil menatap kedua sahabatnya dengan curiga. Tapi Arina dan Vindi hanya angkat bahu.

"Udah yuk, kita keluar. Ntar di marahin bersisik disini, terus juga ntar jam istirahat abis. Lagian loe juga cuma iseng doank kan disini? Dari pada iseng juga mendingan ngumpul sama kita."

Kali ini Fira mengangguk. Dibukanya notebooknya sejenak. Lampu indikatornya masih menyala walau layarnya tidak menunjukan gambar sama sekali. Tanda bahwa laptopnya masih hidup. Namun Irma tak mau repot men'Shut down terlebih dahulu, tangan terulur menekan tombol power dah menahanya untuk beberapa detik hingga lampu indikatornya mati. Setelah itu ia baru memasukanya kedalam tas dan segera mengajak kedua sahabatnya keluar.

Dari perpustakaan, langkah Vindi dan Arina berbelok kearah taman sekolahnya. Mata Fira langsung menatap nyalang kesana sini. Perhatiannya terhenti kearah pohon jambu yang beberapa waktu yang lalu menjadi objek perhatianya. Tapi tempat itu kosong, sama sekali tidak terlihat Kavin yang tadi duduk disana. Membuat Fira menduga - duga kemana perginya anak itu.

"Kemana aja loe Fira, kok beberapa waktu ini jarang keliatan?"

Fira menoleh. Dan gadis itu baru menyadari kalau Yuni dan Bella juga ada disana. Keduanya kini sedang duduk santai di atas rumput di bawah pohon dengan beberapa snack yang terhidang di hadapanya. Vindi dan Arina segera menghampiri, tanpa permisi tangannya menyambar keripik singkong di hadapan dan mulai mengunyah.

You are Beautiful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang