[Chapter 5] - Boiled Noodles

11.2K 966 53
                                    


Secercah sinar mentari menyelubungi kamar seorang gadis yang masih terlelap di atas tempat tidurnya. merasa terganggu dengan intensitas cahaya yang semakin terang merasuki kamarnya, ia membalikkan badannya ke posisi tengkurap kemudian menjulurkan tangannya dari dalam bed cover untuk mematikan alarm di atas meja kecil sebelah tempat tidur berselang satu menit sebelum alarm itu berbunyi.

Shania terduduk di atas tempat tidur, ia merenggangkan tangan di udara sembari menguap lebar lalu memberikan perenggangan kecil pada lehernya. Masih dengan mata setengah terpejam, Shania menggeserkan kakinya untuk turun dari tempat tidur. Mendadak  ia teringat sesuatu.

Gadis itu menoleh kebelakang dan tak mendapati siapapun disana, atau lebih tepatnya tak ada jejak siapapun di sana karena sisi tersebut terlihat rapi –berhubung dia bukan tipikal orang yang banyak bergerak sewaktu tidur. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling kamar, pun tak menemukan seorangpun.

Apa cuma mimpi ya...

Shania mengerjap kemudian terkekeh sendiri, merasa sangat konyol. Mana ada sih bantal guling jadi dewa, udah gitu dewanya innocent banget lagi padahal kemaren dia super galak, kalo dewa beneran pasti dirinya udah gosong kesamber petir atau disambit trisula. Shania menggaruk-garuk tengkuknya kemudian menguap sekali lagi sebelum turun dari tempat tidur.

Gadis itu melangkah malas ke arah pintu, menggenggam kenopnya kemudian memutarnya. Saat pintu terbuka tiba-tiba....

DUAAARRRRR...

Terdengar suara ledakan maha dahsyat, spontan Shania terperanjat dan langsung tiarap diantai. "ANJERRR!!!" pekik Shania refleks.

Mati gue! Mati gue! Bunyi apaan tuh?! Jangan-jangan ada teroris yang ngebom apartment gueeee?!!! Atau dewa yang kemaren beneran lagi! Terus ngamuk-ngamuk mau ngancurin bumi gara-gara gue omelin seharian. Demi dewa!!!! Ampuuunn!!! Makkkkkk, tolong ayeeeee!!!!

Shania komat-kamit panik sendiri. Menyadari tak ada ledakan susulan, ia berdiri dari posisi tiarapnya dan merasa tolol seketika melihat dapur. Ledakan tadi bukan berasal dari teroris yang ngebom seenak jidat atau ban mobil pak bambang yang meledak di jalan, melainkan ulah seorang dewa sableng yang sedang mematung di depan kompor sambil memegang tutup panci dan mie instan yang berserak kemana-mana, bahkan sampai menggantung di kepalanya.

Gin menoleh ke arah Shania, "Gin lapar, Sha." Ujarnya dengan ekspresi memelas.

Shania melotot tajam, kalau dalam anime pasti kepalanya sudah beruap saking geramnya. "LO NGAPAIN SIH PAGI-PAGI?!!" semburnya galak.

"Gin mau bikin mie instan."

Shania berjalan menuju dapur. Kampret lah pagi-pagi udah dibikin gondok, rutuknya.

"Kenapa lo nggak minta gue bikinin aja sih?! Kalo gini kan gue yang repot bersihin! Kalo nggak bisa bikin ya jangan bikin!" Shania mengacak-acak rambutnya frustasi. Untung saja dapurnya menggunakan electric stove -kompor listrik tanpa api, kalau tidak pasti dapurnya sudah terbakar.

"Gin nggak tega bangunin Shasha," Tutur Gin dengan dagu ditekan keatas pertanda merengut, ia memasang ekspresi menyesal yang membuat siapapun ingin mengusap kepalanya ketimbang memarahinya.

Shania mendengus kesal, Sompreetttt! kenapa kalo dewa guling masang tampang innocent gue langsung gak tega gini? payah banget sih gue!"

Merasa harus meredam emosinya sebelum kalap mencabik-cabik orang dihadapannya, Shania mengambil tomat di dekat kompor lalu memasukkan ke mulutnya bulat-bulat dan mengunyahnya tak peduli dengan air tomat yang mengucur dari sela bibirnya.

GINOSIDE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang