"Maaf telat,tadi habis dari toilet." Aisyah menunduk,sepasang iris cokelatnya tak sanggup menatap sepasang mata di hadapannya.
Tanpa jawaban, setelah desahan kecil cowok itu pergi berlalu meninggalkan Aisyah yang masih tertunduk takut. Menyadari seseorang itu sudah meninggalkannya beberapa meter, Aisyah cepat-cepat berlari kecil untuk mensejajarkan langkah.
"Kamu marah?. "Tanya Aisyah hati-hati, kali ini dia sudah berani menatap sepasang iris hitam itu.
"Nggak. "
Aisyah mengerucutkan bibirnya, benar-benar kesalahan besar membuat cowoknya itu menunggu.
"Kalau marah bilang aja. "Entah apa yang difikirkan Aisyah, sampai-sampai berani melontarkan ucapan itu.
"Kamu nggak mau pulang ya?". Tanya cowok berambut cepak itu menatap Aisyah tajam.
Tak ingin tinggal semalaman di sekolah, Aisyah memilih diam. Setelah helm sni berwarna hitam berhasil bertengger di kepalanya, Aisyah cepat-cepat duduk di belakang cowok berperawakan tinggi itu.
Motor melaju perlahan, membelah udara senja peninggalan hujan, wanginya rerumputan basah berhasil membuat Aisyah ingin lama-lama menghabiskan waktu senja di keramaian kota, untuk berjalan di atas trotoar atau sekedar berdiri menatap sang Surya.
Aisyah memeluk tubuh seorang cowok di depannya, sebagai seorang yang masih berusaha ,Aisyah ingin berhasil membuat hatinya benar - benar jatuh pada cowok di depannya ini.
---
Sebuah rumah berpagar hitam pudar membuat motor hitam itu segera berhenti tepat di depan gerbang.
"Kamu dapet surat lagi? "Tanyanya membuat Aisyah mau tak mau berbicara sebenarnya.
"Iya. "
"Sama bunga?. "
"Iya. "
"Apalagi?. "
"Cokelat. "
"Kamu suka?. "
Aisyah cepat-cepat menggeleng, dia memang tak suka dengan semua barang itu, dari seseorang yang disebut screat admirer.
Setiap hari ada saja barang-barang macam itu, dari surat Cinta berisikan tiga baris kalimat Cinta, cokelat sampai bunga Mawar putih.
"Aku tahu siapa yang ngirim itu ke kamu. "
Aisyah membelalak, "Siapa? ".
"Kamu nggak perlu tahu, yang penting kamu nggak suka kan sama semua barang itu?. "Cowok berperawakan tinggi itu memasang wajah cemas, berharap sang kekasih menggeleng hebat seperti tadi.
"Iya, aku nggak suka. "Aisyah menggeleng.
"Makasih. "Dia tersenyum membuat Aisyah juga ikut tersenyum.
Senyuman itu adalah senyuman yang Aisyah rindukan selama ini, sejak beberapa Bulan yang lalu senyuman manis itu sudah memudar dan kali ini ,senyuman itu sudah kembali tapi tak seindah pertemuan pertama kali.
"Aku boleh minta sesuatu dari kamu?. "Tanya Aisyah menatap lekat-lekat iris hitam itu.
"Boleh, apa?. "
"Jangan pernah berubah ya. "Ucap Aisyah pelan, entah apa yang berhasil membuat Aisyah sedikit digelayuti rasa lirih, atau mungkin dia takut jika kekasihnya itu akan berubah, atau mungkin memang sudah berubah.
"Aku Cinta kamu. "Ucapnya mengecup dahi Aisyah perlahan.
Aisyah berdiri membeku, mempersilahkan sang cowok pergi berlalu dengan dentuman knalpot motornya. Masih dengan tubuh memanas, pipi merah, tubuh membeku dan dahi yang kenyut-kenyut, Aisyah berdiri di depan pagar rumahnya.
"Astagfirullah mimpi apa aku semalam?. "Gumam Aisyah pelan, lalu sekelebat bayangan tentang rencana tak mencuci kening selama-lamanya mulai menghantui fikiran Aisyah.
Tapi gagal, mamanya sudah benar-benar menghancurkan indikator yang menyebabkan akan semakin mimpi Indah malam ini.
"Ada nyamuk!. "
'CPLAK!!. ' Telapak tangan kasar itu sudah mendarat Indah di dahi Aisyah, juga sang nyamuk dengan darah yang berlumuran.
-------
"Sudah dibaca surat cintanya?. "Ucap seorang cowok bertubuh tinggi yang sedang tersenyum menang.
"Pasti dia suka sama hadiah-hadiah gue, apalagi kalau gue cantumin nama sebanarnya. "Tambahnya.
Ari mengepalkan jari-jarinya, cowok berambut cepak itu berusaha menahan emosinya.
"Tolong jangan ganggu dia. "Ucap Ari tak menatap ke arah cowok betubuh tinggi tadi sedikit pun.
"Terlambat, semuanya tak akan kembali seperti dulu. Gue udah nggak punya kesempatan, maka gue akan hancurkan secara perlahan. "Ucap Raka tanpa senyum.
"Tolong jangan ganggu dia, lo boleh hancurin gue tapi jangan pernah ganggu dia. "Ucap Ari dibalas kekehan Raka.
"Gue nggak bodoh. Gue akan hancurin dia dan itu akan buat lo hancur juga. "Raka berlalu pergi membuat Ari menghembuskan nafas kasar yang tertahan sejak tadi.
"Dan tunggu kejutan-kejutan gue lagi. Semuanya baru dimulai. "Ucap Raka tersenyum tipis.
------
Ari terduduk di atas kasur empuknya. Mengacak-acak rambut frustasi dengan erangan perlahan.
Lampu kamar bersinar redup beradu dengan lampu belajar yang menyala terang, masih dengan seragam abu-abunya, Ari menatap kosong meratapi hatinya yang mulai meretak.
Siapa yang tak tahu seorang Aisyah masih jatuh Cinta dengan Raka?. Jika sudah mendengar kata Raka, Aisyah bisa terdiam hingga bermenit-menit, entah apa yang difikirkan cewek itu tentang seorang bernama Raka, hingga berhasil membuat Ari benar-benar kehilangan mood seharian. Ari masih berusaha mengusir Raka dari fikiran Aisyah.
-next?.