Malam ini langit begitu kesepian.
Tidak ada bintang atau pun bulan.Seperti yang dirasakan oleh Alan. Malam ini ia duduk sendirian di ayunan. Hanya sendiri. Tanpa ada siapapun disini.
Taman yang biasanya selalu ramai. Kini mendadak sepi. Rasa perih di wajahnya sama sekali tidak berasa jika dibandingkan dengan rasa kesepian yang Alan hadapi.
Hari ini ia bolos sekolah. Hal yang sudah sering ia lakukan dari dulu, kadang juga ia ikut tauran atau berkelahi seperti kemarin bersama Ilham. Tapi senakal apapun Alan ia sudah bersumpah untuk tidak merokok ataupun minum.
Bagaimanapun Alan masih takut dosa. Cukup dengan menentang sang Papa adalah dosa terbesarnya. Selebihnya ia akan tetap melakukan shalat atau apapun agar pahalanya lebih sedikit meningkat daripada dosanya.
Saat sedang asik melamun tiba-tiba sosok itu datang. Dengan jeans putih, jaket baseball hijau tosca juga rambut sepunggung yang digerai. Di lengan kirinya terdapat bungkusan plastik putih, yang sepertinya berasal dari minimarket sebrang jalan. Dari sini Alan bisa mengetahui siapa itu.
Sosok itu berhenti dan menatap Alan intens. Matanya seolah bicara apakah itu benar adalah Alan.
"lo ada dimana-mana ya" akhirnya Alan memecahkan sunyi dengan mulai berbicara.
"suka-suka donk" Niki mulai berjalan mendekati Alan dan duduk di ayunan samping Alan.
Alan melihat kearah sikut yang kemarin terluka akibatnya "kenapa lo ikut campur kemaren? Mau jadi pahlwan?" tanya Alan sambil menatap langit lagi.
"iya kok gue baik. Gue masih bisa jalan. Gue gak harus opname"
Alis Alan berkerut sebelum mulai berbicara lagi "gue gak lagi nanya lo baik atau enggak?"
"oh ya? Tapi kenapa yang gue denger gitu. Udahlah gue baik-baik aja kok"
"apa itu artinya tangan gue sakit. Jadi tolong perhatiin gue?" tanya Alan sarktis
"hah? Gue gak bilang gitu" sanggah Niki.
"oh ya? Tapi itu yang gue denger"
Niki jadi kesal sendiri dan beranjak dari ayunan. Berniat untuk meninggalkan Alan sendirian. Tapi langkahnya terhenti kala mendengar suara Alan lagi.
"hei.. Hari ini masalahnya gue lagi pengen sendirian (baca: tolong jangan pergi. Gue lagi gak pengen sendirian gue pengen ditemenin)"
"trus kenapa? Gue gak larang kok" ucap Niki jutek tanpa membalikan badan.
"aishh kenapa bagian ini dia malah gagal faham" gumam Alan yang masih terdengar dengan sangat jelas oleh telinga Niki.
Sontak bibir Niki melengkungkan bentuk bulan sabit dan kemudian berbalik menatap Alan geli.
•One Life•
Mata Abyan memanas. Tangannya mengepal, rasanya ia ngin sekali meninju apapun yang ada di dekatnya. Kala melihat keseruan Alan dan Niki yang sedang bermain sepatu roda milik Alan.
Jadi ini adalah alasan kenapa Niki tidak membalas pesannya? Ia sedang asyik bersama yang lain.
"haha lo payah banget sih, gue lepas nih ya" ancam Alan.
"gua hajar lo lan.."
"Alan!!" protes Niki waktu Alan akan melepaskan pegangan tangannya.Niki sampai rumah dengan wajah cemerlang. Ternyata Alan tidak begitu buruk juga. Menurutnya ia hanya sedikit nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Life [Completed]
Novela JuvenilTakdir? Ialah hal tak terelakan yang datang dari sang pencipta. Hidup? Tak selalu manis Seperti kopi, kadang yang sedikit pahit itu lebih terasa mantap. Waktu? Yang kutau hanya ada hari kemarin yang tak bisa di ubah. Esok yang tak bisa diduga. D...