Prolog

10.9K 805 202
                                    

Emma kecil adalah sosok yang periang. Sosok yang sangat disenangi banyak orang karena kebaikan dan keramahannya. Semua itu terus membekas sampai dirinya besar. Sikap ramah, sopan dalam tutur kata, dan peduli pada sesama merupakan deskripsi yang pantas untuk menggambarkan sosok Emma Watson.

Namun ada salah satu hal yang benar-benar tidak merubah Emma. Yaitu mimpi. Di usia yang ke 26 tahun ini, dia masih terus bermimpi. Bermimpi layaknya anak berusia 10 tahun yang menginginkan sepeda roda dua dengan bel nyaring yang menghiasinya. Mimpi yang seharusnya dia wujudkan sejak awal mimpi itu datang.

Dan semua mimpi itu kembali di putar di otaknya. Semua mimpi yang tersusun rapih dalam memorinya. Mimpi yang akan diingatnya kembali ketika dia ingin meniup lilin di kue ulang tahunnya selama beberapa tahun belakangan ini. Mimpi yang bahkan dia bisa bayangkan dengan mata terbuka.

Panggil aku bodoh. Aku masih mencintainya dan tidak bisa melupakannya. Dia benar-benar telah mencuri hatiku dan tak pernah mengembalikannya lagi kepadaku. Oh Tuhan. Pertemukanlah aku dengannya. Hanya sekali. Sekali untuk seumur hidupku. Dia yang membuatku patah hati dan dia juga yang menjadi cinta pertamaku. Sungguh, aku tidak akan pernah menemukan lelaki seperti dirinya.

"Yeayy!!" Teriak riuh mulai terdengar selepas Emma meniup lilin di kue ulang tahunnya. Seluruh sahabat serta keluarganya pun menyalaminya dan memberikan selamat atas pergantian umurnya yang kini sudah 26 tahun.

Waktu memang berjalan begitu cepat. Sepertinya baru kemarin dia mengikut audisi film Harry Potter, namun sekarang kini dia sudah berusia 26 tahun dengan segala kesuksesan yang terus menghinggapi dirinya.

Tahun demi tahun dijalaninya seperti biasa. Film baru, penghargaan baru, Negara-negara baru yang dijelajahinya bersama UN Women Goodwill Ambassador, dan kekasih baru. Kali ini kekasihnya adalah William 'Mack' Knight. Dan dia cukup mencintai William yang usianya lebih tua 9 tahun darinya. Tidak masalah baginya, dia sudah beberapa kali menyukai lelaki yang usianya lebih tua.

"Selamat Ulang Tahun, sayang." Ujar William yang memberikan sebuah kotak dengan kulit beludru berukuran sedang berwarna biru tua. Emma tersenyum dan menerima kado dari kekasihnya itu lalu membukanya.

"Sungguh?" tanya Emma yang tidak percaya kalau William akan memberikannya sebuah kalung dengan liontin yang bertabur berlian yang pastinya harganya sangat mahal. William hanya tersenyum lalu mengambil kalung itu dan memasangkannya di leher jenjang Emma.

"Happy Birthday my dear." William mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya lalu memberikan kecupan lembut di bibir mungil kekasihnya. Mereka masih mempertahankan posisinya sampai adik Emma datang membuyarkan segala aktifitas mereka.

"Em.. Ada yang ingin bertemu denganmu." Ujar Alex Watson yang tersengal-sengal, sepertinya dia berlari untuk mencapai tempat kakaknya.

"Siapa?" tanya Emma yang berusaha menenangkan adiknya yang masih berusaha mengambil nafas yang panjang.

"Alfonso Cuarón." Seru Alex ketika nafasnya sudah bisa dikendalikan. Begitu mendengar nama orang yang mencarinya, wajah Emma langsung cerah dan segera berlari bersama Alex yang masih kelelahan.

Emma merayakan pesta ulang tahunnya di halaman belakang rumahnya di London. Dan kini dia sudah berada di ruang tamu. Disana tengah berdiri Alfonso Cuarón dan ibunya yang tengah berbincang.

"Alfonso!" Emma memekik memanggil lelaki tua itu. Alfonso yang mendengar suara Emma pun menoleh dan tersenyum. Dengan sekuat tenaga dia berlari dan memeluk Alfonso dengan erat.

"Emma." Suara Alfonso teredam di bahu Emma. Mereka saling berpelukan melepas rindu. Emma pun tertawa sambil memejamkan matanya. Dia sungguh merindukan lelaki ini.

"Apa yang membuatmu ke London? Apa kau kemari untuk mengunjungi anakmu Jessie di Oxford?" tanya Emma yang melepaskan pelukannya dari Alfonso. Alfonso pun tertawa mendengar pertanyaan Emma yang sangat terburu-buru. Alfonso benar-benar merindukan perempuan di hadapannya. Sudah berapa lama dia tidak bertemu dengan Emma? Terakhir di tahun 2004.

"Tenanglah, dear. Ayo kita duduk dan biar kuceritakan padamu segala tentang hidupku." Seru Alfonso yang mengajak Emma duduk di sofa ruang tamunya. Seperti diberikan isyarat, Ibu dan Adik Emma pun meninggalkan mereka berdua.

"Aku ke London memang untuk menemui anakku. Dan ada maksud lain dari kedatanganku sekarang." Ujar Alfonso lembut. Tangan Alfonso dan Emma saling bertautan.

"Aku ingin membuat Film. Film yang kau sendiri tidak akan menyangka kalau film ini ada." Seru Alfonso yang kelewat riang. Emma sedikit bergidik melihat senyuman misterius Alfonso yang menyimpan segala kerahasiaan dibalik kata-katanya barusan.

Emma masih ingat betul senyum sumringah Alfonso dari sejak awal dia mengenalnya. Alfonso Cuarón adalah Sutradara film Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, dia adalah salah satu sutradara favoritnya selama bermain di film Harry Potter. Dan sekarang Alfonso datang untuk memberitahukan tentang film barunya.

"Dan aku ingin mengajakmu bermain didalamnya." Lanjut Alfonso yang akhirnya membuka jalan pikiran Emma. Betul ternyata, alasan Alfonso menceritakan tentang film barunya adalah untuk mengajak Emma ikut bermain di dalamnya.

"Wow.. Aku turut senang akhirnya kau kembali ke dunia film. Tapi maaf Alfonso, di tahun 2017 aku akan Vakum dari dunia akting selama satu tahun. Itu semua aku lakukan untuk menyelesaikan buku-bukuku." jelas Emma yang berusaha tidak membuat Alfonso bersedih.

"Oh.. Aku mohon Emma. Aku baru saja mendapatkan ide yang sangat cemerlang untuk membuat film. Hanya kau yang pantas memerankannya. Aku mohon, Emma." Alfonso memohon dengan logat Spanyol yang sangat kental.

"Maafkan aku, Alfonso. Aku ingin sekali membantumu, tapi aku tidak bisa. Semua jadwalku sudah tersusun untuk tahun depan." Seru Emma yang mencoba membujuk pria berusia 55 tahun dihadapannya ini. Alfonso menghela nafasnya lalu menatap mata Emma.

"Bagaimana jika aku bilang, kalau lawan mainmu di film itu adalah Tom Felton?" ujar Alfonso akhirnya. Dia menghela nafasnya setelah mengatakan hal itu. Terjadi perubahan ekspresi di wajah Emma ketika mendengar nama orang yang disebutkannya.

"Tom.. Dia juga akan main di film ini. Sebagai kekasihmu." Seketika mata Emma terpejam dan tubuhnya lemas bukan main.

Dia pasti tidak baru saja mendengar nama Tom Felton, bukan? Dan tentu saja itu masih Tom Felton yang sama. Tom Felton, orang yang ada di mimpinya selama bertahun-tahun. Tom Felton yang merupakan cinta pertamanya dan masih dicintainya sampai detik ini.

***********

Hai Guys! Ini ff baruku. Tentang Feltson loh :D Gimana nih menurut kalian? Apakah harus aku lanjutkan atau sampai sini aja? Let me know what you think :) Thanks guys!

The Name Of Love ( Feltson )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang