[Chapter 15] - Late

5.8K 484 50
                                    

Sebenernya aku heran plus seneng juga sih, masih ada aja yang nanyain cerita ini. Okelah karena byk yang request akhirnya aku repost kelengkapan cerita ini. Ada 4 chapter terisa.
Tapi perlu kalian ketahui, ending cerita ini mengecewakan. Kalau mau baca silahkan. Kalo nggak kuat hati lewatkan. Jangan salahkan saya ya kalo kecewa sama endingnya hohoho...
Ps: baca cerita ku yg baru yuk 🤣

~*~*~*~

Gagal menemukan Gavrel di kampus pagi tadi membuat Shania cemas. Di satu hal ia menyadari kekhawatirannya terlalu berlebihan, tapi di lain hal dia merasakan harus sekhawatir ini tanpa tahu apa alasannya.

Setelah dosen mengakhiri kelas yang terasa sangat lama bagi Shania, cepat-cepat gadis itu pergi ke fakultas ekonomi untuk mencari Gavrel. Tetapi hasilnya tetap sama, ia tak menemukan pemuda itu di manapun. Shania menghela napas panjang, ia mengira-ngira apa mungkin Gavrel sudah pulang? Sewaktu ia berbalik, dari arah berlawanan terlihat Dimas tengah berjalan dengan teman-temannya.

"Dimas!" panggil Shania. Pemuda itu berhenti di depan Shania lalu menyuruh teman-temannya duluan.

"Shan, lo tau nggak Gavrel kemana?"

"Lha? Gue baru aja mau nanya sama lo." Shania mengerutkan dahi, "dia nggak ada di apartemennya, nggak masuk juga dia?"

Dimas mengangguk, "Iya, Untung aja hari ini nggak ada UTS."

"Terus tugasnya gimana?"

"Dia ngumpul. Tadi pagi tugasnya ada di depan pintu kos gue, tapi orangya kagak ada. Gue hubungin juga nomornya nggak aktif." Dimas tampak berpikir sejenak, "Gini deh... kita liat besok aja, kelas gue besok UTS terakhir."

Shania mendengus, menunggu sampe besok? Dia tidak bisa menanti selama itu, bisa-bisa malam ini dirinya tidak bisa tidur. Tapi akhirnya Shania hanya bisa pasrah, "Yaudah kalo gitu, gue balik dulu ya."

Dimas mengangguk, Shania pun berbalik meninggalkan pemuda itu. Namun, baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba ia mendengar Dimas menggerutu, "Tuh anak kebiasaan ngilangnya kumat lagi." sontak Shania menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan, "maksud lo?"

"Hah? Apaan?" Dimas malah melongo.

"Itu yang Gavrel suka ngilang?"

"Oh... Emang gitu kan si Gavrel? suka ngilang nggak jelas tiba-tiba. Emang sama lo dia nggak gitu?"

Perkataan Dimas membuat Shania semakin bingung, menghilang tiba-tiba? Gavrel? Nggak dia banget! Gavrel itu biasanya selalu ada dan selalu ngasih tau kalo ada kesibukan yang bikin dia nggak bisa di hubungin. "Nggak pernah," Jawab Shania.

"Berarti ke elo dia nggak gitu. Mungkin dia kecewa nggak bisa ikut turnamen gara-gara tangannya terkilir," ucap Dimas sambil mengangkat bahu di akhir kalimat.

~*~*~*~

"Shasha cepet tidur, katanya besok ada ujian pagi. Ntar bangunnya telat baru tau." Gin mendengus sambil menggelembungkan pipinnya. Dia sudah pusing melihat Shania yang uring-uringan di depan meja belajar, sejak tadi kerjaan gadis itu bukannya belajar malah duduk, berdiri, lalu mondar mandir kayak setrikaan.

Belum lagi sore tadi harusnya mereka belanja di supermarket, tapi mood Shania yang kacau membuat gadis itu menunda rencana yang mereka buat beberapa hari yang lalu. Kalau sudah begini, Gin yang terkena imbasnya. Ia harus mencampur shampo dengan air pas keramas tadi, menggoreng kerupuk pakai minyak jelantah, sampe nyuci piring pake detergen karna sanlait-nya habis.

"Shaniaaa..." Gin yang nyaris jengkel karena tak kunjung diacuhkan Shania, akhirnya menarik tangan gadis itu dan membawanya ke kamar.

"Apa sih Gin! masih jam sepuluh juga!" tolak Shania Sewot. Gadis itu hendak menepis tangan Gin, namun pria itu lebih dulu melepas genggamannya. Shania kira Gin akan membebaskannya, tapi dia keliru. Tak dinyana, pria itu malah menyelipkan tangannya di punggung dan belakang lutut Shania dengan cepat, lalu menggendong gadis itu ala bridal.

GINOSIDE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang