[Chapter 3] - The Cheerfull and Squishy God

14.8K 1.2K 94
                                    

"Sebenernya ini apartment siapa sih? Kok gue berasa maling?!" gerutu Shania gusar.

Gadis itu sedangmengendap-endap masuk ke apartmentnya lalu mengedarkan pandang mencari keberadaan dewa jadi-jadian itu tapi tak menemukannya.

Saat Shania melihat kearah dapur, kantung laundry yang dijinjingnya langsung terjatuh. Ia menghampiri dapur yang super berantakan, toples-toples makanan yang sengaja ia simpan di kulkas kini ludes dan tempatnya berserak di meja makan, belum lagi bungkus makanan ringan, botol minuman dan kotak ice cream.

"Ini kenapa berantakan begini?!" Shania berkacak pinggang, ini pasti perbuatan dewa jadi-jadian itu. Rasanya ia ingin memasukkan pria itu ke dalam karung lalu melemparkannya ke gunung berapi.

Tetapi amarah yang memuncak langsung turun drastis ketika seseorang memeluknya dari belakang lalu menempelkan pipinya ke pipi Shania. Gadis itu dapat merasakan orang yang memeluknya tersenyum karena gerakan tulang pipi yang meninggi.

"Shania udah pulang.." nada pria itu terdengar ceria.

Shania mengerjap, tersadar dari buaian sesaat. Ia melepaskan pelukan itu lalu berbalik hendak membentak si pembuat onar tersebut, namun emosinya menguap begitu saja ketika melihat pria dihadapannya mengenakan topi kupluk bertelinga beruang sembari tersenyum lebar.

"Shasha capek? Shasha mau istirahat?" tanya pria itu dengan ekspresi polos yang lucu.

Aihh imutnya.

Shania mendekap mulutnya sendiri, menahan diri untuk tidak tersenyum dan terbawa suasana walau sedikit euforia seakan menggelitik perutnya. Tidak, dia tidak boleh terbawa perasaan dengan orang asing ini.

Shania melewati pria itu menuju depan pintu untuk mengambil kantung laundry yang tadi ditinggalkan, "Nih, mandi terus ganti baju dulu. Gue mau beresin dapur yang lo berantakin." Ujarnya sembari mendengus diakhir kalimat.

Merasa kalau pria itu masih mengikutinya menuju dapur ia pun berbalik sambil berkacak pinggang, "Jangan bilang kalo seorang dewa nggak bisa mandi sama pake baju sendiri?!" omelnya. Mungkin aja kan dewa nggak bisa karna terbiasa dilayani dayang-dayangnya kayak di pelem-pelem.

"Bisa kok."

"Good, then do it now."

Setelah memindahkan sampah ke kantung plastik dan merapikan meja makan serta counter dapur, ia menggambil gelas yang sudah terisi penuh air di dispenser kemudian berbalik hendak meminumnya namun kegiatan itu terurung sewaktu melihat seorang pria berjalan ke arahnya.

Pria itu mengenakan kaus bergaris-garis horizontal biru putih dan celana chino warna khaki. Sudah Shania duga, ukuran baju Gavrel pas dengannya karena mereka hampir sama mungkin hanya berbeda 5cm, tentu saja Gavrel yang lebih tinggi.

Tapi seperti ada yang kurang... apa ya?

Good looking? Yes, no doubt.

Charming? Yes, absolutly!

Instagram-able? Oh Gosh so fckin yes! He has a big cheesy grin on his face that will make all girl's heart gflutter.

Terus yang kurang apa dong?

Baju? Udah. Celana? Udah. Rambut masih basah berantakan tapi tetep oke. Sepatu? Hmm.. bisa beli sendal jepit di warung ntar.

Shania menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pemikiran tadi. "Lo nggak bisa apa pake kuatan lo buat ngeringin rambut?" komentarnya setelah melihat air yang masih menetes dari rambut pria itu.

"Kekuatan saya itu cahaya bukan angin."

"Ya apa kek, tunjukin dikit aja nggak ketauan juga kok sama yang Di Atas." Bujuk Shania, entah kenapa dirinya tiba-tiba penasaran. Abisnya gemas aja ngeliat dewa kok nggak guna.

GINOSIDE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang