Bab 3: Tosu Perempuan Istri Ku Tojin

481 9 0
                                    

Semua orang terperangah, terkesima, berdiri melongo dengan mata terbelalak, mereka memandang keheranan, apalagi ketika melihat gadis itu sebentar mencak-mencak gusar, sebentar lagi tertawa manis.

Saat ini Ceng-beng (waktu tengok kubur) baru lewat saat yang paling cocok untuk berpesiar di telaga. Sepanjang jalan mereka bertemu banyak orang, apalagi mendekati pintu biara, ada begitu banyak laki-perempuan, tua-muda yang bertumpah ruah di sana.

Di antara mereka ada pelancong yang datang dari tempat jauh, ada pula yang datang dari kota untuk pasang hio, ada lelaki tua yang berjualan lilin dan hio, ada juga nona cilik dengan keranjang bunga melati, di antara mereka ada yang bicara dengan tutur bahasa sopan dan halus, ada juga lelaki kasar dengan omongan busuk.

Padahal suasana semacam ini sangat lumrah, dapat kau jumpai dimana pun di dunia ini, orang dengan aneka-ragam penampilan pun nyaris bisa kau jumpai di seluruh dunia.

Hanya semacam manusia yang tak nampak, mereka tidak melihat ada Tojin, jangankan sekelompok, seorang Tosu pun tak nampak.

Memang aneh bila menjumpai Tosu berada di biara kaum hwesio.

Di sudut dinding, tampak ada dua orang Hwesio kecil sedang bersembunyi di pojokan sambil mencuri makan gula-gula mereka berdua baru saja menyelinap keluar dari dalam Hong-lin-si.

Toan Giok tak ingin melanggar pantangan para Hwesio, dia pun tak berani masuk ke dalam biara untuk mencari tahu, tapi untuk bertanya kepada dua orang Hwesio cilik rasanya memang tak masalah.

"Tolong tanya Siau-suhu berdua, apakah dalam biara terdapat seorang Tojin she Ku?" "Tidak ada"

"Belum pernah ada Tosu yang berani masuk ke pintu kami, kalau ada pun mereka pasti akan dihajar sampai kabur"

"Kenapa?"

"Karena ada banyak orang iri setelah melihat banyak peziarah berkunjung kemari, mereka selalu berniat merebut kekayaan biara, selalu mencari akal busuk untuk merampas daerah kekuasaan kami"

"Betul, bahkan guruku sering bilang, untuk cukur rambut saja para Tosu enggan, mana mungkin bisa menjadi seorang pendeta yang bersih hatinya dan suci pikirannya?" "Konon ada Tosu yang punya bini!"

Tampaknya kedua Hwesio cilik ini belum lama menjadi pendeta. Kalau ditinjau dari mimik mukanya, mereka seolah menyesal mengapa bukannya menjadi Tosu yang diizinkan berbini, sebaliknya malah menjadi Hwesio.

Toan Giok mulai tertarik, diam-diam ia sisipkan sebongkah perak ke dalam saku mereka dan berbisik, "Selewat dua hari, cari topi untuk menutupi kepala gundul kalian. Sana,pergi ke rumah makan Sam-ya-wan dan cicipi ikan Song-so-hi, hidangan di sana sangat enak." Hwesio cilik itu meliriknya dua kejap, tiba-tiba mereka balik badan dan langsung kabur.

Hoa Hoa-hong tak bisa menahan geli, serunya sambil tertawa cekikikan, "Dasar orang jahat, kau hanya memikat orang untuk berbuat dosa."

"Masa makan ikan juga dosa?"

"Mana ada orang beribadah makan makanan berjiwa?"

"Daging arak hanya numpang lewat, sementara hati Buddha berada dalam hati, masa kau belum pernah mendengar perkataan ini?"

"Untung kau tak menjadi Hwesio. Kalau tidak, pastilah kau seorang Hoa-hwesio, Hwesio cabul!" "Seandainya harus menjadi pendeta, aku lebih suka menjadi seorang Tosu, tak bakaL menjadi Hwesio."

"Kenapa?"

"Seharusnya kau tahu kenapa," jawab Toan Giok sambil tersenyum.

Tiba-tiba Hoa Hoa-hong teringat kembali ucapan Hwesio cilik tadi, kontan dia mendelik, tapi kemudian katanya sambil tertawa tergelak, "Tadinya kusangka kau jujur dan polos, siapa sangka kau pun bukan orang baik-baik." Tiba-tiba lanjutnya setelah berhenti sejenak, "Tapi kau pun seorang IeIaki tolol."

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang