lll

2.2K 148 5
                                    

Aisyah bernafas lega melihat siang ini yang cukup terang. Tak ada tanda-tanda sang hujan akan datang. Termasuk petir-petir menyeramkan itu tak akan menyapa.

Sebuah tepukan halus dipundak Aisyah membuat gadis itu sedikit tersentak.
"Ning godain abang dong ning. "Ucapan Raka itu seketika membuat Aisyah mendaratkan tampolannya pada bahu kanan Raka.
"Dari mana aja lu? "Tanya Aisyah memasang wajah kesal.
"Dari matamu. "Balas Raka diringi tawanya yang khas.
"Kegedean kalik, Rak. Hedeh. "Dari logatnya, cewek itu memang sedang tak ingin bercanda.
"Tadi dari toilet,keluar cuma dua  Batang."Ucap Raka kembali dengan leluconnya.
"Dikasih nama siapa aja tadi? " Mau tidak mau, Aisyah memang harus meladeni lelucon Raka.
"Itu masih bingung. "Balas Raka berlagak bak berfikir keras dengan jari telunjuknya yang mengetuk-ngetuk dagunya.
"Oh ya, Kikan mana? "Tanya Raka membuat Aisyah tersentak dan tepat saat itu juga jantungnya bak ditikam kejam.
"Udah, dia udah pulang duluan tadi. "Jawab Aisyah sedikit terbata-bata.
Raka manggut-manggut tanda mengerti atau mungkin dia sedang kecewa karena Kikan tak pulang bersamanya.

"Jadi ke bandara nggak nih? "Tanya Aisyah setelah pantatnya menempel nyaman pada kursi mobil.
"Jadi dong. Ke bandara dulu ya, nanti baru ke hatimu. "Ucap Raka membuat Aisyah menggeleng tak habis fikir.
"Bisa banget ya kamu ngegombal. "
"Anak buahnya si Ule sih. "Kali ini jawaban Raka membuat Aisyah menahan tawa.
Beberapa detik kemudian, setelah Aisyah berfikir dengan kerasnya akhirnya kata itu pun keluar dari mulut mungilnya.
"Kamu suka sama Kikan? "Tanya Aisyah dengan sekali tarikan nafas.
Raka tak menjawab ,sedangkan Aisyah malah menepuk jidatnya, cewek itu baru sadar jika sepasang headshet telah terpasang di kedua telinga Raka.
Disisi lain Aisyah merasa lega,  dia tak akan mendengar kata iya dari pertanyaan tadi.

Sampai di sebuah gedung nan besar, ratusan orang berlalu lalang tak karuan. Semula hanya ada lagu intuisis-yura yunita di dalam mobil seketika berganti dengan rihuk pikuk bandara yang memekakkan telinga. Begitu juga dengan pesawat-pesawat besar yang tak berhenti untuk datang dan pergi, seperti datang hanya untuk bersinggah lalu setelah itu pergi meninggalkan kenangan mendalam.

"Ari mana? "Tanya Aisyah setelahnya dia turun daru mobil.
"Udah keluar lima belas menit yang lalu kok. "Jawab Raka masih sibuk mengutak-atik ponselnya.
Tak lama kemudian muncul seseorang berkaos oblong dengan warna putih polos dan jelana jeans biru laut yang pas ditubuh cowok itu. Rambutnya yang hitam menambah ketampanannya.
"Woi,Ka. "Teriak cowok itu menghampiri Raka dan Aisyah.
"Ayo pulang capek nih. "Ucap Ari langsung masuk ke mobil lebih tepatnya tertidur di bangku panjang di tengah mobil.
"Menyesal gue jemput orang kayak gini. "Ucap Raka dengan wajah pasrahnya.
Aisyah malah memasang wajah heran dengan dua saudara ini, cewek itu mengikuti Raka yang memang sudah masuk ke dalam mobil.

"Kamu Aisyah kan. "Ucap Ari masih dengan posisi tidurnya.
"Iya. "
"Kalian udah pacaran ya? "Tanya Ari membuat sekotak tisu mendarat tepat di wajahnya. "Aduh. ".
Aisyah yang mendengar itu hanya dapat diam, menyembunyikan deguban jantugnnya yang memang sudah menjadi-jadi.

Sampai di sebuah rumah sederhana bercat kuning muda, mobil Raka berhenti. Ari segera turun dari mobil tanpa melupakan tas ransel hitamnya.
Cowok itu menarik pegangan pintu, melihat pintunya tak segera terbuka, Ari mendorongnya.
"Dikunci peak. "Ucap Raka sesampainya di belakang Ari.
"Cepetan dong, gue udah capek nih. "Gerutu Ari membuat Raka segera membuka pintu  kayu itu.
Setelah pintu benar-benar terbuka, mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Udara sore yang panas seketika berganti dengan dinginnya udara AC. 
"selamat datang, anggap rumah sendiri ya. "Ucap Ari tersenyum manis kearah Raka dan Aisyah.
"Terserah lu lah. "Ucap Raka segera berlalu dari sana.
"Rak, anterin aku pulang yuk. "Rengek Aisyah.
"Siapa bilang kamu boleh pulang? "Tanya Raka membuat Aisyah mengernyitkan dahinya.
"Temenin aku disini. Aku nggak bakal betah serumah sama orang kayak gitu. "Ucap Raka membuat Aisyah terkekeh.
"Pintu keluar masih terbuka lebar kok Ka, gue bakal dengan senang hati menerima rumah lo ini. "Beberapa detik setelah ucapan itu muncul dari mulut Ari, bantal berukuran 30 × 30 cm melayang mengenai punggunya.
"Rese lu. "Gerutu Ari.
"Kalau aja lo nggak sepupu gue, udah tidur di trotoar lu. "Kali ini emosi Raka menggebu-gebu.

Please ya,  vote cerita ini kalau suka, jangan cuma jadi pembaca gelap,udh sangat berusahaa buat cerita ini. :) terima Kasih banget yang ngevote ya.

D I A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang