empat belas

1.9K 82 4
                                    

"Ka, aku berangkat dulu. "Ucap Aisyah yang segera berlalu tanpa menatap Raka sedikit pun. Cowok berseragam putih abu-abu itu hanya diam memperhatikan punggung Aisyah yang menghilang di balik pintu.

*

Tidak seperti biasanya, hari ini semua anak kelas dua belas gaduh dengan emosi masing-masing. Jeritan histeris terdengar dari sudut koridor kelas paling atas, para senior itu sedang berkutat dalam jantung yang menggebu, entah mengapa rasa amarah memenuhi kepala mereka. Semenjak kertas bertuliskan jadwal UN itu muncul di mading, semua anak kelas dua belas seketika mengganas.

"Gila, gue nggak nyangka dua hari lagu udah UN. "Ucap Ratna sambil menyeruput jus jeruknya.
"Huwaaa, gimana coba,gue belum siap."Sewot Ghani mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Santai amat lu Syah?."Tanya Ratna membuat Aisyah meninggalkan mangkuk es krimnya.
"Hem? Ya mau gimana lagi,mau nggak mau emang harus siap kan."Ucap Aisyah sesantainya.
Seketika tepuk tangan gemuruh memenuhi kantin,tak disangka kalimat-kalimat Aisyah itu berhasil membuat seisi kantin terkagum-kagum."Hebat lu, habis kejedot apa?. "Ghani masih setia bertepuk tangan sedangkan Aisyah menatap datar.

Siang yang mendung ini dipilih Aisyah untuk merenung, merututi semua masalahnya, sesekali hembusan nafas kasar dilayangkan Indah olehnya sampai dua temennya yang kini saling menikmati hidangan masing-masing mulai tidak habis fikir.

Seorang Aisyah sedang gelisah galau merana di bawah rinai hujan,semburat cahaya matahati sudah tak terlihat begitu juga senyum di wajah Aisyah mulai yang tipis sekalipun.Mau sampai kapan dia tidak bertegur sapa dengan Raka? Ari? Dan Kikan.Rasanya semua berjalan pada jalan yang salah.

Sejak semalam, lebih tepatnya sejak kejadian tadi malam Aisyah tidak dapat hidup tenang. Bayangan soal Raka terus memenuhi otaknya, hampir habis dayanya untuk melupakan kejadian itu.

Raka tiba di kantin, tepat setelah kakinya memasuki kantin sepasang matanya  menangkap Aisyah yang sedang menatap ke sebuah mangkuk es krim di hadapannya. Hampir saja kaki Raka melangkah mendekati cewek itu, tapi hatinya lagi-lagi menolak. Alhasil cowok itu lebih memilih duduk menjauh diujung kantin.

"Lo kenapa sih bro?. "Tanya Ule duduk di seberang meja.
"Nggak pa-pa. ".
Mendengar jawaban Raka itu, Ule segera mengangguk walaupun seribu satu rasa penasaran masih menggelayuti hatinya, dia tidak ingin terlalu masuk dalam masalah Raka, bukannya tidak ingin ikut tertimpa masalah tapi Ule tahu Raka orang yang tak suka urusannya di campuri.

"Ri, sini gabung Ri. "Teriak Ule membuat seisi kantin menoleh ke arahnya.
Ari yang baru saja tiba di kantin melirik ke arah Raka, cowok itu seribu persen menolak ajakan Ule. Apalagi melihat Aisyah yang sudah pasti memperhatikannya. "Gue cabut dulu. "Ucap Ari berlalu dari kantin membuat Raka mencoba menahan emosinya.

Merasa ada sesuatu yang sangat tidak dapat diterima hatinya, Ule mencoba melirik kearah Aisyah yang dipergokinya telah menatap Raka untuk beberapa menit. Tapi tak ada tanda-tanda dari cewek itu untuk mendekat, cowok berambut ikal itu terus bertanya dalam hati, apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara tiga sahabat ini.

*

Cewek dengan sepatu hitam bergaris putih itu masih Setia termenung menyaksikan gerimis, duduk di sebauh bangku yang disediakan di sepanjang koridor. Aisyah lebih memilih sendiri, merasakan hatinya yang lama kelamaan semakin menteri, sampai sebuah deheman berhasil menyadarkan ,mengembalikan cewek itu pada kenyataan bahwa UN tinggal 2 hari lagi.

"Syah. "Ucapnya masih berdiri di samping Aisyah.
Cewek yang diajak bicara itu malah tersenyum, mencoba tersenyum lebih tepatnya, Aisyah menatap sepasang mata cokelat itu .
"Boleh duduk?. "Tanya Kikan yang dibalas anggukan antusias oleh Aisyah.
"Maafin gue. "Ucapan Kikan itu berhasil membuat Aisyah tersenyum miring.
"Untuk?. ".
"Gue yakin lo udah tahu, maafin gue udah terlanjur jatuh Cinta sama sahabat lo itu. "Ucap Kikan hati-hati.

D I A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang