dua belas

2K 87 3
                                    

Raka masih terduduk lemas di pinggir ranjam sambil terus menatap kertas yang sedari tadi dipegangnya.
Beberapa detik kemudian, jari-jarinya telah mencengkeram kuat kertas itu, membuatnya lusuh tak karuan.
Raka mengerang pelan, menahan rasa sakit di hatinya yang merambat sampai ke saraf kepala.

Cowok itu terus berkutat dalam fikirannya, tentang ucapan Ari tadi. Jika saja Raka masih di izinkan untuk hidup lebih lama, mungkin dia akan membahagiakan Aisyah dan mencintainya, tapi takdir berkata lain, kenyataan berbicara sebaliknya.

Sejak pulang ke rumah, Raka sadar Aisyah tak disana. Rumah itu telah sepi mencekam. Detik kelima setelah pintu terbuka, suasana rumah sudah tak bersahabat, hanya rasa sakit yang menyiksa hati. Untuk saat ini, Raka benar-benar sakit, apalagi baru disadarinya, dia belum menelan obat-obat tersembunyi itu.

Cowok berbalut jaket kulit itu menatap ke arah meja di samping ranjamnya lalu mendekat dan meraih sebuah kotak berisi puluhan obat dengan berbagai macam bentuk dan warna. Raka menghela nafas kasar, kemudian meneguk air yang telah tersedia disana, menelan obatnya satu persatu, ada sepeluh obat untuk diminumnya setiap hari.

Tak ada yang tahu tentang penyakit Raka, begitu pun Aisyah. Raka tidak ingin membuat semua orang menyayanginya hanya karena kasihan, tapi keputusannya itu mungin salah. Mengingat bahwa Aisyah telah mencintainya. Bukannya Raka tak ingin mengungkapkan perasaan pada cewek berkulit putih itu, hanya saja dia tidak ingin menjadi kesedihan mendalam bagi Aisyah setelah kepergiannya nanti.

Setelah berhasil menelan obat-obat hambar itu, Raka menjatuhkan tubuhnya pada kasur di belakangnya,membuat tubuh kekar itu terpental beberapa senti ke atas.
Raka menutup matanya perlahan sambil mencoba menahan air mata yang terus mencoba menerobos pelupuk mata. Cowok berambut hitam itu merasakan sekujur tubuhnya hampir hancur, sakit menggerogoti sekujur tubuh,apalagi hatinya yang entah sudah tak ada kabar, sudah hancur menjadi debu karena hembasan udara dingin semalam.

*
"Akhirnya lo dateng juga. "Aisyah tersenyum, lalu mencoba membenarkan posisi duduknya.
"Ada apa? ".
"Gue mau minta maaf. "Ucap Aisyah menatap ke arah seseorang di sampingnya.
"Minta maaf untuk?. "Tanya Ari sambil memasukkan kedua tangannya pada saku jaket berkupluk itu.
"Gue tahu, gue nggak seharusnya marah-marah ke lo, karena itu bukan salah lo. Dan gue seharusnya bilang terima kasih, lo yang selalu ada buat gue saat gue rapuh. "Ucap Aisyah pelan tapi dalam.
Hening sesaat sebelum Ari memilih menghembuskan nafas kasar dan berucap, "Tenang aja, gue tahu saat itu lo lagi emosi. "Ari tersenyum lalu mengacak-acak rambut Aisyah asal-asalan. "Kumat lagi deh lu."Sewot Aisyah sambil membenarkan tatanan rambutnya. "Gue seneng kalau lo seneng. "Ucapan Ari itu seketika mengundang tawa Aisyah, cewek itu terbahak, "Habis kejedot apa lu. "Ucap Aisyah diiringi tawa khasnya.

*
Malam ini entah mengapa Raka tak bersedia untuk tersenyum sedikitpun, walaupun dia sedang bersama satu cewek itu.
"Rak, makasih ya lo udah bawa gue kesini. "Ucap Kikan sambil merangkul bahu Raka mesra. Raka tersenyum, yang sudah pasti senyum terpaksa.

Pasar malam ini seketika jadi saksi bisu awal mula hati Raka jatuh kepada Aisyah, saat cewek itu masih bersedia dipanggil puteri gulali.Dan saat ini seharusnya Aisyah lah yang ada di samping Raka, bukan Kikan.
"Ka, beliin aku gulali ya. "Ucap Aisyah dengan nada manja.
"Kamu udah kelas tiga smp juga masih suka makan begituan. "Sewot Raka masih berjalan. "Rakaaa. "Rengek Aisyah sudah tidak beriringan dengan Raka lagi.
"Iya udah deh, tapi jangan nangis ya puteri Gulalii."Ucap Raka membuat Aisyah tersenyum lebar. Dan pada detik itu juga,jantung Raka seketika berdegub kencang, setelah melihat senyuman manis di wajah Aisyah.
Dan hari terus berlanjut ,dengan sebuah rasa terpendam itu yang sampai saat ini belum terucap.

"Raka. "Panggil Kikan dengan nada sedikit ditinggikan. "Iya apa? ".
"Kamu dari tadi aku panggil kok nggak nyaut sih. "Kesal Kikan melepaskan genggaman tangannya. "Maaf.".
"Yuk ikut aku. "Kikan segera menarik lengan Raka, membuat mereka berdua agak jauh dari keraimaian.
Mereka duduk di atas pohon yang sudah tumbang, duduk tanpa jarak sambil memandang Indah pada langit berbintang.
"Ka, kamu itu ada dimana sih?. "Tanya Kikan masih menatap ke arah langit. "Aku disini sama kamu. "Balas Raka pelan. "Aku juga berharap kayak itu, tapi kenyataanya nggak. "Kikan mulai menghela nafas kasar. Hening, Raka mengangguk perlahan, "Iya aku emang nggak sama kamu saat ini. ".
Kikan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, "Kayaknya gue nggak akan mudah buat duduk di posisi Aisyah. ".
"Maafin gue Kan. "Raka menatap Kikan dalam, cowok itu benar-benar ingin minta maaf. "Tapi lo tau nggak Ka?  Seberapa besar Cinta gue sama lo? "Raka menggeleng. "Besar banget, semenjak kita pertama kali bertemu. "Ucap Kikan lirih. "Untuk kali ini aja, hargain gue sebagai yang mencintai lo. Tolong balas Cinta gue ini, jangan biarkan membusuk sia-sia. "Lanjut Kikan dengan air mata yang telah mengalir. Raka menunduk, mencengkeram kepalanya kuat-kuat dengan kedua tangan lalu dia mengangguk. "Gue yang mulai, gue yang harus tanggung jawab."Yakin Raka.
Sepasang mata Raka menatap kearah Kikan, walaupun hati dan logikanya terus menolak melakukannya ,entah mengapa jari-jari Raka masih berusaha menyatu dengan Kikan. Dia tidak ingin menyakiti Kikan, cewek itu tak berhak disakiti.
"Pulang yuk, udah ngantuk gue. "Ucap Kikan berdiri dari duduknya. Raka mengangguk setelah berhasil menyusul Kikan untuk berdiri.

Mereka berdua melangkah perlahan beriringan membelah keramaian pasar malam itu, saling menikmati suasana hati masing-masing,tanpa tangan yang bertautan. Kikan tahu diri. Dan Raka masih berusaha keluar dari angan-angannya tentang Aisyah, dia tidak mungkin meninggalkan Kikan dan membuat satu orang lagi menangis, dia sudah cukup berdosa tentang itu. Cowok itu melirik ke arah Kikan yang masih menatap ke arah komedi putar. Lalu perlahan-lahan, Raka menatap jari-jari Kikan dan akhirnya, cowok itu berhasil menggengam mereka membuat Kikan tersentak. Cewek itu tersenyum.

Di dalam mobil itu hanya duduk sepasang manusia, tak ada topik obrolan, berdiri kokoh tembok canggung antara mereka. Ada beribu-ribu topik obrolan, entah mengapa masih belum ada yang bersuara.
Lalu setelah lagu Cinta dan rahasila-Yura yunita terputar,Raka membuka obrolan.
"Kan, lo nggak pa-pa kan?. "Tanya Raka mencoba memastikan. Kikan terkekeh berusaha menyembunyikan rasa sesaknya,"Ka, gue salah ya? "Kikan berbalik melontarkan pertanyaan. "Salah untuk apa? ".
"Gue maksa lo buat jatuh Cinta sama gue. ".
Raka menginjak pedal rem dan tak lama kemudian mobil itu berhenti, setelah Raka berhasil mengatur nafasnya cowok itu menatap Kikan perlahan. "Jangan pernah salahin diri lo sendiri, sekarang emang belum gue Cinta sama lo, tapi gue akan berusaha untuk itu Kan. "Raka menggenggam kedua tangan Kikan erat, beberapa detik setelah Raka berucap Kikan segera menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Raka, dua orang itu saling mempererat pelukan dan sepasang mata Kikan terus bercucuran air mata juga hatinya yang terus berucap kata maaf, maaf untuk Aisyah.

*
"Gue sayang sama lo, gue Cinta sama lo, sejak pertama kali bertemu waktu itu. "Ucapan Ari itu sontak membuat Aisyah terbelalak.
Cewek itu menatap Ari bertanya-tanya, mencoba memastikan perkataan satu cowok itu benar tidaknya. Ari mengangguk membuat Aisyah menatapnya dalam, seperti berkata 'jangan'.
"Kenapa? ".
"Entah, gue juga nggak tau bisa jatuh ke lo. Padahal udah jelas hati lo buat Raka. "Ari tersenyum miring, merasakan hatinya perlahan-lahan semakin nyeri.
"Maafin gue. "Ucap Aisyah tertunduk. "Gue yang seharusnya minta maaf, mungkin kali ini gue jatuh pada seseorang yang salah. "Ari masih mencoba bertahan dan tenang."Maafin gue,gue nggak sadar tentang semua itu.Dan gue minta maaf, karena nggak bisa bales perasaan lo. "Aisyah menatap kedua mata Ari dalam, cewek itu sudah berkaca-kaca. Rasa bersalah seketika memenuhi hatinya, tak diduga dia sudah menyakiti hati Ari selama ini.

Ari tersenyum, "Gue nggak maksa lo buat bales perasaan gue. Yang penting gue udah uangkapin semuanya, gue udah lega.".
Aisyah masih menatap Ari,cewek itu terus mengumpat dalam hati menyalahkan dirinya sendiri."Maafin gue.".
"Gue akan selalu ada buat lo,saat lo sedih."Ari pergi berlalu,melangkah perlahan meninggalkan Aisyah yang sudah menangis diam terduduk di bangku taman.

Cowok berambut hitam lebat itu menghembuskan nafas kasar setelah benar-benar menjauh dari Aisyah.Ari mencoba mempersilakan udara dingin merenggut sakit di hatinya ,cowok itu tak pernah sesakit ini.

Dan saat itu juga Aisyah sudah ingin segera pergi, masih harus menunggu sampai acara promnight nanti.

#votebanyak-banyak
#semangat
#besokliburguys
#alayya
#tetepsemangat
#followmeyok
#lol

D I A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang