[Chapter 10] - Revealing Some Secrets

8.7K 740 33
                                    

Halo semuanya \^^/ aku mau ngasih tau kalo ada revisi sedikit di beberapa part sebelumnya, tapi yang paling jelas itu di part 9. Aku kasih tau aja nih buat yang nggak mau baca ulang, Shania itu pernah suka sama Gavrel. dulu. dan sekarang gatau *loh.

oh ya yang di mulmed itu Lawangwangi, Chap ini edisi kangen bandung *loh. Happy reading~^^

~*~*~*~

Shania menempelkan telapak tangannya di kening pria yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Dingin. Sejak kemarin malam suhu tubuh Gin terus mendingin seperti mengidap hipotermia, awalnya ia sangat cemas namun pria yang biasanya bersuhu hangat itu sempat terbangun sebentar dan berkata dengan suara paraunya bahwa ia baik-baik saja.

Shania pun mengira kalau mungkin saja kalau dewa sakit tubuhnya jadi dingin -kebalikan manusia. Entahlah. Sejak ia pulang kampus sejam yang lalu, Gin masih terlelap atau bahkan belum bangun dari kemarin malam.

Shania keluar dari kamarnya, menulis post-it untuk di tempelkan di kulkas. Ia tahu betul kalau bangun nanti Gin pasti mencari makanan.

Gin, kalo laper ada bubur sama sup ayam dalam panci di atas kompor.

Panasin dulu sebelum dimakan, tapi bentar aja jangan sampe gosong.

Gue pergi dulu, kemungkinan pulangnya malam.

-Shasha-

Tangan Shania berhenti, "kok rada nggak tega ya? Baru dateng udah ditinggalin." Gumamnya, ia pun menambahkan sogokan.

Ps: Jangan ngilang lagi ya, nanti gue bawain makanan yang banyak.

Tak lama kemudian bel berbunyi. Shania bergegas menuju rak sepatu di dekat pintu lalu memasang sepatu oxford di kakinya. Ia mematut bayangannya di kaca rak, blouse lengan pendek berwarna biru pucat dan skinny jeans putihnya tampak rapi, ia juga mengganti kaca matanya dengan softlens hari ini. Oke rediiii!!!

~*~*~*~

Shania selalu suka bandung.

Meski orang bilang Bandung nggak sedingin dulu dan mulai sesak apalagi pas weekend sumpeknya kayak Jakarta, tapi Shania takkan berpikir dua kali bila seseorang mengajaknya menetap kembali di kota kelahirannya itu.

Ia selalu suka bunga-bunga yang bermekaran di antara pohon-pohon pinggir jalan, atau kursi-kursi taman di trotoar yang bersih, serta berbagai tempat iconic yang menarik. Namun yang paling disukainya adalah sisi vintage kota kembang tersebut, rumah-rumah bergaya lama yang masih banyak terlihat di kanan kiri jalan-jalan tertentu.

Katanya sih pemerintah tidak mengijinkan rumah model lama di pinggiran jalan utama di-rebuilt, hanya boleh di renovasi. Tujuannya sebagai ciri khas. Pantas saja kota ini minim gedung-gedung tinggi.

"Jangan liat ke luar terus, bisa keseleo ntar leher lo." Gavrel tersenyum geli.

Shania menoleh cemberut pada Gavrel, pemuda itu tetap terlihat tampan meski hanya mengenakan T-shirt polos biru navy dan celana kargo pendek berwarna krem –gaya casual seseorang yang pulang ke rumah.

"Gav, ntar mampir ke Lawangwangi yuk?" celetuk Shania saat mereka berhenti di lampu merah.

"Bukannya waktu itu udah?

"Pengen ke sana lagi, ya ya ya???" pinta Shania separuh merengek.

"Iya..iya..."

"Yes!!" Shania bersorak ria. Gavrel hanya tersenyum singkat padanya lalu menggerakkan persneling dan menginjak pedal gas saat traffic light kembali hijau, sesampainya di persimpangan ia melirik spion luar lalu memutar kemudi ke kanan untuk berbelok.

GINOSIDE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang