Kelopak mata seorang gadis bergerak pelan disusul alis mata yang berpaut, sesaat kemudian pelupuknya mengerjap lalu tertutup kembali.
Mimpi.
Dalam pejaman masih terbayang pandangan samar dikala matanya terbuka singkat. Sensasi apa ini? Seolah ada ribuan sayap yang mengepak di dalam perutnya, menyulut rasa penasaran untuk mengecap kembali penglihatan mimpi barusan.
Pandangannya buram layaknya kaca jendela yang terguyur rinai hujan, sehingga yang terlihat hanya sebatas siluet menyerupai torso yang begitu sempurna. Sebuah torso yang seakan dipahat khusus untuk mengisi tempat paling strategis di sebuah museum, berikut dengan lampu sorot yang mengarah padanya.
Its a beautiful life.
Jika bantal yang biasa dipeluknya mampu menjelma menjadi seorang pria, ia akan mendekapnya erat seperti sekarang dan bergelung dalam selubung kehangatan yang membaur dari sentuhan kulit mereka.
Gadis itu menggeliat kecil lalu mendesah pelan, entah sejak kapan dentingan imajiner mengalun manis dalam benaknya. Ia tersenyum menikmati aroma yang terhidu disela nafasnya, terasa maskulin sekaligus segar seakan berada pada kaki bukit di subuh hari.
Even just breathing feels good.
Mungkin seperti ini nasib jomblo yang gemar nonton drama korea dan terlalu sering menghayal ketinggian, apalagi kalau spesialis cerita drama-romance-fantasy seperti dirinya. Terkadang hayalan jadi mimpi, tapi mimpi tak kunjung jadi realita. Sangking indahnya bermimpi sampai-sampai sewaktu bangun pun masih terbayang-bayang. Ya nasib.
Pandangan yang tadinya kabur perlahan-lahan mendapatkan fokusnya. Shania, gadis yang terbaring itu mengernyit setengah sadar. Gulingnya memang ajaib setiap hari bisa berubah menjadi Do Min Joon, Yoo Shi Jin, Kim Tan, Lee Yeong, Yoo Jung, Wang Yeo, Kim Shin dll -tentu saja hanya dalam mimpinya. Tapi yang dihadapannya ini siapa ya? Wajahnya asing meski tetap setampan oppa-oppa koriya.
Tunggu! Bukannya sekarang dia sudah bangun? Kok hayalannya masih lanjut?
Shania mengangkat tangannya dan menyentuh wajah orang itu dengan telunjuknya, sejurus kemudian mata kantuknya menyalang.
"AAAAAAAKH!!!!" ia menjerit terperanjat.
Dihadapannya orang betulan. Refleks Shania menendang orang itu kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari alat apa saja yang bisa memukul orang.
Pria itu terduduk di atas tempat tidur dengan bed cover yang menumpuk diperut dan kakinya, ia menguap seambil menggaruk tengkuknya kemudian mengedarkan pandang dengan mata yang terbuka separuh belum sadar sepenuhnya.
Gila! Gila! Gila! Jadi gue tidur sama cowok? Mana tuh cowok nggak pake baju lagi! Omaigat!. Batin Shania panik sambil meraba-raba bajunya untuk memastikan kalau ia bukan dalam kondisi tidak senonoh.
Pemandangan di hadapannya memang menggiurkan, seongok pria tampan bertubuh atletis tanpa otot-otot yang menonjol berlebihan. Shania mengeleng cepat, apa yang sedang ia pikirkan? Ini bukan waktunya fangirling-an! Bisa aja kan pria dihadapannya ini rampok, teroris, alien, atau pangeran dari masa lalu yang terdampar di kamarnya. Tunggu, kok macem cerita drama koriya?
Salah fokus mulu gue! Siapa suruh ganteng! Duh rempong banget!
Shania mengacungkan suling -yang diyakini dapat menggebuk kepala orang sampe mampus- tepat di depan hidung pria itu.
"Siapa lo?!" bentaknya galak dengan tampang sangar. Sebenarnya, Shania nggak tega juga galak-galak sama cowok cakep apalagi yang tampangnya polos baru bangun gitu, mana bibirnya merah dan agak terbuka kan lebih cocok di sosor daripada di tampol.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINOSIDE [COMPLETED]
FantasyShania terkejut mendapati bantal yang biasa dipeluknya saat tidur tiba-tiba menjelma jadi pria tampan dan berkata bahwa Shania adalah istrinya. Mungkin efek kelamaan jomblo dan kebanyakan nonton drama korea, dirinya suka ngayal...