Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi anak-anak kelas dua belas baru dapat bernafas lega ,dikarenakan tepat sedetik setelah bel pulang , toak di pojok kelas berbunyi ,menandakan mereka harus lebih lama di sekolah. Ada sedikit informasi penting tentang UN yang akan terlaksana beberapa bulan lagi, begitu katanya.
Kantuk,lelah dan keringat yang terus mengucur ditubuhnya ,tak mengurungkan niat seorang Raka untuk menjemput Aisyah di salah satu ruangan sedang diujung gedung kelas dua belas, lebih tepatnya di kelas Aisyah.
Sedangkan Aisyah dengan deguban jantungnya terus mengumandangkan doa dalam hati agar jantungnya tak lepas dari tempat. Aisyah berjalan beriringan dengan Kikan, mereka berdua melangkah perlahan menuju pintu kelas yang menganga lebar. Sesekali Kikan tertawa kecil melihat Aisyah yang sedang digelayuti rasa gelisah.Raka masih menunggu Aisyah dengan punggung dan kaki kiri yang menempel tembok, kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku juga sepasang mata yang tak berhenti melihat sekitar, sesekali demburan angin membuat poni tipis Raka melambai-lambai dan itu menambah ketampanannya.
Melihat dua orang perjalanan beriringan dari dalam kelas, dengan salah satu dari mereka yang tersenyum manis ke arah Raka, membuat cowok itu segera berdiri tegak dan tersenyum menampilkan deretan gigi putih sempurnanya.
"Oh ya Kan, jangan sedih ya, Ule tadi nganterin Jihan adik kelas. "Ucap Raka membuat Kikan memasang wajah kesal. "Lo udah pernah makan sepatu yang nggak dicuci setahun nggak Rak? "Ucapan Kikan itu seketika membuat Raka berancang-ancang untuk pergi. "Ayo Syah kita pulang sebelum mak lampir ngamuk. "Ucap Raka sambil menggandeng tangan kanan Aisyah membuat gadis itu sedikit tersentak. "Dasar Rak sepatu. "Teriak Kikan masih di depan pintu kelas dan masih jelas terdengar oleh sepasang telinga Aisyah juga Raka pastinya.Raka terus menggengam jari-jari Aisyah sambil berjalan menyusuri lantai-lantai sekolah yang sedikit licin akibat hujan,, cewek itu tak berhenti tersipu walaupun sudah setiap hari Aisyah mendapat genggaman ini dari Raka. Aisyah terus berharap agar Raka tak melepas genggamannya.
Tanpa Raka sadari sedari tadi sepasang mata cokelat Aisyah terus menatap kagum kearah wajahnya.Seketika ketampanan Raka bertambah dengan terpaan udara peninggalan hujan yang menyentuh wajahnya halus.
"Kamu kok suka banget sih godain Kikan?. "Tanya Aisyah menghancurkan keheningan diantara mereka berdua. "Soalnya dia lucu kalau marah. "Jawab Raka membuat Aisyah berhenti melangkah dan saat itu pula jantung Aisyah serasa berhenti berdetak. "Ada apa? "
"Nggak, nggak ada apa-apa kok. "Jawab Aisyah melanjutkan perjalanan sambil melepaskan genggaman Raka. Dan disaat itu pula, goresan tak berwujud kembali terlukis dihati Aisyah, sakit rasanya tapi Aisyah sadar dia tak berhak melarang Raka untuk menyukai orang lain.Di musim hujan, siang bagaikan pagi tanpa matahari. Dinginnya udara perlahan mulai menyelinap menusuk tulang, rintikan hujan berjatuhan dengan kompaknya membuat cewek itu merasakan dingin hingga sekujur tubuhnya.
"Dingin ya? "Tanya Raka yang dijawab Aisyah dengan anggukan.
"Nih, pakai aja. "Ucap Raka sambil mengenakan jaket miliknya pada tubuh Aisyah. "Nggak usah, terus kamu gimana? ".
"Ya udah sini peluk aku."Ucapan Raka seketika membuat jantung Aisyah berdegub semakin liar.
Melihat Aisyah tak menggubris perkataannya, Raka dengan cepat menarik tubuh Aisyah kedalam pelukannya. Raka selalu dapat membuat Aisyah tersenyum, hangat, nyaman dan bahagia. Aisyah berusaha menyembunyikan deguban jantungnya yang semakin menjadi-jadi. Berkali-kali Aisyah mengumpat habis-habisan, kenapa dia bisa jatuh Cinta pada sahabat sendiri.Seketika hati Aisyah tergores saat mengingat sepotong ucapan Raka tadi, pertanyaan - pertanyaan menyakitkan mulai muncul diotak cewek itu. Aisyah gelisah, apakah Raka menyukai kikan? ,pertanyaan itulah yang terus terngiang di kepalanya.
Di dalam mobil,gadis bermata cokelat itu terus berkutat dalam diam, menatap kosong keluar cendela, merasakan hembusan AC mobil yang perlahan menyentuh kulitnya. Banyak hal yang ditangkap oleh kedua mata Aisyah, anak-anak dibawah umur yang mengamen di lampu merah, pengendara motor dengan wajah yang tertutupi penuh oleh helm, beberapa orang yang sedang tertidur di depan kios-kios tertutup.
"Kenapa diem? "Tanya Raka melirik kearah Aisyah sekilas lalu kembali menatap jalanan ibukota yang cukup lengang.
"Nggak pa-pa. "Jawab Aisyah tanpa berpaling dari jendela.Aisyah menghela nafas halus mencoba merendam kekecewaannya. Yang cewek itu inginkan hanyalah Raka teringat akan janjinya dulu, janji dimana hati mereka berdua masih suci tak ternoda. Jika Raka memang tak mengingat janji itu, Aisyah akan sangat sedih karena dirinya sudah hanyut begitu dalam, masih dengan sempurna mengingat bait-bait janji yang terucap dibawah pohon beringin di depan debitan air danau dan lebih tepatnya sepuluh tahun yang lalu saat mereka berdua masih berumur tujuh tahun.
Jenuh di dalam mobil ditambah harinya yang lumayan suram hari ini, membuat Aisyah ingin segera merebahkan diri di atas kasur. Cewek itu melangkah lunglai keluar dari mobil menyeret tasnya yang sedari tadi memang tak menempel di punggungnya.
"Makasih ya Ka. "Ucap Aisyah membuat Raka sedikit kebingungan. "Oke".Jari-jari Aisyah perlahan mulai memutar gagang pintu membuat pintu besar bercat putih dihadapannya terbuka beberapa senti, namun pemandangan tidak menyenangkan menyambutnya ,bukan termasuk pemandangan asing dan ini setiap hari terjadi.
Rumah yang sepi bak tak berpenghuni dan kenangan yang terus berputar bak kaset rusak.Sesampainya di sebuah ruangan sedang bercat biru muda dan sebuah kasur berseprai putih di tengahnya, Aisyah segera membanting tubuhnya diatas kasur empuk itu. Gadis itu menghela nafas kasar sambil menutup mata dan masih mencoba menahan air mata yang sedari tadi ingin mengalir.
Malam ini adalah malam paling dingin yang pernah Aisyah rasakan sampai-sampai dadanya sesak.
Ditemani segelas teh hangat manis dan switter abu-abu milik mendiang ibunya membuat Aisyah sedikit lebih baik.
Sepi. Aisyah terus berucap kata itu dalam hati. Bintang dan Bulan saja tak menyapanya karena gumpalan awan hitam menelan mereka semua, membuat Aisyah harus bertahan dan berseteru dengan dinginnya malam sendirian.
"Sendirian aja neng. "Sebuah suara mengagetkan Aisyah membuat gadis itu berbalik ke belakang. "Ngapain kamu disini? "Tanya Aisyah.
Raka duduk disamping Aisyah, tepatnya di salah satu bangku putih yang memang disediakan di balkon kamar Aisyah.
"Rindu kamu. "Ucap Raka membuat Aisyah tersipu. "Apaan sih lo. "Cepat-cepat Aisyah mengelak sebelum Raka menyadari perasaannya.
Malam ini Raka memutuskan untuk pergi ke rumah Aisyah, untuk memperbaiki Aisyah. Aisyah sudah terlalu hancur,tanpa keluarga dan mungkin hanya Raka lah yang dia punya.
Beberapa detik berlalu tak ada sepatah kata pun yang muncul dari mulut Aisyah maupun Raka, mereka hanya diam memandang kosong keatas langit hitam.
"Enak ya, Ka. Dingin-dingin gini ngobrol sama keluarga, minum teh buatan mama, dipeluk-peluk sayang sama papa dan tertawa bahagia. "Ucap Aisyah memecah keheningan dengan tatapan kosong kedepan bak berusaha membayangkan perkataanya itu untuk benar-benar terjadi.
"Aku rindu mama. "Ucap Aisyah rintih.
Raka segera menarik tubuh mungil Aisyah halus kedekapannya.
Aisyah sudah tak berdaya membendung air mata, mengalir sudah air matanya membasahi pipi.
Aisyah merasakan kenyamanan dalam dekapan Raka, cewek itu semakin menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Raka dan kedua tangannya semakin memeluk kuat tubuh kekar Raka, Aisyah tak ingin melepas Raka ,tak ingin sahabat yang paling dicintainya itu pergi, mungkin hanya untuk malam ini atau jika bisa untuk selamanya Aisyah tak akan melepaskan Raka.
"Kau tahu, pasti mamamu sedang tertawa terpingkal-pingkal melihat anak gadisnya cengeng seperti ini. "Ucap Raka, seketika pukulan kecil dari tangan kanan Aisyah mengenai punggung cowok itu.
Aisyah tersenyum bahagia dengan sisa air mata di pipinya. Sedangkan Raka bernafas lega dan semakin mempererat pelukannya pada tubuh Aisyah.'Malam ini malam paling Indah dihidupku, bersamamu yang paling ku Cinta di dunia ini. ' Batin Aisyah