Bab 5: Arak Darah

441 15 0
                                    

Bunga mawar yang tumbuh di atas dinding pagar bergoyang lembut terhembus angin, jalan kecil beralas batu tampak berliku-liku menghubungkan kebun bunga dan bangunan kecil di belakangnya.

Jendela itu berada dalam keadaan terbuka, tirai bambu setengah tergulung, lamat-lamat masih dapat terlihat beberapa pot bunga di atas beranda.

Toan Giok masih teringat dengan jelas, memang tempat inilah yang ia datangi semalam bersama Hoa Ya-lay.

Tapi ia tak tahu kemana Hoa Ya-lay telah pergi, terlebih tak tahu darimana munculnya pendeta berjubah hitam itu. Semua orang yang ditemui hari ini, tak seorang pun yang pernah dijurnpai semalam.

Tentu saja gadis berbaju putih itu bukan melemparkan senyuman untuknya, karena yang dia kenal adalah Lu Kiu.

Ini berarti Lu Kiu pun pernah berkunjung ke tempat ini.

Lalu tempat apakah sebenarnya bangunan kecil ini?

Sebuah persoalan yang seharusnya amat sederhana, kini sudah berubah makin bertambah kacau dan rumit.

Dalam pada itu pendeta berjubah hitam tadi telah menuang secawan arak untuk Lu Kiu, tanyanya, 'Bagaimana rasa arak ini?"

Lu Kiu mencicipinya seteguk, kemudian memuji, "Arak bagus, arak bagus!"

Arak dari daratan Tionggoan kebanyakm dibuat tepung beras, sementara arak ini dibuat dari anggur, bisa disimpan amat lama, manis dan lembut. Dibandingkan arak Li ji yang wanya setingkat lebih unggul.

"Betul," sahut Lu Kiu setelah mcncicipi seteguk lagi, ''Bila diteguk, memberikan semacam rasa yang luar biasa.'

"Arak semacam ini gampang diteguk, tapi tendangannya datang belakangan, bahkan sangat bagus untuk menyembuhkan hawa mumi. Bukankah belakangan kondisi badanmu kurang sehat? Minumlah barang dua cawan siapa tahu akan lebih bermanfaat untukmu."

Temyata dia malah mengajak Lu Kiu membicarakan soal kualitas arak, bahkan cara bicaranya seakan dia memang seorang ahli.

Hingga kini dia masih tetap tak pandang sebelah mata tcrhadap Toan Giok sekalian, sedang Lu Kiu sendiri pun seolah telah mclupakan juga rekan-rekannya.
Tak tahan Ku-tojin menghela napas panjang, gumamnya, "Padahal Pinto pun seorang setan arak, heran kenapa tuan rumah yang punya arak wangi justru tidak menawarkan barang secawan untuk kucicipi?"

Saat inilah pendeta berjubah hitam itu baru berpaling sambil melotot, tegurnya dengan wajah masam, "Siapa kau?'

"Pinto Ku Tiang-cing!" jawab Ku-tojin.

"Apakah kau adalah Ku-tojin yang disebut orang gila judi bagaikan orang kalap, gila arak bagaikan orang kehausan?"

"Betul sekali."

Mendadak pendeta berbaju hitam itu mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, bagus, bagus sekali!Kalau memang kau adalah Ku-tojin, sudah seharusnya kuberi secawan untukmu."

Dia segera mengulap tangan, gadis herbaju putih itu segera mengangsurkan sebuah cawan. Dengan tangan tunggalnya Ku-tojin terima cawan itu dan sekaligus menghabiskan isinya. "Oh, benar-benar arak bagus!" teriaknya.

Pendeta berjubah hitam itu menarik wajah. Dengan dingin ia mendengus, "Hm, walaupun arak bagus, sayang kau hanya pantas untuk mInum secawan."

Ku tojin sama sekali tidak marah, sahutnya sambil tersenyum, "Secawan pun sudah lebih dari cukup, terima kasih."

Sementara itu paras muka Ong Hui telah berubah hebat, teriaknya lantang, "Kau anggap aku tak pantas minum arakmu?"

"Siapa kau?"

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang