sepuluh

2.1K 85 1
                                    

Aisyah memilih duduk di sebuah bangku panjang berwarna putih yang masih terasa dingin karena hujan tadi.
Cewek itu menatap kosong ke depan ,dengan kedua datang yang menggengam besi bangku erat -erat,sambil mengayunkan kakinya perlahan.
Sesekali Aisyah menarik nafas dalam-dalam, sangat-sangat tidak ingin kehilangan udara segar ini.

Aisyah mendengus kesal, melirik ke sebelah kanan dan, nihil. Dia tak menemukan sosok itu. Aisyah melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, lagi-lagi dia mendengus, ternyata sudah lima belas menit dia menunggu sendirian.

Mendengar hentakan langkah kaki mendekat, Aisyah bangun dari wajah tertunduknya "Maaf ya nunggu lama. "Ucap Ari tersengal-sengal lalu duduk tepat di samping Aisyah.
Merasakan kekesalan sudah merajalelai hatinya, membuat Aisyah mengurungkan niatnya untuk bercerita.
"Ada apa? ".
"Nggak jadi ah, udah nggak ada mood buat cerita. "Aisyah beranjak dari duduknya, tapi sedetik setelahnya kedua tangan Ari mendorong perlahan tubuh mungilnya, membuat Aisyah harus terduduk lagi. "Maafin gue. "Masih dengan kedua tangannya yang bertengger di bahu Aisyah, "Gue tadi cuma beli ini kok. "Ucap Ari sembari mengeluarkan sebatang cokelat. "Nih. ".
"Buat gue? "Aisyah nenunjuk dirinya sendiri.
Ari mengangguk dan Aisyah dengan senang hati menerima sebatang cokelat sederhana itu. "Kenapa lo beliin ini? ".Tanya Aisyah melirik ke arah cokelat itu. "Cokelatkan bikin happy. "Ari tersenyum kepada Aisyah, lagi-lagi entah mengapa sekujur tubuh Aisyah menghangat.

Hening dan Aisyah masih memilih untuk memutar-mutar cokelat itu seenaknya. Ari melirik beberapa detik ke arah cewek di sebelahnya, lalu tersenyum setelah sepasang matanya tertuju ke arah Taman. Dia senang.

"Keputusan gue bener kan? "Aisyah menatap Ari takut. "Untuk? ".
"Gue udah ikhlasin Raka buat Kikan. ".
Ari menghela nafas ,"Tepat, tapi bukan sangat tepat. ".Ucapan Ari itu membuat Aisyah menaikan sebelas alisnya, "Maksut lo?".
"Lo ikhlasin dia buat kebahagiaan dia kan,tapi disisi lain lo sakit."Ari menatap dalam kedua mata Aisyah,cowok itu sudah duduk benar-benar dekat dengan Aisyah ,hampir tak ada jarak."Syah.".
"Iya.".
"Kalau seseorang gantiin posisi Raka gimana?".
"May be its imposible." Ucap Aisyah dengan jari-jarinya yang masih berusaha merobek kertas pembungkus cokelat. "Meskipun dia bisa buat lo bahagia? "Sepertinya Ari belum puas dengan jawaban Aisyah, cowok itu semakin bersemangat meruntuhkan pernyataan Aisyah tadi. "Entah? ".
"Lah,kok entah sih."Sewot Ari.
Aisyah tidak sangat-sangat menggubris pertanyaan-pertanyaan Ari tadi ,dia berkali-kali memasukkan perkotak kecil cokelat ke dalam mulutnya .
"Syah,lo masih butuh gue nggak?".
"Emm,kayaknya enggak deh.Oh ya,makasih cokelatnya,gue happy deh."Ucapan Aisyah diiringi kunyahan cokelatnya."Oke gue ke kelas dulu ya.".
Tanpa ba-bi-bu Ari pergi menjauh dari Aisyah setelah jompol kanan Aisyah mengiyakan kepergiannya,pasalnya cewek itu sudah tidak dapat bicara karena gumpalan cokelat dalam mulutnya.

Ini efek malam jumat atau apa, Aisyah sudah berjalan beriiringan dengan manusia itu.Cewek dengan rok dan kemaja mininya yang telah terkenal sampai pelosok sekolah.
"Syah."Ucap Hanggi mengawali pembicaraan di lorong-lorong sekolah yang sepi.
"Iya kak?."Aisyah berusaha sesopan mungkin ,takut hal-hal yang tak diinginkan terjadi padanya.

Hanggini Arya Diputri ,biasa dipanggil Hanggi. Cewek berambut lurus tergerai ini adalah salah satu manusia hits yang terkenal akan kecantikan dan keminiman seragamnya. Masuk BK,sudah berkali-kali ,entah apa yang bisa membuatnya masih berkeliaran di sekolah ini, dugaan pertama karena dia anak pejabat dan dugaan kedua karena dia pesabet juara satu tari se-kabupaten. Jangan ditanya keluesannya dalam menari apalagi menggebet puluhan kaum adam.

Urusannya dengan Aisyah adalah masih soal Raka. Cewek itu satu dari banyaknya penggermar Raka, bisa dibilang  Hanggini adalah penggemar Raka yang tak digubris Raka sedikit pun.
"Raka itu beneran deket sama Ikan, Ikan itu ya. ".
"Kikan kak. "Ucal Aisyah mencoba membenarkan.
Panggilan "kak" untuk Hanggini adalah suatu kenyamanan bagi Aisyah,memanggil satu cewek yang lebih tua darinya itu, mereka memang seangkatan tapi bukan berarti harus lahir pada tahun yang sama kan.
"Emang kenapa kak? "Tanya Aisyah hati-hati ,mungkin saat ini nyawa Kikan berada ditangannya.
"Ya nggak pa-pa, kok bisa sih? ".Tanya Hanggini lagi. Aisyah tak menjawab.
"Tenang aja kalik Syah, gue udah nggak ngejar-ngejar Raka lagi kok.Gue tanya gitu juga gue kira lo yang bakal jadian sama Raka."Ucap Hanggini membuat Aisyah berhenti dari langkahnya.
Hanggini ikut berhenti,menyilangkan kedua tangannya,"Dari pertama gue liat lo sama Raka,gue tahu tatapan lo ke Raka itu nggak sebatas sahabat Syah. Dulu gue emang tergila-gila banget sama Raka,tapi lihat ketergantungannya sama lo yang udah overdosis itu buat gue jadi sadar,gue nggak mungkin bisa jadi celah diantara kalian."Jelas Hanggini membuat Aisyah tersenyum miring."Siapapun bisa jadi celah diantara kita kok kak ,orang yang nggak diduga pun bisa jadi celah, bahkan celah paling curam yang bisa jadi jurang pemisah. ".
"Gue yakin kok, orang yang berjuang pasti akan mendapat hasil yang lebih dari yang dinginkan. "Untuk kali ini Aisyah benar-benar baru menyadari seorang Hanggini berubah menjadi selembut ini.

D I A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang