"Ya tuhan, apa yang terjadi dengan kakimu? Dan kamu, apa ada yang memukulmu?"
Kalimat itu yang pertama kali mereka dengar ketika orang tua Tristan membuka pintu. Tristan mengajak Kaia untuk tinggal di rumah orang tuanya sementara waktu karena rumah mereka bukan tempat yang aman. Melihat reaksi Ibu Tristan sepertinya, Tristan sudah menceritakan apa yang terjadi tadi di rumah mereka. Wajah wanita paruh baya itu tampak khawatir melihat cedera yang di alami menantu dan anaknya. Dia pasti mengira ini akibat dari kejadian sebelumnya.
"Bukan. Aku terjatuh karena kurang berhati-hati."
"Kamu harus berhati-hati lain kali. Lihat kakimu sampai seperti itu," jawab Ibu Tristan sembari mengandeng tangan Kaia. Ia menatap anak laki-lakinya, menunggu jawaban yang belum ia terima.
Tristan meraba luka bekas pukulan Bian di sudut bibirnya. Ia bergumam, "Oh ini..."
"Sudah ma. Sebaiknya biarkan ke kamar dan membersihkan diri. Mereka mengalami hal yang berat," sang ayah menyelamatkan dengan memotong kalimatnya.
"Ah benar, maafkan Mama yang banyak bicara. Mama sudah rapikan kamar kalian. Jangan merasa sungkan untuk beristirahat mama bukan mertua yang suka membicarakan menantunya."
Kemudian, mereka di antarkan ke depan kamar Tristan yang ada di lantai dua oleh kedua orang tua Tristan.
"Satu jam lagi kalian turun ya. Mama akan siapkan makan malam untuk kalian..." ucapnya. Dan kedua orang tua Tristan benar-benar membiarkan mereka memasuki kamar tanpa banyak basa-basi.
"Kamu pasti risih jadi mandilah. Setelah mandi kamu bisa makan malam dan tidur," Tristan membuka lemari pakaian lalu mengeluarkan sebuah kaos polos dan celana training. "Pakai ini untuk sementara..."
"Terima kasih." Kaia mengambil pakaian itu dari tangan Tristan. Mereka berdua diam untuk beberapa waktu. Sebelum Kaia kembali memecah keheningan. "Kak?" panggilnya.
Tristan menjawab dengan alisnya yang naik. Menunggu apa yang akan diucapkan Kaia selanjutnya.
"Kita beritahu orang tuamu tentang kehamilanku malam ini."
Seperti yang dijanjikan, makan malam siap setelah satu jam. Ibu Tristan memasak menyajikan banyak makanan. Bahkan cukup jika disebut pesta karena porsi makanan ini lebih untuk empat orang. Terlebih jenis protein yang kelewat beragam dan berlebihan.
"Aku nggak tahu Kaia suka apa, jadi Mama masak semua yang ada di kulkas."
"Makasih ma. Ini lebih dari cukup..."Kaia menelan ludahnya. Dia memang belum sempat makan malam. Sepertinya klepon di dalam perutnya sudah kelaparan.
"Ma, Pa. Sebelumnya kami ingin memberitahukan sesuatu," ungkap Tristan. Kaia hampir lupa bahwa mereka berencana memberitahu mengenai klepon. Tiba-tiba dia merasa gugup karena orang tua Tristan memandang mereka dengan tatapan penasaran.
"Kaia hamil," Tristan langsung ke inti.
Mereka diam sejenak sebelum bereaksi. Ibu Tristan menutup mulutnya sembari memukul-mukul pundak sang suami. "Ya tuhan! Syukurlah! Akhirnya kita bisa gendong cucu, Pa. Alhamdulillah!"
"Iya ma! Alhamdulillah. Akhirnya Papa bisa pamer cucu ke teman Papa!"
"Sudah berapa bulan?"
"Masuk bulan ke tiga, Ma."
"Bulan ke tiga? Kalian?" tiba-tiba ekspresi Ibu Tristan berubah kebingungan. Ia kelihatan sedang menghitung di dalam kepala. Kaia tahu apa yang ada di pikirannya. Ya, dia memang hamil di luar nikah tapi apa yang terjadi tidak seperti yang mereka bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Loving You is Wrong
RomanceKaia pernah sangat mencintai Tristan. Itu sebelum Tristan menyakitinya sampai pada titik Kaia tidak bisa memaafkannya. Sekarang Kaia tahu bahwa mencintai Tristan adalah kesalahan. Dan karena bencana yang tak termaafkan itu, Kaia dihadapkan dengan...