Bad News (2)

7.1K 420 59
                                    

Maafkan aku yang kemaren tlah khilaf curcol yak hehe

Terimakasih loh atas perhatian kalian kemarin, semoga perhatian kalian gak palsu kayak dia #lohh hehe

Silahkan Menikmati...

~~~~~~~~~~~

Tiba-tiba suster Zeeva pun datang.

"Maaf dok, persediaan stok darah dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darah pasien sedang kosong, dok."

Ucapan suster Zeeva kali ini benar-benar membuat suasana semakin panik.

"Saya ibunya, sus. Saya memiliki golongan darah yang sama dengan anak saya," ucap Naifa sambil memegang bahu suster Zeeva.

"Baiklah bu, mari ikut saya!" ajak suster Zeeva yang terus diikuti oleh Naifa.

Keduanya pun menuju ruang periksa. Naifa begitu yakin ia memiliki golongan darah yang sama dengan anaknya. Ia juga sangat menginginkan untuk bisa mendonorkan darahnya.

"Baiklah kalau begitu, kami permisi ya dokter Irfan, mari pak," ucap dokter Fajar diikuti dokter Yusuf yang ikut meninggalkan ruang UGD.

Setelah hanya tersisa Irfan dan Farhan, mereka pun mencoba menengok keadaan Sera.

Seburuk apapun keadaannya, Farhan berhak tau tentang kondisi sebenarnya dari anaknya.

"Kamu udah liat kondisi kakakmu?" tanya Farhan.

Irfan hanya menggeleng, "Aku baru liat saat tadi masih ditangani, pah."

"Yuk, temani papah ke dalam!" ajak Farhan.

"Papah aja deh, aku takut liat darahnya," ucap Irfan sambil menangkupkan wajahnya.

"Dokter kok takut darah? malu-maluin aja kamu tuh!"

"Kalau darahnya orang lain aku gak takut, pah. Tapi kan ini... hmmm papah aja deh!"

Mungkin untuk menangani pasien dengan luka parah sekali pun, Irfan mampu mengobatinya. Namun, jika yang harus ia lihat saat ini adalah kakaknya sendiri, ia tak yakin akan mampu.

Masih terbayang dengan jelas, sosok seorang kakak yang kemarin malam masih mengganggu dengan suara bawelnya.

Suara bawel yang seakan terus menuntut untuk bisa diperhatikan oleh adiknya, kini terngiang di kepala Irfan.

Tak ingin berlarut, tapi air itu terus membendung, seakan memaksa untuk keluar dengan jumlah debit yang sangat banyak.

Didepan orangtuanya, Irfan mencoba terus mengatur deru nafasnya. Menetralkan detak jantungnya agar tak terlihat sedang menahan sesuatu.

"Kakakmu pasti baik-baik aja, Fan!" seru Farhan menepuk pelan pundak Irfan.

Sebagai seorang lelaki, Irfan pasti akan selalu dituntut untuk selalu tegar. Dapat berdiri sendiri agar tak semakin banyak membebankan orang lain di sekitarnya.

Tapi saat ini, ketegaran itu seakan runtuh. Wanita kedua yang ia cintai setelah ibunya itu telah membuatnya terpuruk.

Memang baru kali ini Irfan jatuh sejatuh-jatuhnya dalam hidup.

Karena sejak dulu, Sera yang selalu hadir untuk memberikan semangat padanya. Meskipun tak jarang semangat itu sering ia abaikan.

Tak lama kemudian, Naifa pun datang tergesa-gesa dengan wajah yang sangat sedih.

"Mamah, gimana udah selesai?" tanya Farhan yang melihat istrinya berjalan menghampirinya.

"Pah, mamah gak bisa donorin darah mamah buat Sera hiks.. hiks.. hiks.." ucap Naifa sambil menangis di pelukan Farhan.

Cinta High Class (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang