Our Destiny ~ 11

24.9K 1.9K 89
                                    

Seburuk apapun kehidupanmu, kau akan tahu kalau hidup itu berharga sampai kau merasakan kehilangan.

Jari-jari kecil itu bergerak kaku dalam genggaman Christian. Pria itu merasakannya, mata yang terpejam itu langsung terbuka seketika. Christian melepas genggaman dan menatap lekat jari-jari kecil milik seorang gadis yang selalu dia tunggu kesadarannya. Zwei melolong senang ketika jari-jari itu kembali bergerak kaku, mata Christian berbinar senang. Jarinya langsung menekan tombol merah di dinding agar dokter segera datang.

Dia melupakan bakat alami para werewolf yang bisa berkomunikasi lewat pikiran.

"Jarimu bergerak. Apa sekarang kau bisa mendengarku, Azella? Aku akan jadi yang pertama kali kau lihat saat kau membuka mata. Aku di sini, untukmu." Christian mengecup punggung tangan Azella dan tangannya membelai pelan rambut gadis itu.

Azella mendengarnya, sangat jelas. Gadis itu ingin membuka matanya untuk melihat siapa pria yang memiliki suara berat, tapi lembut dan mampu membuat ritme jantungnya berdetak lebih cepat. Azella ingin melihat siapa dia yang sudah memberikan rasa aman dan nyaman ketika menggenggam tangannya.

Tapi secepat itu juga dirinya mulai merasa takut dan teringat Fernando. Pria yang sedari tadi bicara dengannya mengingatkan ia dengan sosok Fernando, yang dulu. Bukan sekarang.

"Dokter! Apa ia sudah sadar?" Suara berat nan lembut itu kembali terdengar di telinga Azella.

Demi Moon Goddes, Azella ingin segera membuka matanya. Tapi seluruh tubuhnya terasa kaku, matanya tidak bisa merespon, hanya jari-jari tangannya yang bisa ia gerakkan setelah sekuat tenaga mencoba.

Kini suara berat khas pria lansia terdengar. "Sepertinya begitu, Alpha, tapi mungkin butuh beberapa waktu agar panca inderanya kembali berfungsi dengan baik."

"Kenapa bisa seperti itu?"

"Maaf, Alpha. Luka yang diterima Luna cukup parah dan masih ada kemungkinan ia trauma entah karena apa."

"Lalu apa yang harus di lakukan? Apa yang harus kulaukan? Lakukanlah sesuatu! Kau bisa membuatku gila saat ini juga, Dokter!"

"Maaf, Alpha. Tubuh Luna masih harus diistirahatkan. Jadi, apa Alpha mengizinkan jika saya memberikan obat penenang agar Luna kembali beristirahat. Mungkin setelah itu panca indera Luna dapat berfungsi dengan baik."

Azella sangat bingung di dalam sana. Dia hanya bisa mendengar, tapi tak mengerti percakapan antara pria asing itu dengan dokter. Dari nada sang Dokter, sepertinya pria itu adalah seorang Alpha.

Dan siapa yang mereka panggil 'Luna'? Azella tertawa miris di dalam sana ketika mengingat dua kata sakral bagi dirinya saat ini. Alpha mengingatkan dia pada Fernando dan Luna adalah panggilan yang seharusnya menjadi miliknya.

Oh, bisakah ia sedikit egois. Azella hanya ingin bahagia dengan matenya, tapi kini seolah takdir mengembalikannya ke dunia hanya untuk mengingat kejadian paling mengerikan yang terjadi dalam hidupnya. Peristiwa saat pengangkatan Fernando sebagai Alpha tidak akan mungkin bisa ia lupakan seumur hidup.

Terdengar helaan napas berat dari pria itu.

"Lakukan!"

Detik berikutnya, Azella memberontak di dalam sana. Gadis itu baru sadar kalau obat penenang itu di suntikkan langsung pada kulitnya. Ia mengira obat penenang itu akan di suntik ke selang infus—meskipun dia tidak melihat, pastilah dia di infus!

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang