Aisyah menghembuskan nafas kasar lalu menoleh kearah cowok disebelahnya,"Mau gue bantuin deketin Kikan?"Akhirnya kata-kata itu meluncur halus dari mulut Aisyah setelah hati dan logikanya bernegosiasi cukup lama.
"Beneran?"Raka menatap Aisyah sumringah.Cowok itu masih menunggu jawaban Aisyah sambil menatap penuh harapan ke sepasang mata cewek itu.
Aisyah manggut-manggut ,entah dia ikhlas dengan itu atau mungkin tidak.
"Makasih ya ,kamu emang sahabat terbaik."Raka mengelus lembut rambut Aisyah membuat cewek itu tersenyum tipis.
Ya mungkin apa yang difikirkan Aisyah benar,dia tidak akan menjadi lebih dari seorang sahabat bagi Raka."Besok kita makan es krim. "Ajak Raka membuat senyum bermekaran di wajah Aisyah, inilah Raka yang Aisyah kenal, Raka yang selalu berhasil membuat Aisyah tersenyum lebar .Dengan secepat kilat Aisyah membenarkan duduknya,lalu dengan semangat mengangguk mengiyakan ajakan Raka.
Masih dari duduknya,Aisyah mendengara suara langkah kaki mendekat,membuat Raka dan Aisyah berbalik menatap sang pemilik langkah kaki. Benar saja, Ari berjalan menuju Raka dan Aisyah sambil membawa sebuah toples berisi butiran-butiran cokelat. Cowok berambut hitam lebat itu berjalan dengan semangatnya sambil memasukan butiran cokelat satu persatu ke dal mulutnya.
"Ngapain lo kesini?"Tanya Raka menyatakan perang.
"Sehari ini aja kalian nggak berantem, bisa nggak sih? "Aisyah menempelkan punggungnya pada kursi. Kakinya bersila.
"Nggak. "Jawab Raka dan Ari berbarengan.
Ari masih Setia sibuk dengan cokelat-cokelatnya, tak melirik dua manusia dihadapannya sedikit pun.
"Demi gue. "Rengek Aisyah yang sudah mulai lelah dengan dua sepupu ini.
Raka menatap tajam kearah Ari tapi yang ditatapnya malah masih asik dengan cokelat yang sudah memenuhi mulutnya."Lo Kasih gue batangan emas ,juga nggak bakal kalik gue baikan sama ni anak."Raka bangun dari duduknya dan beberapa detik kemudian Raka tersenyum jahil dan dengan sekuat tenaga kepalan tangannya sudah menggilas kepala Ari,membuat cowok itu berteriak, "Aduh".Teriakan Ari berhasil mengguncang senatero rumah sampai kucing yang sedari tadi tertidur pulas di dapur terbangun kaget, Raka berlari menjauh dari murka Ari dan berlindung di balik pintu kamarnya. "Awas aja lo. "Emosi Ari mulai menggebu-gebu dan cokelat-cokelat itu sudah tak digubrisnya lagi.Beberapa cokelat terjatuh berserakan di lantai dan itu hanya ditatap Aisyah sekilas, mungkin nanti malam para semut akan berpesta dengan cokelat - cokelat itu.
Sedangkan Raka sedang tersenyum puas di dalam kamarnya, entah mengapa menggilas kepala cowok satu itu adalah kesenangan tersendiri baginya.
Ari mengelus dadanya perlahan,"Sabar Ri, sabar.Gue bales lo,gue nggak akan diem aja." Sewot Ari sambil sesekali menatap tajam ke arah pintu kamar Raka yang tertutup rapat.
Hening beberapa saat, setelah Ari berhasil meredakan kekesalan. Aisyah masih duduk bersila tapi kali ini dia sedang tak ingin membuka topik obrolan saja pada satu cowok ini, mungkin diam dan menunggu apa yang akan dilakukan Ari adalah keputusan yang tepat.
Ari melirik kearah Aisyah lalu untuk menghapus jarak diantara mereka, cowok itu duduk mendekat di samping Aisyah.
"Syah,gue mau ngomong sama lo."Aisyah yang sedari tadi sibuk memijat pelipisnya ,kini berbalik menatap Ari.
"Ngomong aja."
"Jangan disini lah."Ari bernego.
"Mau kemana?"Untuk kali ini mungkin Aisyah harus menuruti satu anak manusia itu.Ari melangkah mendahului Aisyah,tak menunggu lama cewek itu segera berdiri dan mengikuti Ari dari belakang.Mereka berdua sampai di teras rumah.
"Ada apa?".
"Lo nggak pa-pa kan?"Ari menatap Aisyah dalam."Pa-pa."Balas Aisyah tanpa ba-bi-bu.
"Tuh kan,udah gue duga. "Ari berlagak paling benar, "Terus gimana?."Lanjut Ari membuat Aisyah menjawab, "Ya nggak gimana-gimana."."Ya ini kan resiko gue mencintai Raka. Mau gimana lagi, gue yang mulai dan ini juga salah gue. Itu haknya buat milih orang lain dan bukan salah dia bukan milih gue kan. "Aisyah melipat kedua tangannya menyilang dan ucapannya berhasil membuat Ari benar-benar diam beberapa saat.
"Itu baru Aisyah yang gue kenal. "Ari tersenyum dan dengan segera tangan kanannya merangkul bahu cewek itu membuat Aisyah juga tersenyum di hari paling mengecewakannya.