Gue udah siap untuk menyaksikan perform Kak Kevin di gedung pusat. Gue memakai kemeja berwarna soft pink dilengkapi joger hitam, sneakers soft pink, dan slingbag polos, dengan rambut yang tergerai bebas. Gue meraih kamera dan memasukkan ke slingbag untuk mengabadikan perform-nya Kak Kevin. Dan tiba-tiba Iphone gue bunyi, notifikasi dari Clara, kirain dari Kak Kevin. Dengan enggan gue buka Line Clara.
Clara: Ke cafe yuk
Fiona: Kapan?
Clara: Sekarang, gue jemput deh
Fiona: Nggak bisa, gue ada urusan
Clara: Urusan apa?
Fiona: Lihat Kak Kevin perform
Calra: Njir, kirain urusan penting. Dimana?
Fiona: Di gedung pusat. Lo jadi ke cafe?
Clara: Nggak tau, kayaknya sih jadi
Fiona: Kalau ke cafe titip coklat hangat
Clara: Males
Read.
Males gue balesnya. Gue melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiri gue. Jam sembilan kurang lima belas menit. Karena menurut gue masih lama, gue pun bersantai ria di ruang tamu. Notifikasi Line terdengar nyaring, pasti Kak Kevin.
Kevin: Jadi nonton gue kan?
Fiona: Iya, ntar lagi gue berangkat kok
Kevin: Ya udah, hati-hati kalau dijalan. Naik apa?
Fiona: Motor
Kevin: Sendiri?
Fiona: Iya, mau sama siapa kalau nggak sendiri?
Kevin: Ya kali sama temen
Fiona: Enggak, enak sendiri
Kevin: Cie jomblo
Fiona: Situ juga jomblo
Kevin: Kalau mau berangkat bilang gue ya, nanti gue jemput di luar
Fiona: Iya, lo udah bilang berapa kali sih
Kevin: Iya ya, hahaha. Kan takut lo lupa
Fiona: Nggak, gue nggak lupa
Kevin: Nyokap lo mana?
Fiona: Kenapa nyari nyokap?
Kevin: Mau bilang anaknya gue bawa
Fiona: Gue udah bilang. Ya udah sana siap-siap dulu, ntar lagi gue berangkat
Kevin: Iya, hati-hati
Fiona: Gue berangkat
Kevin: Sekarang?
Fiona: Tahun depan, ya iyalah sekarang
Kevin: Oh, kirain tahun depan. Oke deh, hati-hati. Gue tunggu didepan
Gue meletakkan Iphone gue di dalam slingbag dan beranjak dari sofa, memasang sneakers yang tadi gue lepas. Gue pamit pada Bibi Mirna, penjaga rumah gue dan setelahnya gue berangkat menemui Kak Kevin di gedung pusat.
****
Benar saja, Kak Kevin menunggu gue di depan gedung. Senyumnya terbentuk saat gue lewat di depannya. Dia memakai jas hitam yang sangat rapi. Wajahnya semakin terlihat teduh dan bersahabat. Gue menelan ludah, bagaimana bisa baju yang gue kenakan sangat simple sedangkan ini adalah acara resmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He(A)rt - [SELESAI]
Dla nastolatkówApa kalian mempercayai cinta pada pandangan pertama? Fiona mengalaminya. Ia mencintai Arkan, sangat mencintainya. Sayangnya, sifat mereka berkebalikan. Arkan juga tidak pernah peduli pada perasaan Fiona yang menunggunya begitu lama. Terlebih ketika...