Bab 5

303 10 0
                                    

"Bagus, berarti daganganmu sudah berhasil."

"Sekarang belum berhasil."

"Lho, belum berhasil?"

"Terus terang saja, di tempatku itu hanya melayani sejenis manusia, aku harus menilai dulu apakah kalian manusia jenis itu, apakah kalian memenuhi syarat?"

"Manusia jenis apa yang bisa kau terima?"

"Manusia yang punya duit, orang yang punya banyak uang," dengan tertawa dia menjelaskan lebih lanjut, tarip yang berlaku di hotelku, terus terang lebih mahal sedikit dibanding tempat lain."

"Lebih mahal berapa?"

"Ada orang bilang, harga secangkir arak dalam hotelku lebih mahal dua puluh kali lipat dari tempat lain, padahal mereka memfitnah, membuat aku penasaran saja."

"Berapa kali lipat lebih mahal tarip arakmu?"

"Kalau di kota secangkir arak harganya satu tahil, di hotelku harganya hanya dua puluh delapan tahil."

Siau Ma tertawa lebar.

Lan Lan juga tertawa geli.

Pedagang itu mengawasi mereka, katanya, "Entah kalian adalah orang-orang jenis yang kukatakan?"

"Ya," ucap Lan Lan. "Kami adalah orang yang punya duit, punya banyak uang."

Apa yang dikatakan Lan Lan memang benar. Sekenanya dia merogoh saku lalu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas, setelah dihitung, nilainya genap sepuluh ribu tahil perak, lalu diserahkan begitu saja kepada pedagang atau pemilik hotel ini, seperti dia menyerahkan selembar kertas yang tidak terpakai lagi.

Siau Ma berkata, "Cukup tidak duit itu untuk kita tinggal setengah hari?"

Sepuluh ribu tahil perak cukup untuk membeli sebuah rumah gedung yang cukup mentereng, untuk tinggal di sini, selama tiga atau lima ratus hari juga lebih dari cukup.

Tapi pedagang itu berkata, "Asal kalian mau makan sederhana, arak juga tidak minum terlalu banyak, kalau menghemat tentu cukup."

Siau Ma tertawa besar, katanya, "Sekarang aku percaya kau bukan serigala, kau manusia tulen."

"Lho, kenapa?"

"Soalnya hanya manusia yang bisa memeras manusia, hanya orang yang pandai menindas sesamanya"

* * * * *

Hotel damai mirip sebuah hotel, tapi hanya mirip saja. Dikata mirip karena di depan pintu dipasang sebuah pigura besar, pigura yang diukir huruf besar berbunyi 'Hotel Damai'. Kecuali sekedar mirip, tempat lain hakikatnya tidak pantas disebut hotel. Yang paling janggal sudah tentu bentuk rumahnya.

Rumah kuno itu sudah bobrok, sudah reyot. Seorang anak kecil kepala gundul borokan berdiri di ambang pintu menyambut tamu.

"Ini putraku," kata pedagang bangga, mesti anaknya kurus, borokan lagi, tapi putra sendiri adalah anak tersayang, "Biniku sudah lama kucerai, biniku bukan manusia baik."

Bini orang lain selalu baik, lebih bagus, anak sendiri adalah yang tersayang.

Pedagang berkata pula, "Rumah ini ada delapan kamar tidur dan sebuah kamar makan!"

Kamar makan amat besar dan luas, dua kali lebih besar dibanding kamar tidur yang terbesar, kamar tidur berukuran 5x7 meter itu hanya berisi satu ranjang untuk satu orang tidur.

Pedagang berkata pula, "Menu yang kami sediakan kelas satu, maka sembarang waktu para langganan suka berkunjung kemari."

Apa yang diucapkan memang benar.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang