Bab 1: Musim Semi di Kanglam

683 10 0
                                    

Toan Giok adalah seorang lelaki muda.

Kudanya pun dari jenis Giok-bin-cing-hoa-cong (Kuda mestika bulu hijau bermuka kumala) yang dilengkapi pelana baru yang indah.

Di pinggir pelana tergantung sebilah golok bertangkai putih perak, bersarung kulit ikan hiu hitam yang bertatahkan tujuh butir zamrud, sarung golok yang bersentuhan dengan tempat pijakan yang terbuat dari tembaga kuning menimbulkan suara dentingan bagai irama musik.

Pakaian yang dikenakan pun dari kain yang ringan, sangat tipis, berwarna cerah dengan jahitan yang pas dengan potongan tubuhnya, dilengkapi pula dengan sebuah cambuk kuda terbuat dari kulit kerbau lemas buatan luar perbatasan. -

Cambuk kuda buatan Bi-sia-u-li di kota Un-ciu memang berkualitas tinggi, apalagi gagang pecut itu dihiasi pula dengan dua butir mutiara sebesar kelengkeng.

Saat ini tepat memasuki bulan tiga, saat pohon dan aneka bunga tumbuh subur di daerah Kanglam, burung nuri dan burung walet beterbangan kian kemari.

Segulung angin musim semi berhembus membawa bau bunga Tho yang harum semerbak, berhembus di tanah daratan, memberikan kelembutan dan kehangatan bagai napas seorang kekasih.

Ketika angin berhembus, di permukaan air nan hijau pun muncul riak melingkar bagai saling berkejaran, sepasang burung walet terbang lewat di antara pepohonan bunga Tho, hinggap di atas pagar jembatan kecil berwarna merah darah dan bercicit seolah sedang berceloteh membicarakan sesuatu.

Toan Giok mengendorkan tali les kudanya, membiarkan sang kuda perlahan-lahan menyeberangi jembatan kecil itu.

Angin hangat berhembus sepoi-sepoi, mengibarkan baju suteranya yang hijau dan tipis.

Dalam saku di sisi kiri bajunya, berjajar tumpukan uang kertas baru dan tersusun rapi. Jumlah uang yang cukup bagi seorang pemuda macam dia untuk hidup nyaman dan makmur selama tiga bulan.

Tahun ini usianya baru sembilan belas tahun, baru datang dari utara yang sepanjang tahun dilapisi salju tebal.

Tak heran ia begitu terpana menyaksikan keindahan daerah Kanglam yang indah menawan.

Toan Giok menarik napas dalam-dalam, ia merasa tubuhnya seringan burung walet. Begitu ringannya hingga seolah hendak terbang di angkasa.

Tapi sayang, dia pun tidak terbebas dari masalah yang mengganjal hatinya.

Tionggoan Toa-hau (Hartawan kaya dari Tionggoan) Toan Hui-him suami-istri selalu mendidik putranya dengan ketat, tak bakal melepas putra tunggalnya datang seorang diri ke wilayah Kanglam tanpa sebab yang jelas.
Tentu saja kedatangan Toan Giok pun membawa sebuah tugas berat.

Tugas yang diembannya adalah tiba di perkampungan Po-cu-san-ceng (Perkumpulan intan permata) sebelum bulan empat tanggal lima belas untuk menyambangi saudara angkat ayahnya semasa muda dulu, Kanglam Tayhiap Cu Goan, Cu-jiya dan menyampaikan ucapan panjang umur kepadanya.

Dia membawa golok kumala hijau, golok warisan keluarga Toan sebagai kado ulang tahun, kemudian membawa pulang intan permata keluarga Cu.

Perkampungan Po-cu-san-ceng memiliki sebutir mutiara paling berharga, dia adalah putri kesayangan Cu Jiya.
Tahun ini gadis itu baru berusia tujuh belas tahun, dia bernama Cu Cu.

Cu-jiya melanggar kebiasaan dalam merayakan ulang tahunnya kali ini, tak lain karena ingin memilihkan calon suami bagi putrinya.

Keluarga Cu di wilayah Kanglam sudah tersohor sebagai keluarga persilatan yang ternama. Cu­toasiocia selain terkenal sebagai gadis cantik, dia pun terhitung seorang gadis pintar.

Ketika mendengar kabar ini, para jago muda persilatan yang belum menikah berbondong­bondong mendatangi Po-cu-in Ceng, mereka harus tiba sebelum bulan empat tanggal lima.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang