Enam Puluh

2.5K 180 26
                                    

"Keen, kamu apain sih temen mu? Kok sampe pucet gini?" tanya Tante Dina, mama Keenan yang baru saja pulang.

Gue melotot ke arah Keenan yang masih tertawa puas di depan Tante Dina. "Aku nggak ngapai-ngapain kok, beneran."

"Bohong, Tante. Masa Keenan nakut-nakutin saya gitu, kan ngeri apalagi tadi di rumah cuma berdua," kata gue.

"Lo aja yang alay, gue mana berani macem-macem," kata Keenan melempar tutup botol ke arah gue.

"Kamu udah lama disini?" tanya Tante Dina yang berhasil menghentikan perdebatan gue dan Keenan. Gue mengangguk lalu tersenyum. "Ada urusan apa kesini?"

"Anu, mau ngembaliin jaketnya Keenan. Semalem saya pinjem jadi Keenan pulangnya hujan-hujan, makanya demam, maaf ya." Ucap gue.

"Oh gitu, nggak apa kok. Biarin aja Keenan sakit, biasanya bikin ribut sama adeknya."

"Kakak yang jahat lo," kata gue ke arah Keenan yang bersiap melempar gue dengan bantal.

"Nggak minta maaf ke gue nih? Kan lo tang bikin gue demam."

"Kan udah tadi."

"Kan tadi ke nyokap, lo belum bilang maaf ke gue."

"Keenan Lucius, gue minta maaf ya. Udah kan?"

"Lah, tau nama lengkap gue?"

"Tau lah, gue kan serba tau."

"Idih, sok banget."

Gue menjulurkan lidah ke arah Keenan yang menatap gue geli. "Namanya siapa , Te?" tanya gue menunjuk anak laki-laki yang duduk di sebelah Keenan, dia lebih muda dari Netta.

"Kenzie, namanya Kenzie." Tante Dina beranjak dari duduknya. "Keen, ajak jalan-jalan gih."

"Ngapain? Enggak ah, masa aku disuruh nemenin dia jalan-jalan."

"Nggak usah tante, kan Keenan juga lagi sakit."

"Sip, udah tau gitu."

Gue melirik IPhone gue yang berkedip. Tangan gue meraihnya untuk melihat notif yang masuk.

Eri: Buru keluar, gue di depan

FionaZea: Kan gue belum minta jemput

Eri: Ya udah gue tinggal

Gue mendengus membaca pesan dari Eri. Gue memasukkan IPhone gue kembali lalu beranjak dari sofa. "Ya udah, saya mau pamit dulu ya soalnya udah mau malem. Pulang dulu ya, tante," pamit gue sembari mencium punggung tangan Tante Dina. "Keen, pulang dulu gue, jangan kangen."

"Hus, pulang sana."

"Cepet sembuh biar gerombolan lo nggak resah di sekolah." Keenan tersenyum lalu membentuk lambang 'sip' dengan ibu jarinya. Gue mebalas senyumannya lalu keluar dari rumah Keenan dan menghampiri Eri yang sudah di depan.

****

"Fin, sini" Panggil Lana dari luar kelas.

"Lo aja yang kesini, gue udah pewe," kata gue yang masih berkutat dengan laptop Sheryn yang menampilkan drama korea.

"Buset dah kalau cewek udah lihat drama korea, jadi budeg mendadak," oceh Lana.

"Gue nggak budeg, nyet. Kan gue udah bilang kalau gue males kesana, udah pewe disini," protes gue. "Lagian ngapain gue keluar? Gue kan ngga ada urusan sama lo."

"Udah, lo sini, ikut gue." Lana menarik tangan gue paksa. Gue memberontak tetapi percuma karena tenaga Lana lebih kuat. "Kalau lo makin ngeberontak, gue makin eratin pegangan gue biar tangan lo sakit."

He(A)rt - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang