delapan

1.9K 139 2
                                    

Aisyah masih diam, sedangkan Raka malah mengerutkan dahinya. "Kenapa? "tanya Raka melihat raut wajah Aisyah berubah.
"Nggak pa-pa. "Jawab Aisyah singkat.
"Gue nggak nyangka sahabat gue ini bisa jatuh Cinta juga sama manusia. "Aisyah tersenyum lebar, bukan senyum ikhlas yang pastinya.
"Gue masih manusia normal kalik. "Aisyah dapat melihat wajah Raka yang sumringah. Membuat cewek itu tak sanggup menangis dihadapannya.
"Kikan kan suka baca buku novel, pilihan novel yang Bagus dong. "Ucap Raka berlalu dari hadapan Aisyah dan kembali memilah-milah buku.

Setelah Raka benar-benar tertelan oleh puluhan rak buku lainnya,cowok itu sedang serius mencari hadiah untuk seseorang yang dicintainya. Aisyah bersandar pada rak buku di belakang nya, cewek itu memegang dadanya yang perlahan mulai nyeri, Aisyah sendirian meringis kesakitan.

Cewek itu berjalan lunglai keluar toko, berjalan ke depan entah kemana kakinya akan membawanya pergi.Dia tak ingin saja diam disana, dia sudah tak tahan untuk diam.

Angin berhembus kencang dan seperti biasa langit telah berubah kelabu, dingin telah dirasakan sekujur tubuh Aisyah tapi cewek itu masih tetap berjalan.

Sampai di sebuah Taman kecil dengan satu ayunan kosongnnya, Aisyah duduk disana. Mengayun perlahan, menyentuh tanah dengan ujung sepatunya. Cewek itu menunduk, tanpa disadari air matanya telah jatuh. Sakit rasanya, ucapan Raka tadi terus tengiang di otaknya, Aisyah menangis sesenggukan sendirian.
Bak tahu tentang kesedihan Aisyah, seketika langit menyemburkan air hujan ribuan debit itu, beriringan dengan tangis Aisyah yang mulai menjadi-jadi.
"Salah gue apa? Kenapa gue sangat mencintai lo ? Lo yang tak sama sekali mencinta gue. Sakit, jika kamu bisa merasakan, sakit sekali. Gue sudah jatuh terlalu dalam Ka. "Ucap Aisyah perlahan sambil sesenggukan. Airmatanya menjadi semu akibat guyuran hujan.

Cewek itu tak tahu harus apa, rasanya jantungnya benar-benar berhenti dan hatinya remuk tak tersisa.
Tak lama kemudian, Aisyah mendengar suara mobil berhenti di dekatnya, dia tak menggubris. Dan hujan sudah tak mengguyur tubuh mungilnya, cewek itu mendongak, menatap seorang cowok dengan sekujur tubuh yang rela tersiram hujan. Di atas kepala Aisyah telah terpampang sebuah payung merah ,mencegah hujan menyentuh tubuhnya.
"Ngapain lo kesini? "Lirih Aisyah.
Ari tak membalas, cowok itu tak menunggu lama, segeranya dia membawa Aisyah masuk ke dalam mobil, menutupi tubuhnya dengan jaket yang dipakainya sedari tadi.

"Kenapa sih lo bego banget? "Tanya Ari menggebu-gebu sesekali melirik Aisyah yang sedang duduk di sampingnya.
"Ini kali pertama sakit hati terparah gue. "Balas Aisyah tetap memandang kosong ke depan tak menggubris Ari yang terfokus pada jalanan.
"Gue juga pernah sakit hati, tapi gue nggak pernah berfikir ngelakuin hal bodoh kayak lo gitu. "Ucap Ari masih dengan nada kesalnya.
"Gue udah capek pura-pura kalau gue baik-baik aja ,padahal sakit banget dan kali ini gue udah nggak bisa tahan lagi."Ucap Aisyah lirih membuat hati Ari teriris.
"Gue nggak segitunya. "Ari masih tidak mau kalah.
"Lo cowok. "Ucap Aisyah dengan nada tinggi.

Sampai di depan sebuah rumah sedang berpagar hitam yang menganga lebar,mobil Ari masuk dan berhenti di perkarangan rumah. Ari dengan Aisyah dipunggungnya masuk perlahan ke dalam rumah. Pintu kayu yang semula tertutup rapat seketika terbuka dengan dorongan perlahan Ari, terlihat seseorang cowok berdiri dengan cemasnya.
"Dari mana aja kamu? "Tanya Raka dengan wajah panik.
"Jalan-jalan. "Jawab Aisyah pelan.

Ari membawa Aisyah ke dalam sebuah ruangan berdinding putih bersih.
"Lo ganti baju ya dan jangan lupa minum obatnya, nanti lo sakit lagi. Udah hujan-hujan kayak masih balita aja. "Ucap Ari dengan senyum manis di akhir kata.
"Iya-iya bawel banget sih. "Ucap Aisyah tersenyum, entah senyuman dengan arti apa.
"Eitss, mau apa lo? "Kedua tangan Ari mencegah Raka yang ingin masuk ke dalam kamar Aisyah. "Mau lihat Aisyah lah. ".
"Mau ngintip lo? .Udah nanti aja biar dia ganti dulu. "Dengan sigap Ari membawa Raka pergi berlalu dari hadapan Aisyah. Dan lagi-lagi Aisyah mengehela nafas kasar mencoba menghilangkan rasa nyeri dihatinya yang sedari tadi tak kunjung hilang.

Setelah Aisyah berganti dengan baju keringnya juga sebuah selimut tebal yang melekat ditubuhnya, cewek itu menuju ke depan TV, mendekati Raka yang masih Setia dengan wajah cemasnya.
"Kamu kenapa sih? "Tanya Raka yang dibalas Aisyah, "Nggak pa-pa. ".
"Ini makan dulu. "Ucap Raka siap menyuapi Aisyah.
"Nggah ah nanti aja. "Tolak Aisyah dengan wajah lesunya, "Makan dong, nanti kalau kamu sakit siapa yang nyakitin aku. "Raka masih Setia dengan sesendok bubur di tangan kanannya.
Dengan seribu satu rasa terpaksa, Aisyah menerima suapan Raka. Dalam hati cewek itu beradu menjadi satu, rasa senang akan perhatian Raka juga rasa sakit akan pernyataan perasaan Raka tadi.
'Kalau lo kayak gini, gue rela sakit setiap hari, Ka. 'Batin Aisyah diiringi senyuman bahagia.
"Gue sayang sama kamu. Sahabat terbaik. "Ucap Raka membelai rambut Aisyah perlahan membuat Aisyah meneteskan air mata, 'Hanya sebagai sahabat? 'Batin Aisyah.
"Kenapa nangis? "Tanya Raka berhenti mengeluh rambut basah Aisyah.
"Terharu. "Jawab Aisyah singkat dan itu kebohongan untuk sekian kalinya.
Dia tak sedang terharu, tapi kembali sakit.

Dan tanpa disadari sepasang mata bekaca-kaca melihat kejadian itu dari jarak beberapa meter, berdiri gemetar dan sebuah hati hancur tak berbentuk lagi.

#followme
#vote
Tolong ya, jangan jadi pembaca gelap, cuma klik vote, nggak susah kok
Makasih ya buat yang udah vote dan nambah daftar list bacaan.!!!Terima Kasih banyak.

D I A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang