(PRIVATE) (SUDAH TERBIT)
Menikah dengan orang yang tidak aku cintai? Bagaimana bisa?
Apalagi dia terlihat seperti laki-laki yang dingin dan cuek. Aku bukan wanita yang berani memulai duluan.
#Anindya Seravina Atmaja
Kamu bukan tidak mencintaiku, tap...
Gambar multimedia diatas itu ilustrasi dari kejutan yang diberikan mas Evan
Wahhh.... kejutan apa ya?
Happy Reading :) :)
~~~~~~
-Jika sekiranya kamu tak mampu untuk membahagiakannya, setidaknya berusahalah untuk tidak menyakiti perasaannya-
Tokk... tokk... tok...
Tak lama kemudian, orang yang ditunggu pun datang.
"Masuk!"
"Permisi pak, pak Evan memanggil kami?" ucap salah satu dari mereka.
"Duduk! Kalian tau kenapa kalian saya panggil! Kalian tau apa kesalahan kalian!" seru Evan dengan nada rendah namun tajam.
Mereka berdua pun seketika tertunduk. Tak ada yang berani menatap sang atasan yang sedang marah besar.
"Kalau saya tanya tuh dijawab!" seru Evan. Kali ini dengan nada yang cukup tinggi.
"Maaf pak, kami tidak tau," ujar pak Angga.
"Pak Angga, bapak itu saya pilih untuk menjadi kepala gudang, karena saya yakin bapak tidak akan ceroboh akan bahan-bahan makanan yang sudah habis. Tapi ini kenapa bisa sampai kecolongan pak!" seru Evan.
Kedua kepala bagian yang berbeda itu sama sekali tak berani menatap Evan. Wajah penuh amarah itu kian menatap mereka tajam. Seakan ingin membunuh mereka saat itu juga.
"Maaf pak, baru tadi pagi bumbu tersebut habis dari persediaan pak. Kami sudah menghubungi pihak supplier untuk mengirimkan stok bahan tersebut pak."
"Kapan kamu menghubungi pihak supplier tersebut?" tanya Evan melipatkan tangan di dadanya.
"Tadi pagi pak."
"Tadi pagi? jadi setelah kamu tau stok bahan habis, kamu baru menghubungi pihak supplier?" tanya Evan mengeratkan rahangnya.
Mendengar suara Evan yang semakin tinggi, pak Angga pun semakin tak berani menatapnya.
Ia hanya bisa berani menjawab dengan sebuah anggukan, tanpa menoleh sedikit pun pada atasannya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Maafkan aku sayang, aku telah menorehkan kekecewaan di wajahmu. Aku akan cari cara agar bisa melukiskan senyuman itu lagi.' Batin Evan.Kali ini sang atasan benar-benar dibuat naik darah terus menerus. Tak ingin kadar tekanan darah tingginya kambuh, akhirnya Evan 'mengusir' kedua karyawan itu dari ruangannya.
Ia mencoba merenung. Memikirkan apa rencana yang akan ia buat untuk bisa melukiskan senyuman manis itu lagi di wajah sang gadis.
Namun, tiba-tiba ada pesan broadcast yang langsung membuat senyuman Evan melebar. Pesan broadcast itu berisi: