2. Curahan Hati Colongan

11.3K 642 51
                                    

"Aaaaaaaaaaaa"

Sera berteriak dengan sekuat tenaganya di dalam mobil.

Namun sepertinya hal ini sangat mengganggu bagi Gita. Ia yang sangat merasa risih dengan tingkah laku bos nya itu hanya bisa menutup telinganya dengan sangat erat dan sesekali tersenyum kecil.

"Mbak udah dong! Berisik tau..."

Gita memang sudah seperti sahabat bagi Sera. Ia jauh lebih tau apapun tentang Sera. Termasuk kebiasaan Sera yang ketika sudah merasa kesal seperti ini.

Ia sudah bekerja dengan Sera sekitar 2 tahun. Namun kedekatan mereka sudah seperti kawan akrab yang berteman selama bertahun-tahun.

"Huhuhuhu Gita... Kenapa manusia aneh seperti itu harus menjadi anak dari pak Agung? Pak Agung orang yang ramah dan terhormat gitu kok bisa punya anak kaya gitu ya?"

Tak habis-habisnya Sera menggerutu sambil menyenderkan kepalanya pada stir mobil.

"Tuan Evan, namanya mbak."

"Siapapun itu! Aku bete lah Git! Kamu yang bawa mobil ya!" rayu Sera sambil mengeluarkan senyumannya agar Gita mau menggantikannya membawa mobil.

Di dalam perjalanan pikiran Sera benar-benar mati. Biasanya ia selalu mendapatkan berbagai inspirasi, namun tidak untuk kali ini.

Pikirannya penuh dengan manusia aneh itu. Ahh ya lupa, namanya Evan. Atau siapapun itu. Sikap ketidaksopanan membuat Sera berpikir mengapa ia harus bertemu makhluk seperti itu.

Bisa-bisanya pak Agung memiliki anak laki-laki yang super seperti itu. Ya super! Super aneh!

"Sera pulang......!"

Seru Sera saat membuka pintu rumahnya. Menggema suaranya di seluruh sudut ruang.

Membuat semua orang yang ada di ruang tamu seketika menoleh. Untuk melihat siapa gerangan yang hadir dan mendatangkan suara yang cukup bising.

"Ucap salam Sera !" seru Farhan, ayah Sera.

"Assalammualaikum mah, pah..." ucap Sera sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Kamu kusut banget mukanya? Lagi ada masalah di kantor?" tanya Naifa, ibunda Sera.

"Gak kok mah! Aku kecapean aja kok, aku ke kamar dulu ya!"

Melihat putri kesayangannya berjalan dengan sangat lunglai menuju kamarnya, Farhan dan Naifa hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Anakmu tuh pah! Kalau ada masalah pasti dipendam sendiri!"

Sera memang tipe wanita yang selalu sanggup menyembunyikan segala rasa kesal dari masalahnya di dalam hatinya sendiri.

Ia lebih tidak mau melihat orang-orang sekitarnya mengkhawatirkan keberadaannya.

Kecuali dengan Gita, asisten pribadinya itu.

Karena menurutnya, hati kedua orang tuanya terlalu istimewa untuk bisa disakiti. Jadi ia lebih memilih untuk memendam dan berbohong bahwa ia baik-baik saja.

Bruukkk...

Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Tempat ternyaman menurut pribadinya. Sekaligus tempat yang mungkin jarang dikunjunginya.

"Mimpi apa aku semalam bisa melewati hari yang indah ini dengan rasa kesal yang menghinggapi perasaanku."

Sera memang lebih suka menggerutu sendiri di dalam kamarnya. Hingga selalu ada saja orang yang tib-tiba masuk ke dalam kamarnya untuk menghentikan aksi tak wajarnya itu.

Cinta High Class (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang