Karen sudah tiba di rumah Roby pagi-pagi sekali. Ia ingin segera tahu kabar mengenai hasil audisi kemarin. Roby sengaja tidak memberitahu kasilnya karena ia ingin membuat Karen penasaran. Tak lama Roby keluar dari rumahnya sambil mengeringkan rambut mengenakan handuk yang tertempel di lehernya.
“Bagaimana audisinya?” tanya Karen antusias.
“Coba tebak.” Roby sengaja memasang muka sedih.
Karen nampak iba melihat ekspresi wajah Roby. “Kau tidak lolos?” Karen mendekati Roby dan memegang lengannya. “Tidak apa, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.”
Roby menatap wajah Karen. Ada sesuatu yang menggelitik dirinya. “Kau sok tahu,” Roby mencubit pipi Karen yang nampak sedang memasang wajah bersedih, ia tertawa.
“Jadi, kau lolos?” tanya Karen penasaran. Matanya berbinar. Roby mengangguk.
“Kenapa kau tidak membalas pesan terakhirku?” tanya Karen yang kali ini merasa dipermainkan oleh Roby.
Roby memainkan alisnya, seuntai senyum tergambar di sketsa wajah Roby yang kali ini terlihat tirus dan terlihat maskulin. “Aku sengaja tidak memberitahukanmu dulu.”
Mata Karen menyipit, bibirnya tersungging. “Jahat” Karen berlagak marah.
Rambut Karen kembali di belainya. “Maaf, tadinya aku akan memberikan kejutan padamu.” Sebuah senyum yang keluar dari bibir Roby. Karen menyukai senyum itu. Ia merasa senyum Roby adalah senyuman terindah yang pernah ia lihat. Mungkin karena efek cinta sehingga ia beranggapan senyum Robylah yang paling indah.
Sesaat Karen terpana akan ketampanan Roby yang kali ini jelas terlihat nyata. Siapapun tak dapat membantah kalau Roby memanglah tampan. “Sudahlah, aku hanya bercanda, ayo kita berangkat.”
“Tunggu,” Roby mencegah Karen untuk pergi. Karen menatap lekat wajah Roby yang berbeda. Roby diam setelahnya. Karen kembali duduk.
“Aku akan di karantina,” kata Roby sedikit memelankan suaranya.
“Maksudmu?”
Tatapan Roby kali ini terlihat berbeda, ia cemas. “Karena aku telah lolos,” Roby tak berani menatap wajah Karen. Ia menunduk, “jadi aku harus di karantina.”
Senyum Karen mengembang. Ia mengangguk. “Tidak apa-apa, berapa hari?”
Roby kembali menatap Karen, matanya sayu. “Satu bulan.”
Mendadak Karen terdiam, ia bingung apa yang mesti ia ucapkan. Hatinya berat untuk berpisah dengan Roby, namun di satu sisi ini adalah cita-cita yang ia dukung sepenuh hati. Karen menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. “Tak apa, aku akan menunggumu,” kata Karen dengan suara lembut. Ia memegang tangan Roby dan memberikan senyuman termanisnya. Walaupun ia tahu hati berat.
Roby menatap Karen sendu. “Aku tahu kau ada sedih.”
“Mau bagaimana lagi, ini sudah hampir usai. Tinggal beberapa langkah lagi maka cita-citamu akan menjadi kenyataan.” Karen mencoba tersenyum riang. “Aku tidak mungkin melarangmu, karena dulu akulah yang mendukungmu seratus persen. Aku tidak ingin egois dengan memikirkan perasaanku saja. Satu bulan bukanlah waktu yang lama.”
“Aku berat tanpamu, aku berat meninggalkan mamah, aku berat meninggalkan sekolah,” kata Roby lirih.
“Ini masih semester ganjil, kau tidak akan ketinggalan sekolah. Kau hanya perlu izin kepihak sekolah untuk tidak masuk sekolah selama satu bulan saja. Lagi pula kau adalah siswa kebanggaan sekolah, dengan kau mengikuti kompetisi ini kau akan semakin menjadi kembanggaan sekolah,” tutur Karen meyakinkan. “Kalo urusan tante, kan, ada aku? Dia sudah aku anggap sebagai orang tua kandungku sendiri.”
“Apakah aku kebanggaanmu?” tanya Roby.
Karen mengelus rambut Roby. “Jenius, kau akan selalu menjadi kebanggaanku, kapanpun!”
Roby menatap Karen, lama “Terima kasih.”***
Setelah meminta surat izin kepihak sekolah, akhirnya hari keberangkatan Roby tiba. Koper sudah dirapihkan. Karen memegang tangan Roby erat.
“Sudah saatnya aku pergi,” suara Roby lirih.
Karen nampak tersenyum. Ia tidak ingin terlihat berat ditinggalkan oleh Roby. “Jaga dirimu baik-baik,” ujar Karen.
Roby mencuim kening Karen. Ini adalah kali pertama Roby mencium kening Karen.“Aku akan merindukanmu.”
Mata karen berkaca-kaca. Ia sebisa mungkin untuk tidak mendatuhkan air matanya. “Aku juga.” Akhirnya dinding pertahanan Karen jebol, ia tak kuasa menahan air matanya.
Karen melepas genggamannya. Roby masuk kedalam mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/95310608-288-k509625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Model Berkisah
RomansaKetika kesetiaan dengan cita-cita saling berbenturan. Ketika cinta dan godaan saling berpandangan. Ketika pilihan harus di tetapkan. Ketika harus menerima kenyataan. Ketika keterpurukan melumpuhkan semangat hidup. Hanya kau yang mampu menjalaninya...