Sepuluh

1.1K 126 33
                                    

[Bagi yang belum baca bab 9, baca dulu soalnya aku langsung update dua bab]

"Hai Nyonya muda! Gimana kabar Klepon? Nggak pengen makan mangga muda atau ngeraba kumis tebel Dokter Broto?"

Bian melangkah masuk saat pintu dibuka Kaia, dengan tangan yang penuh Bian memeluk Kaia erat sembari menepuk-tepuk pundak Kaia yang sempit. Tangan itu menjinjing kantong belanjaan - eco bag  - yang terlihat penuh dan berat. Beberapa bentuk bulat menonjol dari sana.

Sahabatnya itu membalas pelukan dan menjawab cepat, 'aku sehat-sehat aja, klepon juga'.

Mereka berdua melepaskan pelukan, Bian tersenyum riang seperti biasa. "Syukur alhamdulillah, kalo kamu mau check up aku selalu siap buat nemenin kamu." Ia menaikkan alis, menerawang ke bagian belakang Kaia. "Kok sepi? Tristan mana?"

"Dia ada pameran di Primrose. Mungkin pulang malem."

Bian mengangkat tangan tinggi-tinggi, lalu merangkul bahu Kaia agar mendekat, "Horeeee, bisa mesra-mesraan dong kita?"

"Auh, jijik." Kaia menyenggol Bian, membuat pria itu hampir terjungkal – agak dihiperbola – dan keduanya tertawa, kembali berangkul ria selayaknya sahabat. Kaia menunjuk eco bag yang dibawa Bian, "Apa itu?"

"Desserts dan every kind of buah-buahan, kesukaan ibu yang hamil muda."

"Oh, waw! Aku harap disana ada kedondong sama mangga muda," Kaia menangkupkan kedua tangan penuh harap, tanpa sadar air ludah itu mulai mencair karena rasa asam yang ia bayangkan.

"List pertama!" Bian menjentikkan jari.

Kaia menggandeng Bian dan menuntun pria itu langsung ke dapur . Bian mulai mengeluarkan belanjaan dan Kaia dengan sabar memperhatikan apa saja yang keluar dari eco bag berwarna hitam itu. Setelah pisang, kiwi, apel, anggur, akhirnya Bian mengeluarkan kotak plastik transparan berisi buah yang dipotong-potong isinya bengkuang, mangga muda, kedondong dan jambu air. Dan Kaia yakin Bian memotong-motong buah itu sendiri dilihat dari penampilan yang jelek.

"Kamu udah makan? Cepet makan makanan mencurigakan ini kalo kamu nggak mau Britta liat. Dia lagi kejebak macet di jalan." Bian meletakkan kotak buah itu ke depan Kaia, memberikan sendok serta menuangkan bumbu rujak ke mangkuk kecil yang ajaib bisa ditemukan, padahal ini kunjungan pertama Bian.

"Hmm, aku udah makan pancake tadi," jawab Kaia urung bersemangat. Mata hazel itu berubah lara, jari-jari yang panjang itu sibuk memainkan sarung jaring buah apel berwarna merah muda.

"Kenapa? Kok jadi muram durja gitu?" Bian menaikkan alis, ia menangkap sesuatu. "Kamu ngerasa bersalah merahasiakan kebahagiaan kecil di perut kamu? Aku nggak keberatan kok kalo ada orang lain yang tahu," Jawab Bian bangga seolah Kaia merahasiakan ini demi Bian seorang, yah Kaia tahu ia bercanda dan Kaia merasa itu sangat manis.

Kaia tertawa kecil, lalu mengangguk-angguk. "Kurleb (kurang lebih)." Ia menusuk mangga muda dan memakannya tanpa bumbu. Rasa asam lumer di mulutnya. "Kamu curiga, kan? Kamu pasti banyak pertanyaan yang pengen kamu tanyain ke aku."

Bian berdecak, menggeleng-gelengkan kepala sembari melipat tangan di dada, berlagak ironi. "Harusnya aku nggak boleh sejahat ini, kepolosan Klepon bikin aku curiga sama banyak hal," ucapnya. "Tapi aku udah bilang dari awal, kalau kamu udah siap pasti kamu akan cerita tanpa aku minta, Kaia."

"Makasih, kalo Britta mungkin udah interogasi aku sampai mampus," Kaia mendesah.

Alasan ia belum siap menceritakan apapun pada Britta. Temannya itu memiliki rasa ingin tahu yang kuat, sepertinya itu sudah jadi insting utama Britta. Dia tidak bisa tinggal diam jika Kaia memiliki sebuah rahasia - meski sebenarnya Britta adalah penyimpan rahasia yang sangat baik. Pasti mencurigakan jika wanita itu tahu, kenapa dia hamil di luar nikah, kenapa dia justru merahasiakan kehamilan dari Tristan dan keluarganya. Meski pun hanya untuk sementara saja sampai ia siap memberitahu mereka.

If Loving You is WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang