2

176 120 52
                                    

Kehidupan bisa menjadi konyol di kota..
Dengan gedung-gedung juga semua kontruksi yang tidak pernah berakhir..
perlakukan  langkahmu seolah-olah itu seperti semen yang basah..
Untuk mencetak kehidupanmu berdasarkan keputusan..

"Tunggu, ini bukan jalan rumahku. Harusnya kita belok bukan lurus."

"Kita ke apartemenku dulu." jawabnya datar.

"Mau apa?" tanyaku was-was.

"Apa kau tidak kedinginan?  Bajumu basah kuyup begitu!" ucapnya dengan nada menjengkelkan.

"Iya iya." mimpi apa aku semalam hingga mendapatkan calon suami yang super tempramental seperti dia. Ku fikir setelah menikah nanti aku bisa memperbaiki kehidupanku, namun dugaanku salah. Setelah bebas dari ibu dan adik tiriku, aku harus menghadapi pris ini. Tuhan beri aku kekuatan.

Aku berpaling menatap luar jendela, hujan belum saja reda.  Belum ada tanda-tanda akan reda,  Setidaknya melihat keadaan diluar sana lebih menarik ketimbang melihat pria disampingku ini.

Mobil mulai memasuki tempat parkir apartemen dijakarta Selatan. Pria itu mematikan mobilnya.

"Kamarku dilantai 8 nomer 21, ini kuncinya. Dengar, jangan setuh barang-barangku. Aku harus kekantor dulu, ada berkas penting yang tertinggal. 1 jam lagi aku pulang. Mengerti?" ucapnya datar.

"Apa? Jadi kau tidak ikut? Bajumu juga basahkan? Jadi kau harus ganti baju juga.  kalau tidak kau bis--"

"Stttt, jangan bertingkah seperti ibuku. Urus urusanmu sendiri dan aku urus urusanku sendiri." Pria itu memotong pembicaraanku, ia menempatkan jari telunjuknya di bibir tipisnya.

Ck!  Aku kan hanya mengingatkan!  Menyebalkan!

"Hay apa lagi?  Keluar sana!  Dan ambil kunci ini!" ucapnya dengan nada kesal.

"Iya iya Da-- Eh, siapa tadi namamu?  David ya?" aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Aku benar-benar lupa namanya.

"Apa-apa kau!  Kau akan menikah dalam hitungan jari, dan kau tidak menghafal nama suamimu!!  Oh God! " ia menggeram kesal,  "ingat namaku Daniel,  D.A.N.I.E.L. kau ingat itu?"

"Iya iya aku akan mengingatnya, Aku kan hanya lupa tadi." dia benar-benar menyebalkan.

"Apa lagi yang kau tunggu? Keluar sana!"

Tahan Liza.
Kau harus tahan emosimu.
Oke?
Tarik nafas dalam-dalam, lalu buang.

Tanpa sepatah kata aku meraih kuncinya dan keluar dari mobil terkutuk itu. Aku segera masuk tanpa menunggu mobilnya berjalan.  Aku berjalan masuki lift menuju lantai seperti perintah pria temperamental itu.  Lift terbuka, aku keluar dan melangkah ke kamar Daniel.  Nomer 21, akhirnya sampai juga.  Aku sudah sangat kedinginan disini.

Kunci yang kupegang dari tadi ku tancapkan pada lubang kunci,  dan pintu terbuka. Hawa dingin langsung menyapaku, aku semakin mengigil. Apartemen bernuansa minimalis modern dengan warna putih dan biru yang mendominasi. Kakiku melangkah masuk untuk melihat lebih dalam apartemen pria itu. Setelah kuamati ternyata apartemen ini cukup kecil, hanya ada 1 kamar mandi,  1 dapur yang menyatu dengan ruang tamu , dan 2 kamar tapi kamar yang satunya Daniel ubah menjadi ruangan kerja. Setelah dirasa puas aku segera masuk kekamar milik pria itu bergegas mengganti baju. Tapi sebelumnya aku menyambungkan hpku yang lowbat dengan power bank.

Tak butuh lama hanya 20, aku sudah mandi dan berganti pakaian dengan kemeja biru dan celana hitam pendek.  Ini bukan size-ku tentu saja jika aku yang pakai pasti kedodoran,  tapi setidaknya ini menghangatkanku.

IndirectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang