Dua Puluh Sembilan

3.6K 188 27
                                    

"Zea! Bangun, nak! Kamu telat kalau nggak bangun-bangun!" seru Mama dari balik pintu, membuat gue keluar dari alam mimpi.

"Eh, tai, ternyata dari tadi cuma mimpi? Ya elah, padahal kan gue pengen banget ke danau terus boncengan sama si Arkan," oceh gue sambil mengucek-ucek mata tanpa berniat untuk bangkit dari ranjang, tidak mendengar seruan Mama.

"Kamu ngomong sama siapa, Ze? Kamu nggak apa kan?" tanya Mama membuat gue langsung menutup mulut karena sempat mengoceh tidak jelas.

"Eh, iya, sebentar, Ma. Zea udah bangun kok, ini mau mandi." Dengan setengah hati gue duduk di tepi ranjang untuk mengumpulkan kepingan-kepingan nyawa yang berserakan entah dimana. Setelah beberaap detik mengumpulkan nyawa, gue berjalan untuk meraih handuk di lemari dan pergi untuk mandi.

****

"SUMPAH DEMI APA LO MIMPI BEGITUAN? BWAHAHA, GUE AMININ DEH SEMOGA KEJADIAN. KAPAN LAGI KAN GUE BISA BONCENGAN SAMA SI DAVID," seru Sheryn membuat gue menatapnya tajam.

"Toa banget sih lo, David denger baru tau rasa lo," protes gue sambil memainkan pena.

"Greget sumpah sama Mama lo, kan lagi seru-serunya, eh malah di bangunin," oceh Sheryn sambil ngerecutkan mulutnya. Memang benar mimpi gue sangat menggantung dan tentu saja gue juga ingin tau kelanjutannya seperti apa.

"Ke luar, yok, panas di kelas," ajak gue bangkit dari bangku dan pergi mendahului Sheryn. Sheryn pun mengiyakan dan mengikuti gue yang berjalan menuju luar kelas yang tidak ada bedanya dengan panas di lapangan outdoor.

"Gabut parah, sumpah. Lo ga ada niat buat jalan-jalan gitu?" tanya Sheryn.

"Gue sih ayo-ayo aja. Eh, ke XI-2 yuk, gue lupa minta surat izin buat ikut acara minggu depan," ajak gue dan mendapat anggukan dari Sheryn.

****

"Besok jangan lupa rapat di kelas XI-2 pulang sekolah, ajak sekalian anggota lo yang mau ikut PERSAMI. Yang terpenting, jangan sampai telat kecuali lo mau dapat siraman rohani dari Dimas soalnya dia ketua acaranya," jelas Adel sembari memberikan beberapa lembar kertas pada gue.

Gue menerimanya dan mengangguk. "Nggak bakal telat. Thanks, Del." Setelah menerima lembaran dari Adel, gue dan Sheryn langsung mencari anggota jurnalistik yang akan turun tangan dalam kegiatan tahun ini.

Setelah menemukan enam anggota, Sheryn mengajak gue untuk pergi mengisi perut ke kantin karena kebetulan hari ini sedang jam kosong pelajaran Bahasa Indonesia yang tidak boleh disia-siakan. Kami berdua bergabung dengan Jennie dan Silvi yang ada di salah satu bangku panjang.

"Siapa aja anggota jurnal yang ikut acara tahun ini?" tanya Silvi membuka suara setelah beberapa menit menyiptakan keheningan.

"Gue, Sheryn, Riska, Fani, Nayla, Grace, Laura, sama Aulia," jawab gue sambil mengaduk-aduk susu yang sudah gue pesan beberapa menit yang lalu.

"Besok jangan lupa rapat." Gue hanya mengangguk dan menoleh ke arah Jennie dan Sheryn yang sedang bertukar cerita. Dasar biang gosip.

"Fiona kan nggak sabar buat PERSAMI MOS minggu depan gegara ada Mas Delvin, eaa," goda Jennie setelag puas bercengkrama dengan Sheryn.

"Apaan sih, jangan ngaco lo," kata gue datar.

"Lah, lo suka sama Delvin, Fin?" tanya Silvi.

"Ho oh, Fiona mah friendzone gitu," timpal Sheryn. "Labil nih anak, suka sama Delvin tapi masih gagal move on dari Arkan. Dasar remaja labil."

"Jangan cemburu lo mah, gue sering masang banner bareng sama Delvin, manjat-manjta gitu, berdua. Lo jangan jealous, ini kan bukan kemauan gue sendiri," ucap Silvi.

He(A)rt - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang