17. couple

74 42 3
                                    

Happy reading!!

Ingatlah masih ada aku disini
Walau sekedar untuk berbagi
Walau sekedar untuk pelampiasan
Tapi tetap ingatlah aku akan slalu berdiri disini untuk melindungimu.
Untuk menjadi pelindungmu.

Nathan pov.

Setelah memberikan pidato singkatnya, Orang tua Daniel memberikan sambutan hangat kepada para tamu. Ia menyalami beberapa kolega bisnisnya. Begitu pula Daniel. Edo dan Davis pergi entah kemana. Sementara aku hanya duduk dimeja paling ujung. Coba tebak dengan siapa aku duduk sekarang?  Tentu saja dengan Liza siapa lagi kalau bukan dia.

"Kenapa lo gak bilang kalo lo temenan sama Davis?" tanya Liza.

"Gue kan juga gak tau kalo lo juga kenal sama Davis. Gue bahkan gak nyangka lo mau nikah sama dia."

"Pernikahan Kesepakatan loh. Jangan lupain itu," balas Liza mengkoreksi.

"Kenapa sih kalian nikah atas dasar kesepakatan?"

"Karena gue sama Davis menikah untuk kepentingan kita masing-masing anggep aja kaya simbiosis mutualisme."

"emang apa tujuan lo nikah sama Davis?"

"Ceritanya panjang."

"Gue gak sibuk kok. Jadi gue bisa dengerin cerita lo."

"Ck gue males Nathan."

"Tapi gue kepo Liza."

"Tanya aja sama Davis sendiri."

"Gak mau."

"Nathan!!!"

"Liza!!!"

"Lo cerewet Than."

"Jangan panggil Than berasa tante-tante gue." aku mengerucutkan bibirku, "dan jangan panggil Nat. Berasa cewe gue."

"Lo juga sih jadi cowo berasa mulu. Terus gue panggil lo apa? even? Jelis?  Lista? Nama lo aneh sih.  Ganti nama gih."

"Hehe sialan lo. Gini-gini pemberian nyokap bokap gue tau. Gue aduin lo."

"Dih, tukang adu. Gue aduin kepak RT nih."

"Serius Liza."

"Mau bnget gue seriusin?"

Njir. Kenapa cewek ini bikin gue gemes terus sih.

"Ngapain ngliat gue kaya gitu? Jangan bilang lo naksir sama gue?" tanya Liza dengan wajah seriusnya.

Aku tidak bisa menahan senyumku saat melihat wajah seriusnya itu, astaga manisnya.

"Mau banget ya gue naksirin." godaku dengan menaik turunkan kedua alisku.

"Serius ih. Jadinya mau dipanggil apa?"

"Sayang boleh, tapi jangan papah gue belum siap jadi papah dari anak-anak kita nanti."

"Nathan." dengan kencang Liza memukuli lenganku, aku akui pukulannya cukup baik hingga membuatku kewalahan.

"Aw sakit Liza. Iya iya ampun deh. Abis gue juga bingung mau nyuruh lo panggil gue apa."

"Kalo gak tau ya bilang gak tau dong, jangan kasih gue gobalan receh lo. Gak nafsu gue."

"Iya lah lo kan nafsunya sama gue."

"Dih gue nafsu sama lo?" Liza menunjuk dirinya lalu menunjuk ke arahku, "yang ada lo tuh yang nafsu sama gue, gue bantu dengan susah payah gotong lo sampe apartemen lo bukannya makasih malah nyiumin gue seenak jidat-- Ups"

IndirectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang