teks 22

75 5 0
                                    

sesampainya di rumah bela
mereka semua turun
kevin menggendong bela

tapi ketika sampai di depan pintu rumah
pintunya di kunci
caca dan jovita yang mengetahui dimana letak kunci pintu itu langsung mengambilnya di pot besar dekat pintu
caca lalu membukanya

mereka semua lalu masuk ke dalam rumah
dan benar saja rumah ini tampak sunyi

"kok sepi sih,  kak devan mana ya? " tanya jovita yang dari tadi clingak clinguk ke kanan kiri

"iya nih,, paling dia lagi ada urusan,, yaudah kev lo bawa bela ke kamar ya" ucap caca yang menoleh ke arah kevin yang menggendong bela

tanpa menjawab
kevin lalu membawa bela ke kamar
tak perlu ditanya lagi dari mana kevin mengetahui kamar bela
karena dulu ia pernah mengantarkan bela ke kamarnya
dalam keadaan yang sama
yaitu ketika bela pingsan

sesampainya di kamar
ia menidurkan bela di ranjang
setelah itu membuka sepatu bela
dan menyelimuti tubuhnya sampai batas dada

"gue harap ini yang terakhir kalinya lo buat gue khawatir bel" ucap kevin yang duduk di pinggiran ranjang menghadap bela

ia menggenggam tangan bela erat
memberi kekuatan pada bela

*****

"thanks ya dev udah nganterin gue" ucap aura pada devan setelah sampai di depan rumah aura

"iya sama sama" ucap devan

"yaudah.  kalo gitu gue masuk dulu ya, lo hati hati di jalan jangan ngebut" perintah aura yang mendapat senyuman manis dari devan

ketika aura hendak keluar dari mobil tiba tiba ada tangan yang mencekal nya

aura pun berbalik ke belakang dan mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil
ia berfikir cepat
mungkin devan akan berbicara sesuatu

"kenapa" tanya aura pada devan

devan diam tak bergeming
tercetak senyum tipis di wajahnya
aura yang tak mengerti akan maksud devan hanya mengeryitkan dahi

"kepala lo masih sakit" tanya devan sambil melirik ke arah kepala aura

"emm,,  u--udah enggak kok" ucap aura sambil gugup
entah apa yang menyebabkan aura menjadi gugup
jantungnya seperti ingin meledak bila berdenyut sekencang ini saat bersama devan

mungkin ia seperti ini karena tangan devan yang masih setia menggenggam pergelangan tangannya
serta tatapan cool dari sang pemilik tangan

devan tersenyum simpul, 
ia lalu menggerakan tangannya dan diarahkannya ke kepala aura
devan menarik lembut kunciran aura yang dari tadi masih menggantung di kepalanya

karena ikatan yang terlepas
rambut aura sukses meluncur ke bawah
rambutnya yang halus nan lurus serta poni yang panjang nampak memutupi sebagian wajah aura

aura hanya diam saja di perlakukan seperti itu
ia merasakan bahwa dadanya kini bergetar seiring irama jantung yang kian cepat

aura menatap ke arah devan
melihat wajah tampan devan
yang membuat kagum setiap kaum hawa yang melihatnya

devan lalu menyibakan poni aura dan di selipkannya di belakang telinga
sehingga ia lebih puas memandang dewi cinta di hadapannya ini

tanpa ia sadari saat ini devan sedang memegang pipi aura yang terkena tamparan
bekasnya masih nampak merah pudar

devan memoleskan kehangatan di setiap inci pipi aura dengan tangan nya

tak terasa kini wajah devan mendekat ke arah aura
peelahan tapi pasti
dekat dan semakin mendekat
sehingga mereka bisa merasakan hembusan nafas masing masing

you mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang