Ansen Building

3.3K 185 23
                                    

Konnichiwa minna san.... holla pms aku udah kelar kok :D :D

Sumimasen, telah meluapkan emosi alay, maklum dapet undangan rapat kayak gitu jadi langsung meletus deh hhuuuuhhhh

Di mulmed nya, nyang punya gedung nyilih sedelat yooo wkwk

Selamat Menikmati.........

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" tanya Evan bersemangat.

Meski tak ada satu pun tanda-tanda aneh yang dialami oleh sang istri, tapi sanubarinya terus yakin bahwa ia akan berganti status.

"Alhamdulillah keadaan bu Sera baik-baik saja. Untuk pak Evan, selamat ya pak, sebentar lagi bapak akan menjadi seorang ayah," ucap dokter Rekha tersenyum.

Keduanya pun merekahkan senyuman terbaik sambil saling tatap. Saat ini tak ada rasa bahagia melebihi ini bagi mereka.

Penantian mereka selama ini sangat berharga dan berbuah manis. Akhirnya senyuman pun terukir tanpa takut lagi dengan ancaman yang selalu menghantui.

"Alhamdulillah.... istri saya beneran hamil, dok? tapi kok gak ada tanda-tandanya ya, dok?" tanya Evan antusias.

"Pasti ada, cuma saja terkadang kalian yang tidak menyadarinya. Itu hal biasa terjadi pada pasangan muda seperti kalian."

"Aku hamil, mas? di rahim ini ada anak aku, mas?" Evan mengangguk bahagia, "alhamdulillah aku punya anak, mas."

Rasa bahagia pun tak luput dari raut wajah mereka. Setidaknya saat ini senyumannya tak perlu diiringi rasa takut.

Kepergiannya secara mendadak saat itu, membuat mereka menjadi orangtua yang sangat antusias akan kedatangannya kembali.

"Iya sayang.... alhamdulillah Allah mengizinkan kita untuk menjaga amanahnya lagi," ucap Evan mengecup lembut kening sang istri.

"Usia kandungan ibu Sera saat ini sudah menginjak 12 minggu. Kondisi yang masih rentan untuk kandungan. Saya harap ibu Sera untuk menghentikan aktivitasnya yang terlalu berat. Agar kondisi janin tetap sehat dan stabil."

Dokter itu terus memberikan nasihat pada Sera. Keduanya pun saling memahami setiap kalimat yang terucap oleh sang dokter.

Anugerah sang Kuasa kini tlah kembali menghampirinya. Dan kali ini mereka tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya.

***

Tok... tok... tok...

Pintu utama rumah itu pun diketuk cukup keras. Namun tak ada niat sedikit pun untuk sang pemilik rumah membukakan pintu itu.

"Sya... Cresyaa.... itu pintu bawah ada yang ngetuk. Pembantu kamu kayaknya lagi keluar deh. Mau aku yang bukain?" tanya Varissa, sahabat Cresya yang kini tengah menemani Cresya di kamarnya.

"Jangan, Ca. Biarin aja ampe dia pergi, jangan dibukain! aku gak mau ketemu dia lagi," ucapnya melemah.

Dari balik jendela kamarnya, Cresya terus mengamati sosok laki-laki itu. Irfan, seorang dokter muda yang pernah menemani hari-hari buruknya di rumah sakit, kini malah mengunjungi kediamannya.

Untuk apa? Cresya semakin tak ingin membuat Irfan berharap banyak padanya. Ia tak mau menyakiti hati Irfan lebih dalam lagi.

"Emang siapa sih tamu itu? laki-laki yang berharap sama kamu juga?" tanya Varissa yang lebih akrab dipanggil Ica.

"Iya, Ica. Tolong ya kamu temui dia, bilang aja kalo aku lagi istirahat. Dan tolong paksa dia untuk gak kesini lagi," ucap Cresya memohon.

"Kasian banget tuh cowok kalo diusir. Tapi kalo ganteng, buat aku aja ya, Sya?" tanya Ica menggebu-gebu.

Cinta High Class (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang