"Apa masalahnya?"
"Bagian atap retak."
"Besok coba kamu suruh Surya untuk periksa dan segera laporkan ke saya. Kalau memang parah saya akan langsung ke sana."
Arsitek muda bawahannya itu masih menekur di tempatnya, sepertinya masih ada yang ingin ia sampaikan. Tristan menaikkan alisnya, "Apa lagi?"
"Ah ya Pak, sekalian saya mau kasih tahu ada tamu buat bapak."
"Siapa?"
"L-Lena..."
Tristan mengerutkan kening mendengar bawahannya menyebut nama Lena tanpa embel-embel. Pasti Lena yang memintanya untuk memanggil seperti itu sehingga anak buahnya tampak kebingungan.
"Suruh dia masuk!"
"Baik Pak!"
Lena berlenggek-lenggok dengan anggun memasuki ruangan. Seperti biasa pakaian wanita itu provokatif kali ini menonjolkan bagian pinggang yang telanjang karena memang dress yang dia pakai memiliki model berlubang. Ia duduk dengan luwes di meja tamu Tristan. Memberikan senyum terbaik untuk menyapa mantan kekasihnya.
"Sibuk banget ya?"
"Biasalah, masalah kerja kamu pasti paham."
"Ya, pastinya. Karena kantorku belum jadi, aku masih punya waktu keluyuran untuk ketemu kamu," tukas Lena, berpura-pura tersinggung.
"Aku yakin nanti kamu akan lebih sibuk dari aku, Alena."
Wanita itu menggedikkan bahu, tak tahan dengan basa-basi yang sedang berlangsung. Ia lalu menghantam ke inti yang membuatnya penasaran.
"So, gimana keadaan istri kamu?"
Tristan tersentak ingat Lena ada bersamanya saat Gama menelepon dan memberi tahu keadaan Kaia. Malam itu ia membayar bil dan meninggalkan Lena begitu saja. Mungkin karena terlalu kaget, Tristan lupa menghubungi Lena esok harinya, juga hari-hari berikutnya sampai wanita itu datang ke kantornya.
"Maaf aku ninggalin kamu malam itu dan nggak ngasih tahu kelanjutannya. Kaia dapat beberapa cedera tapi dia baik-baik aja. Butuh istirahat sampai kaki dan tangannya pulih."
"Oh baguslah!" Lena menanggapi kabar itu sambil lalu meski pun ia yang pertama kali bertanya.
"Dan, angin apa yang membawamu kesini?"
"Apa salahnya aku main kesini untuk ketemu teman baikku. Tapi yah, aku memang ke sini untuk..." ekspresi Lena berubah tak nyaman, "You promised me, kamu bakal bantu cari keberadaan Papaku di sini."
"Kamu serius tentang ini? Kamu sendiri yang bilang kalau semua sudah lewat dan kamu nggak pengen cari Papamu lagi?"
"Aku berpikir, Tris. Aku tanya hati nuraniku apa yang bikin aku pulang ke negara ini. Setidaknya ada dua, yang pertama adalah kamu dan yang kedua adalah Papa." Lena blak-blakan. "Aku rindu Papa, dan ingin tahu alasan dia pergi... sekarang aku di negara ini, aku merasa jarak kami sangat dekat."
"Kamu yakin?"
"Yakin sekali, aku sudah pikirkan matang-matang. Tapi aku butuh bantuan kamu... kamu lebih tahu tempat ini dan kamu adalah orang yang paling aku kenal di sini. Aku nggak canggung minta bantuan kamu karena kita pernah sangat dekat..."
Tristan mengerutkan bibir, ia terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk. "Aku akan selidiki mulai besok. Aku punya beberapa kenalan yang bisa bantu kamu cari Papa kamu. Semoga bisa dia masih di kota ini dan bisa ketemu sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
If Loving You is Wrong
RomanceKaia pernah sangat mencintai Tristan. Itu sebelum Tristan menyakitinya sampai pada titik Kaia tidak bisa memaafkannya. Sekarang Kaia tahu bahwa mencintai Tristan adalah kesalahan. Dan karena bencana yang tak termaafkan itu, Kaia dihadapkan dengan...