duapuluhempat

227 12 2
                                    


"Dia baik-baik saja. Dia mengalami sinkop karena campuran dehidrasi, kelelahan, stress dan ditambah cedera yang dia alami. Dokter kandungan juga sudah memastikan kandungannya baik-baik saja. Untungnya cedera kakinya nggak banyak terpengaruh."

"Syukurlah."

"Omong-omong apa kamu baik-baik saja?"

"Keadaanku buruk."

Jawaban singkat Tristan membuat Gama mengangguk. Ia memperhatikan keadaan sahabatnya yang menggenaskan. Mereka datang ke rumah sakit dengan kacau. Bercak telur dan tomat mengotori rambut dan pakaian mereka. Untungnya Tristan memakai kaos di dalam kemeja, jadi dia bisa melepaskan satu lapis pakaiannya. Wajahnya terlihat lesu namun tetap terlihat tenang.

"Hah, maaf aku baru tahu karena aku ada operasi darurat dari pagi," kata Gama yang terlihat Iba.

"Nggak apa," Dia tersenyum, "Ini masalah nggak terduga, dan kamu pasti sibuk."

"Tapi sebenarnya ada apa? Aku yakin kamu bukan orang yang mengesampingkan kualitas demi kuantitas," tanyanya penasaran. Dia membaca artikel di forum yang memuat tentang fitnahan Tristan. Dia mengenal Tristan dan yakin sahabatnya tidak memiliki pemikiran culas seperti itu.

"Ini perbuatan Johan."

Itu menjawab semuanya. Tapi, Gama masih tidak dapat menyembunyikan kekagetannya. "Apa? Setelah apa yang dia lakukan ke kamu dan Kaia... dia." Gama kehabisan kata-kata.

"Dia pikir dia pintar. Tapi dengan artikel itu, dia membuka kebusukannya sendiri. Kelihatannya dia menyelewengkan dana dalam pembelian bahan bangunan saat dua bekerja bersamaku. Gedung yang roboh itu seharusnya ditutup dan dilakukan pemeriksaan. Tapi dia datang dan menyamar sebagai bawahanku, mengatakan kalau gedung masih aman untuk ditinggali."

"Ya tuhan. Kamu harus melaporkannya pada polisi! Menuntutnya!"

"Itu yang akan aku lakukan. Aku sudah menyewa pengacara dan mencari bukti-bukti tindakannya."

Lalu Gama menghembuskan napas panjang. "Aku harap masalahnya segera selesai, penjarakan dia dan hidup dengan tenang."

"Dia akan membusuk di penjara. Kamu tenang saja..."

Gama mengangguk menanggapi, "Siapa saja yang sudah tahu?"

"Orang tuaku dan Ya, keluarga Kaia. Kania meneleponku barusan. Dia bertanya bagaimana Kaia dan aku jawab Kaia sudah tahu." Dia menjeda, "Kayaknya aku harus segera memberitahu Kania tentang kehamilan Kaia."

Cepat atau lambat semua akan tahu. Perut Kaia juga sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Tapi, dia masih menunggu persetujuan Kaia. Dia masih cemas membagikan berita itu kepada orang lain.

"Kamu benar. Tapi sekarang sebaiknya  mandi dulu. Kelihatannya kamu nggak nyaman."

Tristan memeriksa pakaiannya dan menemukan noda telur di sana. Dia juga mencium bau amis dan busuk dari situ. Keadaannya pasti kacau sekali sekarang, sial. Pantas saja seluruh isi rumah sakit memerhatikan setiap dia lewat.

"Kalau begitu tolong jaga dia sebentar. Aku harus membersihkan diri dan cari pakaian untuk Kaia."

"Kamu mandi di sini aja, pakai pakaianku saja. Kami selalu bawa pakaian bersih untuk jaga-jaga. Aku juga akan pinjamkan pakaian untuk Kaia."

Kemudian, Tristan berdiri dan menepuk pundak Gama. "Baik terima kasih. Bauku pasti mengganggumu ya."

"Dokter nggak seharusnya terganggu dengan bau!" sergahnya lalu ikut berdiri. Ia membuka lemari di ruang kerjanya lalu mengeluarkan kemeja dan celana bahan yang tergantung rapi. "Jangan lupa kembalikan setelah di laundry!" katanya sembari menyerahkan satu setel pakaian itu pada Tristan.

If Loving You is WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang