Terkadang ada masanya rasa BENCI akan kalah dari rasa PERDULI..
Liza terbangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar yang tampak tidak asing baginya. Aroma obat-obatan begitu tajam membuatnya langsung menutup hidungnya.
'Gue benci rumah sakit'
Liza mencoba mengubah posisinya menjadi duduk, Namun rasa sakit dijantungnya kembali datang. Akhirnya dia mengurungkan niatnya. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada seorangpun yang menungguinya. Hanya ada tas kerjanya yang berada diatas laci. Tak lama kemudian ada seorang perawat datang, perawat yang sangat ia kenal.
"Mba Liza udah bangun?" tanya perawat tersebut.
Liza tersenyum sedikit kearah perawat itu, "iya suster Mary. Oh ya dokter Diki mana?" tanya Liza.
"Dokter Diki diruang operasi. Bentar lagi juga kesini," jelas suster Mery. Tangannya masih sibuk sibuk mengecek selang infus milik Liza.
Liza hanya menggangguk mengerti. Dia memilih menatap luar jendela memikirkan rencana untuk kabur dari rumah sakit ini sesegera mungkin.
"Oh iya, mba Liza kenapa gak ngomong mau nikah? Tau gak semalem pacar mba nungguin mba disini loh semaleman. Kayanya pacar mba Cinta banget ya sama mba," ujar suster Mery dengan menggebu-gebu. Sepertinya dia begitu mengagumi Davis, dilihat dari matanya saja orang bisa langsung tahu.
Liza hanya tersenyum miris, Cinta apanya?
"Ya udah, saya tinggal dulu ya mba. Saya mau ngecek pasien yang lain dulu." ucap suster Mary.
'Ini dia waktunya' pekik Liza dalam hati.
"Iya sus makasih," balas Liza singkat.
Selang Suster Mary pergi, Liza kembali berusaha mengubah posisinya menjadi duduk membuatnya lagi-lagi meringis kesakitan. Sekarang dengan satu tarikan, Liza mencabut selang infusnya. Bau anyir langsung membanjiriya. Namum ia tahan sebisa mungkin.
Dengan langkah sempoyongan Liza mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruangannya dengan cara mengendap-endap. Dia sudah biasa melakukannya, jadi dia tidak kesulitan sama sekali. Buktinya dalam 15 menit dia sudah sampai diluar rumah sakit tanpa ada yang melihatnya. Anggap saja itu adalah bakatnya.
Liza langsung menghentikan sebuah taxi, "mau kemana mba?" tanya supir taxi tersebut.Liza sempat bingung ingin kemana. Tidak mungkin dia kerumahnya pasti papanya akan marah besar karena dia tidak pulang semalam. Apa lagi jika kerumah Feni, ini kan masih jam 10 pagi. Pasti Feni masih di kantor. Aku harus kemana?
"Jalan aja dulu pak."
*****
Sementara di rumah sakit, Davis baru saja menerima telfon dari orang kantor yang memberitahukan bahwa perusahaan Shanxi Company ingin mengadakan pertemuan nanti siang, tapi dengan sangat teramat terpaksa dia menolak pertemuan tersebut. Dia tidak mungkin meninggalkan Liza sendiri.
Setelah selesai, Davis kembali ke ruangan Liza. Namun saat ingin membuka pintu rumah sakit dia merasa seperti ada yang aneh. Dia ingat betul tadi sebelum dia keluar untuk mengangkat telepon, dia sudah menutup pintunya.
Dengan cepat Davis membuka pintunya untuk memastikan Liza baik-baik saja. Matanya membulat sempurna saat ia tidak menemukan Liza disana, yang dia temukan hanya tetesan darah dilantai. Davis segera keluar mencari suster yang tadi ia suruh menjaga Liza.
Baru saja ingin keluar, orang yang ia cari sudah berada di depan pintu bersama dokter yang merawat Liza.
"Dimana Liza?" tanya Davis dengan aura menakutkan, matanya menatap tajam suster tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indirection
Romance(Akan Direvisi setelah ceritanya selesai ) By: Aliza Valenzuela Kenapa kehidupan selalu mempermainkan diriku.. Awalnya pertunangan yang harus kubatalkan demi orang lain, lalu penikahan yang kugagalkan dan membiarkan calon suamiku pada orang lain...