16. dying

456 86 13
                                    

Megan

________

"Jas, apa ini?"  Tanyaku.

Tetapi Jason hanya terdiam saat rahasia gelapnya terbongkar. Wajahnya terkejut dengan warna pucat pasi. Aku dapat melihatnya mencoba mengucapkan sesuatu tapi diam adalah pilihan terakhirnya. Aku menunggu penjelasannya dan dia menatapku seolah aku harus mengerti hanya dengan membaca kedua mata hazelnya tersebut.

"Ayo bicara, Jas! Kenapa kau melakukan ini?!" bentakku mencoba membuyarkan pertahanan diamnya. Sesekali dia mengerang frustasi didepanku, menarik rambutnya kesal, menggaruk lehernya yang tak gatal, sampai memijat keningnya yang aku rasa tidak pegal.

"Jas, jawab aku! Kenapa?" kugoyangkan lengannya dengan kasar.

"kulakukan demi Justin!" jawabnya dengan singkat, padat, dan komunikatif. Seperti kriteria kalimat jurnalis. Tapi pernyataan Jason tadi malah menimbulkan banyak sekali pertanyaan dibenakku, untuk apa Jason melakukan hal ini demi Justin? Aku pikir dia tidak peduli pada saudara kembarnya tersebut. Karena nyatanya selama ini, Justin dan Jason memiliki sifat yang berlainan.

Justin selalu baik padaku, dia lembut, lucu dan juga penyanyang. Meskipun dia telah menodai citranya dengan memutuskanku dan pergi meninggalkanku begitu saja. Tetapi aku tahu sifat Justin yang sebenarnya.

Sedangkan Jason, dulu dia juga  manis kepadaku. Bahkan bisa dibilang dia sedikit menggodaku. Baru saat aku berpacaran dengan Justin, sikap Jason langsung berubah 360 derajat. Lebih banyak kasar dari pada manisnya.

"Justin? Dia dimana?! Apa kau tahu dia dimana ?!"

Tangisanku dengan mudahnya  meluncur menuruni pipiku, aku sendiri tak tahu kenapa aku menangis saat ini. Mungkin melihat aku dikhianati kedua kalinya oleh saudara kembar ini membuat hatiku sakit. Mungkin juga karena mendengar nama Justin disebutkan membuatku memiliki secercah harapan untuk kembali bertemu dengannya.

"Jason! Where is he?! Answer me!"

"He is in the hospital! He's dying! You know?!" Teriaknya.

Dunia terasa berputar dengan cepat, membuat kepalaku langsung terasa pusing dibuatnya. Aku tidak punya sandaran untuk bertahan, hingga akhirnya aku pun jatuh dan tertunduk dilantai.

Justin in the hospital???

And he's dying???

Tangisanku semakin menjadi-jadi.  Justin tidak pernah bilang padaku jika dia sedang menderita penyakit. Apa mungkin itu sakit batuknya selama ini?

Selama beberapa menit aku menangis sampai kurasakan sepasang tangan yang hangat  memelukku dari depan. Aku tahu itu adalah tangan milik Jason dan anehnya aku membiarkan diriku terbenam dipelukannya. Membasahi kaos bewarnya navy nya.

"He-he never told me that he was sick" ujarku diantara tangisan.

"Tidak juga denganku ataupun keluargaku"

Aku lepaskan pelukan hangat Jason untuk dapat melihatnya saat berbicara.

"Justin gak pernah bilang ke siapa pun kalo dia sakit. Kita baru tahu waktu Justin pingsan saat makan malam keluarga, trus aku temuin obat-obat yang dia pakai berserakan di kamarnya" jelasnya. Dan dapat kurasakan dia kembali seperti Jason yang dulu, yang lembut padaku.

Tubuhku bergetar pelan saat mendengarnya. Merasakan kengerian dari penyakit yang Justin punya.

"Justin sakit apa, Jas?" Tanyaku sedikit ragu. Tak sanggup untuk mengetahui jawabannya nanti.

Suasana pun menjadi hening seketika. Hanya dapat kurasakan hembusan nafas masing-masing dan kehangatan dari kulit Jason saja. Dia menelan ludahnya, seolah tak sanggup untuk memberitahuku. Perlahan tapi pasti dapat kudengar dia berbisik.

"Bronchitis chronic"



SURPRISE AGAIN!!!

omg gue nulis apaan ya

Plus cerita ini udah mau end lo haha
;-;

Stalker 2 ft. bieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang