29. Hilang kendali.

143 29 7
                                    

Happy Reading!!

Terkadang lebih baik menjauh dari dia yang kita cintai
Bukan karena  berhenti mencintai
Tapi harus melindungi diri dari luka.

L

iza Pov.

Motor yang dikendarai oleh Feni berhenti tepat di depan apartemen yang cukup mewah. Aku segera turun dari montor sahabatku tersebut dan melepaskan helm yang ku pakai lalu mengembalikan ke pemiliknya.

"Lo yakin mau pulang sendiri?" tanya Feni meyakinkan.

"Tentu saja, sudah sana kau pulang. Aku tau kau sudah telat untuk bekerja," ucapku sambil melirik jam yang melingkar di tanganku menunjukkan pukul 06:15 WIB.

"Iya sih, tapi gue khawatir kalo terjadi apa-apa sama lo."

"Tenang gue gak apa-apa,"

"Lo yakin?"

"Iya Feni cantik, udah sana berangkat. Ntar telat lagi! Jangan lupa berikan surat resignku pada Davis ya."

"Oke, gue gak akan lupa kok. gue tinggal dulu ya," ucapanya mengalah, " kalo gitu gue berangkat dulu ya."

Aku mengangguk mengiyakannya, "hati-hati dijalan ya."

"Iya, daaa." Feni melambaikan tanganya bersama dengan montor yang menyala membawanya hilang dari pertigaan jalan.

Setelah memastikan Feni benar-benar pulang, aku membalikkan tubuhku ke arah apartemen yang berdiri kokoh didepanku.

Baiklah, ayo kita bertarung lagi.

Aku melangkahkan kakiku kedalam apertemen tersebut, lalu menekan tombol lift dimana pria itu tinggal. Tak lama lift terbuka di lantai yang aku tuju. Lantai 2 nomer 8. Aku sempat ragu saat ingin mengetuk pintu tersebut namun aku tau aku tidak bisa selamanya mundur, akhirnya kuputuskan untuk mengetuk pintu apartemen tersebut. 1X,  2X, 4X, 5X aku mengetuk pintu tersebut namun tidak ada sahutan dari dalam. Aku putuskan untuk membuka sendiri apartemen tersebut dengan menekan kode dengan sederet beberapa angka digit yang masih kuingat. Dan tara,  pintu bisa terbuka.

Ternyata dia tidak mengganti kode apartementnya.

Aku mengerutkan keningku saat mendapati apartemen yang seperti kapal pecah karena ada pecahan beling, benda-benda jatuh,  buku berserakan, kaset yang berantakan, TV yang menyala,  kertas bungkus snack yang bertebaran, juga dapur yang begitu kotor dipenuhini noda dan piring dan gelas kotor dimana-mana. Ada beberapa botol bir kosong pula di meja makan.

Apa-apaan ini?  Apa mereka habis pesta? Ah aku lupa, Tentu saja!!  Mereka pasti merayakan rencananya yang hampir membuatku mati.

Huft.

Aku menghela napas dalam-dalam lalu memunguti sampah dan juga lainnya, membersihkan apartemen tersebut dari kekacauan yang tuan rumah bikin sendiri. Peluh memenuhi dahiku setelah selesai membersihkan apartemen milik suaminya kini. Ah ralat, mungkin lebih tepat actor. Karena ia begitu lihai melakoni perannya sebagai sosok pria yang mencintai wanitanya.

Kecewa?  Pasti,  menyesal?  Entahlah. Aku bahkan tidak tau.

Aku berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum, setelah selesai aku melirik lemari barang kali ada makanan yang mampu mengganjal perutku, karena dari kemarin sore hingga pagi ini aku belum sempat makan. Namun aku berdecak kesal karena tidak ada satupun yang dapat kumakan. Akhirnya aku memutuskan untuk memasak, tapi bukan makanan yang super ribet. Aku hanya memasak mie instan ditambah telor setengah matang. Karena aku malas harus memasak makanan apapun itu. Badan ku masih lemas, beberapa kali juga aku masih meringis kesakitan karena jantungku kembali terasa sakit seperti diremas-remas. mie instant memang tidak dianjurkan untuk penderitaan sepertiku, tapi karena ini masalah mepet jadi tidak apalah aku langgar.

IndirectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang