Tigabelas

711 66 2
                                    

Jika dibandingkan dengan Kania, Kaia adalah anak yang paling kalem. Dalam pengertian ia tidak seaktif Kania. Jika Kania suka belajar sepeda, main sepatu roda atau sekadar berlari-larian dengan Jo di dalam rumah saat sepupu mereka itu menginap. Dan Kaia yang akan menjadi penonton setia, ia akan melirik sesekali, ikut tertawa jika ada yang terjatuh lalu meneruskan kegiatan yang ia sukai, kebanyakan adalah mewarnai. Mamanya sering membelikan buku bergambar karena tahu Kaia suka mewarnai, ia juga suka membaca buku cerita dengan ilustrasi yang menarik atau menonton cd kartun yang dibelikan papanya setiap habis pulang dari luar kota. Kebalikan dari Kania, Kaia justru lebih suka kegiatan yang membuatnya duduk diam dan nyaman. Dia tidak suka bergerak banyak karena itu melelahkan dan bisa membuatnya terluka (Kaia sering melihat lutut Kania yang terluka karena terjatuh).

Setelah dewasa pun, Kaia tetap menyukai kegiatan yang demikian. Duduk sambil membaca diktat, nonton drama series Netflix sampai habis dalam satu malam atau hanya melamun menatap jendela sembari memikirkan hal-hal yang mungkin dan tidak mungkin dalam hidupnya. Begitulah Kaia, meskipun ia pernah berlari kesana-sini saat ia masih menjadi dokter muda dan ditempatkan di UGD. Semua itu tidak mengubah kesukaannya untuk bermalas-malasan di atas tempat yang empuk.

Tapi sekarang sepertinya ia dikutuk.

Ia tak pernah menyangka, hanya dengan menuruni tangga secara perlahan bisa membuatnya duduk bahkan berbaring dalam waktu yang lama. Dan, dengan posisi yang membosankan...

Kaia tak pernah berpikir bahwa ia akan merasa jenuh duduk dalam waktu lama ditemani ponsel atau laptop saja. Tapi, hal itu terjadi sekarang.

Ia membenahi posisi hampir berkali-kali untuk mendapatkan kenyamanan. Namun semua tidak berhasil, kaki kiri yang di pasang gips terasa gatal dan nyeri. Belum lagi posisi kaki yang dibuat lebih tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan sama sekali tidak membantu dan justru membatasi gerakan. Tangan kanan yang paling penting dalam melakukan banyak hal tak bisa berfungsi banyak karena masih bengkak. Ia hanya bisa berbaring, dan tidak bisa melakukan banyak hal kecuali jika ia mau memakai kruk dan keluar untuk menonton tv. Ponsel dan laptop tak lagi menyimpan hal menarik untuk dia gali.

Untuk sarapan, tadi pagi Tristan mengantarkan nampan makanan berisi roti tawar, telur mata sapi dan teh chamomile. Sedangkan seteko air beserta gelas sudah tersedia semenjak ia memasuki kamar semalam. Itu membuatnya sedikit lebih mudah, tapi masalahnya, banyak minum, semakin cepat keinginan untuk kencing datang. Terlebih lagi dia sedang hamil. Terima kasih karena Klepon tidak rewel dan membuatnya muntah-muntah di pagi hari meski jadwal pipisnya meningkat belakangan. Kaia mengerang dalam hati.

Tristan masih belum mencoba untuk mengajaknya berbicara, dan dia mensyukuri itu. Baik dari dalam mobil maupun sepulang dari rumah sakit, kondisi mereka tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya. Jarang bertemu, apalagi berbicara. Tristan baru menjenguknya dua kali semalam sebelum tidur, dan tadi pagi saat mengantarkan makanan. Yang dia ucapkan hampir sama, "Masih sakit? Butuh sesuatu atau bantuan? Dan kebanyakan dibalas 'tidak' oleh Kaia. Dia masih bisa ke kamar kecil dengan bantuan kruk. Makan dan minum dengan tangan kiri, well, yang ini memang butuh sedikit kesabaran.

Pintu kamar di ketuk. Kaia yang sudah bisa menebak siapa itu hanya membiarkan sampai pintu itu terbuka dan Tristan muncul dari sana. Pria itu sudah rapi lengkap dengan tas yang biasa ia bawa saat bekerja. Ia terlihat canggung namun masih tampan.

"Aku mau berangkat kerja, mungkin kamu perlu sesuatu sebelum aku pergi?"

"Makasih, tapi aku belum butuh apa-apa sekarang," Kaia menolak halus.

Tristan mengangkat sebelah alisnya curiga, "Kamu yakin kamu nggak perlu perawat?"

"Yakin. Aku bisa sendiri, lagipula..." Kaia menjeda, "Bian diskors, katanya dia mau kesini nanti. Jadi, dia bisa bantu dan temenin aku di rumah. Kamu nggak masalah kan aku ajak dia kesini?"

If Loving You is WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang