Shania memasukkan password apartemennya kemudian memutar gagang pintu dan mendorongnya.
"SHASHAAAA!!!" seruan itu berasal dari seseorang yang melompat dari sofa dan berlari ke arah Shania dengan tangan terentang.
"Gin! Ja—" ucapan Shania menggantung karena diterjang dekapan erat seorang pria sampai-sampai mereka jatuh terduduk di depan pintu.
Gin melepas pelukannya, bersimpuh di depan Shania sambil memegang bahu gadis itu, pria itu menyunggingkan senyum lebar khasnya diiringi binar innocent. Matanya yang agak sayu itu membulat, "Gin kangen Shania, Shania kangen Gin?" ia jeda sesaat lalu mengernyit, "enggak kangen?" tanyanya polos lalu mengatupkan mulutnya.
Shania menatap langit-langit sambil menggumam "Hmm" sebenarnya ia lagi menahan senyum. "Emang orang yang kabur tiba-tiba harus dikangenin, gitu?" Tanyanya sambil pura-pura jutek.
"Kangen aja~" Gin kembali memeluknya. Kali ini pria itu menempelkan pipinya ke pipi Shania lalu menggoyang-goyangkannya. Unyel-unyel.
"Kalo mau dikangenin bilang dulu kemaren kemana?" bukannya menjawab, Gin malah mencium pipi kiri Shania. "Ih Gin kan gue bilang ja—" Gin mencium pipi kanannya. "Gin jangan ci—" kali ini Gin mencium keningnya. "Gin!!! Hahaha" tawa Shania menyembur saat Gin mencium pipi kanan, kiri, dan keningnya secara cepat dan berulang. Ia merasa seperti es krim yang meleleh, geli banget. "Gin ihhh..." Shania mendorong pundak Gin namun pria itu tak mundur sedikitpun, malah ikut tertawa dan tetap menciumnya. Hey! bukannya anak anjing yang kemarin udah di bawa ke bandung? Kok masih ada? Haha.
Lorong apartemen yang semula penuh dengan gelak mereka mendadak hening ketika dua bibir yang menguarkan tawa itu menyatu.
"Sha, makanannya mana?"
"Hah?" Shania menggelengkan kepalanya yang sempat blank, ada rasa hangat merambat ke pipinya yang bersemu.
Gin mengecek tangan Shania dan tak menemukan apapun, tas gadis itu juga terlalu kecil untuk menyimpan makanan yang banyak. "Enggak ada?" Pria itu mendengus lalu berdiri, "Bye, Shania. Gin mau ngilang lagi," ucapnya mengutip baris terakhir di post-it Shania tadi pagi. Ia melangkah mundur sambil melambaikan tangan.
"Ish... Gin!" Shania ikut bangkit. Ia baru sadar kalau rantang taperwer dari rumah Gavrel ketinggalan di mobil karena tadi ia buru-buru pergi agar Gavrel tak mengantarnya.
Mata Shania melebar sewaktu melihat Gavrel muncul di ujung lorong, ia menarik tangan Gin lalu mendorong pria itu ke dalam unit apartemennya dan tak sengaja membanting pintu saat menutupnya.
Debuman itu membuat Gavrel yang semula menunduk menatap layar ponsel, meluruskan kepalanya lalu memasukkan smartphone-nya ke saku. "Kenapa, Sun?" tanyanya, Shania menggeleng cepat. "Punya lo ketinggalan di mobil." Gavrel sambil menjulurkan rantang tiga tingkat.
"Thanks ya, Gav." Shania mengambil rantang itu dan menunggu Gavrel berbelok di ujung lorong baru ia masuk.
~*~*~*~
Shania berleyeh-leyeh di tempat tidurnya sambil mengusap ponsel dnegan ibu jari, tepatnya membaca lain tudey -portal berita yang lagi kekinian. Gosip tentang Ibunya tak lagi jadi topik hangat, meskipun sewaktu-waktu kehebohan masih bisa terulang.
"Sha, boleh Gin tidur sama Shasha?" tanya Gin di ambang pintu, ia lalu memeluk tubuhnya sendiri. "Gin sudah hangat, nggak dingin kayak kemarin." sepertinya pria itu tahu kalau semalam Shania tidur di matras karena tak tahan dengan suhu tubuhnya.
"Udah sikat gigi?"
Gin melengos lalu pergi ke kamar mandi, tak lama kemudian ia datang lagi. "Selesai," ucapnya sambil memperlihatnya deretan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINOSIDE [COMPLETED]
FantasyShania terkejut mendapati bantal yang biasa dipeluknya saat tidur tiba-tiba menjelma jadi pria tampan dan berkata bahwa Shania adalah istrinya. Mungkin efek kelamaan jomblo dan kebanyakan nonton drama korea, dirinya suka ngayal...