Malam semakin larut, udara AC ditambah dinginnya malam membuat Aisyah menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai leher, gadis itu kembali tenang dan hening. Hanya terdengar dentuman jarum jam yang sedikit menyelinap masuk ke keheningan.
Aisyah menghela nafas halus, takut orang yang saat ini berjarak beberapa meter dihadapannya terbangun. Beberapa detik yang lalu, matanya tak bisa tertutup kembali setelah teringat sekelibat bayangannya tentang Raka yang saat ini tidur di kamarnya, lebih tepatnya di sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya.
Aisyah sedikit kesal, kenapa disaat seperti ini matanya tak bisa tertutup, padahal besok tugasnya untuk piket sekolah, jadi mau tidak mau harus berangkat cukup pagi.Aisyah tersenyum perlahan, jantungnya pun mulai berdetak cepat, seketika detik-detik dimana Raka tertidur adalah waktu berharga bagi Aisyah, Raka yang selama ini ia cintai dan pastinya yang Aisyah tatap dari jauh ataupun tanpa Raka mengetahui bahwa sepasang mata Aisyah selalu menatapnya Indah.
Tapi disisi lain, Aisyah hancur menyadari bahwa Raka mungkin saja tak pernah menyadari perasaanya, berapa lama Aisyah harus Cinta dalam diam, cewek itu semakin merasakan jantungnya ditikam kejam dan berdarah.
"Terus bagaimana, apa gue harus diam? Sampai kapan? "Rintih Aisyah pelan dan tak disangka air matanya jatuh membasahi bantal empuknya.
Lampu kuning yang bersinar dipojok ruangan seketika menjadi saksi bisu atas senyuman Aisyah, rintihan Aisyah, tangisan Aisyah malam ini dan semua itu karena Raka."Raka..... "Teriak Aisyah membuat Raka semakin menjauh masih dengan sepatu fantofel ditangannya.
Aisyah yang sedari tadi duduk di tangga ketiga mulai berlari mengerjar cowok berseragam abu-abu itu.
"Ka, mau aku apaan kamu. "Ucap Aisyah setelah lumayan dekat dengan Raka.
Raka yang melihat salah satu kaki Aisyah tanpa sepatu tertawa terbahak-bahak, apalagi melihat wajah Aisyah yang memerah karena marah.
"Cium aku. "Ucap Raka membuat Aisyah benar-benar tersentak.
Aisyah terdiam,"Kamu nggak mau sepatu ini?"Tanya Raka yang saat ini berjarak 5 meter dari Aisyah.Bi.Inah yang sedang berkutat dengan dapur seketika berbalik menatap Raka dan Aisyah setelah mendengar teriakan-teriakan yang mengusir keheningan.
Perlahan senyuman di wajah bi .Inah merekah,melihat kejadian sepuluh tahun lalu terjadi lagi.
"Wleeee."Raka berlari menjauhi Aisyah yang sesenggukan berlinang air mata."Raka!."Teriak Aisyah diiringi tangisannya yang semakin menjadi-jadi."Sini kamu."Ucap anak laki-laki berumur tujuh tahun itu sambil menggoyang-goyangkan sebelah kanan sepatu merah muda."Mau aku apain kamu."Ucap anak perempuan berkuncir dua itu sambil terus berjalan mendekati Raka."Beliin es krim ya."Ucap Raka dengan poninya yang bergoyang-goyang dihempas angin sore dipinggir danau ini.Aisyah tak menjawab,dia hanya anak berumur tujuh tahun yang tak punya sepeser uang pun di saku kecilnya.
Masih dengan tangisannya,Aisyah terus berjalan mendekati Raka yang juga berusaha menjauh dari Aisyah.Menggoda gadis kecil itu adalah kesenangan tersendiri bagi Raka.
Tak lama kemudian sebuah sepeda datang dengan pengemudinya yang memasang wajah cemas.Setelah berhasil memarkirkan sepedanya dengan baik dan benar,Bi Inah segera berlari sempoyongan menjinjing daster panjangnya yang menyentuh tanah.Perempuan tua itu segera memeluk Aisyah,merengkuknya dalam pelukan terhangat.Melihat Aisyah yang tak berhenti menangis membuat Raka menyerah,anak laki-laki itu berjalan perlahan menuju Aisyah."Aku minta maaf."Ucap Raka memberikan sepatu merah muda itu kepada Aisyah.Aisyah tak mengubris ,dia malah menyembunyikan wajahnya dalam-dalam di pelukan bi.Inah.Dan Raka sangat yakin,dia tidak akan dimaafkan begitu mudahnya.
Dan keesokan harinya, Raka kembali datang kerumah Aisyah bersama dua es krim cokelat ditangannya. "Aisyah. "Ucap Raka setelah menemukan sesosok gadis yang sedang duduk dipinggir kolam renang bersama bi. Inah. Aisyah tak menjawab, dia segera memalingkan wajahnya saat Raka benar-benar sudah berdiri di sampingnya. "Aku minta maaf ya. "Ucap Raka menyodorkan satu es krim cokelat yang disambar langsung oleh kedua tangan Aisyah. Gadis itu tak akan pernah menolak es krim kesukaannya, es krim cokelat. "Kita baikan ya. ","Iya. ".Perempuan bertubuh ringkih itu pun bahagia merasakan perlahan-lahan sepi di rumah tua ini redup.
"Jangan nakal kamu Ka, mau bibi sunat?. "Bi. Inah berjalan perlahan menuju teras rumah dimana Aisyah dengan keringatnya yang masih berusaha mendekati Raka. "Udah disunak kalik, bi. "Ucap Raka. Bi. inah masih terus berjalan mendekati Raka, setelah benar-benar dekat, tangan kanan bi. Inah segera membuat telinga Raka memerah dan memanas. "Aaaa, iya bi ampun-ampun. "Ucap Raka meringis kesakitan. "Minta maaf kamu. "Ucap Bi. Inah dengan tangan yang masih Setia bertengger di kuping kiri Raka. "Iya, iya. ".
"Aisyah, aku minta maaf syah,ya syah."Ucap Raka setelah jeweran bi. Inah lepas menyisakan merah di telinganya. "Nggak mau. "Ucap Aisyah segera mengambil sepatunya di tangan Raka. "Lah kok nggak mau. "
"Traktir aku es krim ya. "
Raka diam sejenak, mencoba mengingat-ingat berapa isi dompetnya dan akhirnya cowok itu mengiyakan ucapan Aisyah, membuat Aisyah tersenyum menang sedangkan Raka pasrah untuk sahabatnya ini.
'Makasih bi, untuk kedua kalinya. 'Ucap Aisyah dalam hati.Setelah berhasil melewati gerbang panjang hitam yang beberapa menit lagi tertutup, akhirnya mobil Raka dapat terparkir dengan indahnya membuat kedua penumpangnya segera turun menenteng sebuah tas di punggung. "Oh ya Syah, nanti ke bandara yok. "Ucap Raka membuat cewek disampingnya memasang wajah bingung. "Mau apa? ".
"Mau mandi di toilet umum disana, biar nggak ngabisin air di rumah, biar hemat gitu. "Tanpa aba-aba seketika sebuah cubitan dari tangan Aisyah mendarat tepat di pinggang Raka. "Beneran ini, mau ngapain? "Tanya Aisyah sekali lagi. "Jemput sepupu. ".
"Oalah ya namanya siapa sih, To... Topan apa siapa gitu, To..... Siapa? "Tanya Aisyah menebak-nebak. "Bukan Topan Syah, tapi Ari. "Balas Raka. "Iya, iya Ari. Jauh amat ya dari Ari ke Topan. "Ucap Aisyah masih berjalan beriringan dengan Raka. Melihat tingkah cewek disampingnya itu, Raka hanya bisa memasang wajah maklum.Ari : Jika dia ingin menyakitimu, langkahi dulu mayatku.