19. Interogasi,

2.3K 102 3
                                    

Happy reading
[editing, 2022]

"Gria Raksa Argianta usia delapanbelas tahun. Tercatat sebagai murid SMA Bhina Bangsa kelas duabelas Mipa 4 semester genap."

"Pernah tercatat dalam kasus narkoba diusia belia"

Lagi-lagi pendataan soal Gria dibacakan lantang untuk kesekian kalinya dalam kurun waktu lima jam. Gria sendiri terduduk di kursi keras menghadap langsung pada seseorang inspektur  kepolisian. Ia memakai tudung jaket hitam gelapnya, menunduk dalam sambil  melirik polisi tersebut dari kelopak matanya, cahaya yang remang-remang di bawah mereka serta damainya ruangan. Membuat suasana sangat mencekam.

"Sekalian biodata lengkapnya bacain. Dimana saya lahir, siapa orangtua saya, jam berapa saya lahir" ketus Gria sembarangan

Pria berusia tigapuluh dua tahun di depannya itu lantas saja terkekeh  menaruh  lembut selembaran kertas berisi data pribadi Gria. Pria tersebut melipat lengannya diatas meja memperhatikan Gria dengan kening berkerut

"Udah bosan saya mengintrogasi kamu! kok bisa kamu punya hobi baku hantam begini"

"Lihat itu wajah kamu penuh lebam, gimana tanggapan Metha punya adik yang problematik seperti ini?"

"Gak usah bawa-bawa nama kakak saya!"

Raga tergelak dari kursinya. Ia menggeleng, namun ia tidak heran dengan sikap mantan adik iparnya itu

"Gini aja, supaya lebih singkat kamu kasih keterangan sebenar-benarnya ke saya"

"Saya bilang saya sudah tidak berurusan dengan barang haram itu" sarkas gria menatap tajam

Raga memijit kepalanya pening, "Tapi barang itu ada di lokasi dimana kamu diamankan sama polisi hari ini, Gria!"

"Bukan hanya itu, ditemukan sejumlah alat kontrasepsi dan beberapa botol minuman keras!"

"Tapi saya-"

"Tidak ada alasan untuk kamu berkelit!" tegas Raga memotong ucapan Gria

Gria lantas mengunci mulutnya, laki-laki itupun sudah malas menanggapinya karena ia memang tidak perlu menjelaskan apapun. Ini bukan kesalahannya, dan tempat itu bukan pula tanggungjawabnya. Yang ia tahu, dia datang ke markas geng Orion lalu memukul Zian karena ucapan Zian telah menyinggungnya dan Gria menyadari itu salah.

"Gria, tolonglah kamu kooperatif. Kamu bisa ditahan jika kamu seperti ini" ucap Raga  sedikit frustasi menghadapi mantan iparnya ini

Gria melepas tudung jaketnya kasar. "Kalau tahu gitu kenapa tidak dari tadi saya di tahan Bapak Raga Hutama yang terhormat!"

"Kenapa harus repot-repot ambil urin dan membuat saya beserta teman-teman saya menunggu?" sinis Gria  menantang  Raga

Raga menghela nafas gusar, "Saya percaya kamu, tapi bagaimana dengan polisi yang lain? jelas mereka meragukan kamu, Gria!"

"Kenapa?" Gria berdiri tangannya menggebrak meja di hadapannya "Karena kalian menganggap saya kriminal sejak belia?" Gria menyeringai sinis kepada Raga

"Gria!"

Peringatan keras Raga membuat seringai iblis Gria menculas. "Saya sudah pernah membunuh nyawa seorang kepala rumah tangga yang sangat disegani. Dan saya telah membuat seorang wanita hampir gila bunuh diri dihadapan anak laki-lakinya!" mata Gria memanas, kepalanya terasa pening

Raga tidak lagi bisa berkutik membalas segala perkataan Gria. Syukur saja salah seorang anggota polisi masuk ke ruangan introgasi tersebut dan memberikan beberapa lembar kertas yang nampaknya sudah terjilid rapi

Sekilas Raga meneliti hasil ketikan di kertas tersebut, "Kamu bisa bawa teman-teman kamu keluar dari sini"

Gria segera beranjak dari tempat duduknya, "Metha sudah menjamin kamu dan teman-teman kamu lainnya selaku guru BK di sekolah"

Gria tak merespon apapun, laki-laki itu nampak membuka pintu dengan keras

Pria berusia tigapuluh dua tahun ini adalah mantan kakak iparnya. Raga Hutama pernah berstatus sebagai suami sah Metha selama empat tahun, yang akhirnya mereka sepakat untuk berpisah.

"Aku udah bilang, gak usah ikut campur urusanku!" sergah Gria ketika Metha berjalan dibelakangnya

Metha nampak ingin meraih lengan adiknya, "Dengerin kakak!" Gria menghentikan langkahnya, laki-laki itu mengalah. Ia sadar dirinya masih berada di kantor polisi

Gria tidak serta merta langsung meninggalkan tempat ini seperti teman-temannya yang lain. Laki-laki ini terlebih dahulu mendampingi Metha dan ikut serta menandatangani selembaran surat pernyataan yang menjadikannya saksi baku hantam di markas geng orion, yang mana salah satu pentolah geng tersebut yakni, Zian besetra beberapa geng orion dinyatakan positif mengkonsumsi Psikotropika golongan 1. Mau tidak mau Metha juga harus melibatkan dirinya, karena Zian adalah anak didiknya di SMA Bhina Bangsa

"Tadi siang perawat yang biasa menemani mama telfon kakak, dia bilang mama harus di bius lagi" jelas Metha membuat Gria menatapnya tidak percaya

"Kok bisa?!" Metha menenangkan adiknya, "Mamah lari ke pintu gerbang Rumah Sakit sambil membawa pisau di tangannya, namun berhasil di tenangkan oleh satpam yang berjaga" Gria menghembuskan napas berat. Otaknya kembali mengingat kejadian dimana dirinya menyaksikan erangan ibunya ketika wanita paruh baya itu menyayat pergelangan tangannya sendiri

"Ketika kakak sampai di Rumah Sakit kondisi mama sangat memprihatinkan, mama terus memaki kamu" akhirnya mata Metha memanas, perempuan itu tidak lagi bisa membendung air matanya

Tepat setelah Metha menyenderkan kepalanya ke pundak Gria, sosok pria dengan seragam kepolisian yang masih melekat di tubuh kekarnya menghampiri keduanya, "Urusan Gria dan kawan-kawannya selesai, kalian bisa kembali ke rumah"

Metha membenarkan posisi duduknya, hidungnya mendengus berupaya agar ingusnya tidak  jatuh keluar. Tangannya juga mengusap pipinya yang basah, ia menundukkan kepala "Terimakasih" ucapnya lirih bahkan tidak terdengar

Raga mengangguk, namun matanya masih melirik ke arah sang mantan isteri "Are you okey?" ucapnya nampak khawatir

Metha yang mendengar itu pun lantas tersenyum dan mengangguk,

Gria lantas mengajak kakak perempuannya bergegas meninggalkan kantor polisi, "Kalau ada masalah, jangan ragu hubungi saya" ujar Raga menepuk kecil pundak Gria
















02.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang