Bab 3: Sesaat Menjelang Badai

292 9 0
                                    

Matahari senja sudah lenyap dibalik gunang, kegelapan senja teIah menyelimuti angkasa, itulah sesaat menjelang tibanya malam hari, lapisan kelabu seakan akan membenteng di seluruh jagad, membuat, gunung, air, dedaunan dan bunga-bunga nampak serba kelabu, persis seperti sebuah lukisan tinta yang hambar.

Lelaki bertopi anyaman bambu itu berjalan sangat lamban menelusuri jalan kecil di kaki bukit, biarpun langkahnya kelihatan amat lambat, namun bila kita tidak melihatnya dalam waktu sekejap, tahu-tahu dia sudah berada jauh sekali dari posisi semula.

Wajahnya masih tersembunyi dibalik topi anyaman bambunya yang lebar, sulit bagi siapa pun untuk melihat perubahan mimik mukanya.

Tiba tiba "Traang!" bunyi gembrengan bergema memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu.
Ditengah burung yang beterbangan karena takut, seorang Ielaki buta penjual ramalan muncul dan balik hutan dan berjalan mendekat.

Orang berbaju biru itu berjalan menyongsong kedatangannya, pada sebuah jarak tertentu mendadak ke dua orang itu sama sama berhenti.
Ke dua orang itu berdiri saling berhadapan bagaikan dua arca batu, lewat lama kemudian mendadak si buta itu berkata kepada orang berbaju biru itu, "Apakah Sin Wan Sin Kiam (si Pedang Sakti Mata Sakti) Lan Toa sianseng yang telah datang?"

"Behar, aku Lan It Cing" orang berbaju biru itu balik bertanya, "darimana kau bisa tahu kalau yang datang pasti aku?"
"Biar mataku buta, hatiku tidak buta"
"Hati mu juga bermata dan bisa melihat?"
"Benar, bedanya yang dapat kulihat adalah masalah yang tak bisa dilihat orang lain dan orang lain tak akan bisa melihatnya"
''Apa yang telah kau lihat sekarang?"
"Aku telah melihat hawa pedangmu dan hawa membunuhmu, aku masih punya telinga, aku bisa mendengar"
Lan It Cing segera menghela napas panjang.
"Ku Bok Sin Kiam (Pedang Sakti Bermata Buta) Ing Sianseng memang tak malu disebut jago diantara jago dan dewa diantara jago pedang"

Orang buta itu tertawa dingin.
"Sayang aku masih tetap seorang yang buta, mana mungkin bisa dibandingkan dengan sepasang matamu yang masih jeli dan sakti itu?" jengeknya.
"Kau suruh aku kemari apa lantaran tidak leluasa mendengar julukanku sebagai si mata sakti?"
"Benar" orang buta itu segera mengakui, "tiga puluh tahun aku belajar pedang, banyak sudah jago pedang dikolong langit yang pemah kujumpai, namun masih ada satu keinginan yang belum terkabul, selama aku masih bisa bernapas, aku berjanji akan menjajal apakah aku si buta dapat menandingi sepasang mata sakti mu yang tersohor itu"

Sekali lagi Lan It Cing menghela napas.
"Ing Bu Ok" katanya, "mata mu memang Ing Bu Ok (seharusnya tanpa materi), tak nyana dalam hatimu masih memikirkan materi, tampaknya kau sangat tidak berkenan dengan julukan mata sakti ku itu"
"Lan It Cing, sekarang akupun baru tahu mengapa kau bernama Lan It Cing (setitik debu)" sela Ing Bu Ok dengan suara dingin, "karena dalam hatimu sesungguhnya masih tertinggal setitik debu, setitik kecongkakan, karena debu kecongkakan maka kau datang kemari"

"Betul, kau minta aku kemari maka akupun kemari, kau bisa suruh aku pergi, make akupun akan pergi" dengan cepat Lan It Cing mengakui.
"Pergi? Kemana?"
"Pergi mati"

Tiba tiba Ing Bu Ok mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, "Hahahaha betul, pedang adalah benda tanpa perasaan, sewaktu cabut keluar pedang pun pasti tak berperasaan, kini kau telah datang kemari sedang akupun ikut datang, diantara kita berdua memang sepantasnya ada seorang diantaranya harus pergi dari sini, pergi mampusl"

Dia telah mencabut keluar pedangnya.
Sebilah pedang yang tipis lagi panjang dalam sekejap mata telah dicabut keluar dari balik tongkat bambunya, cahaya tajam yang bergetar bagai seekor ular cobra menggelegar tiada hentinya ditengah hembusan angin malam yang gelap, agar orang lain tak pernah dapat menduga dari arah manakah ujung pedang itu akan menyerang, terlebih tak bisa melihat dari arah mana serangan akan muncul, bukan hanya getaran, cahaya sinar pedang pun seakan akan tiada hentinya ikut berubah.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang