Part 9

35 4 0
                                    

Sherryn P.O.V

Jam didindingku telah menunjukkan pukul 00.30 tengah malam. Mataku masih saja tak bergerak sedikitpun dari buku 'The Dark World' yang baru saja ku pinjam.

'Tak ada makhluk lain yang dapat seabadi Sang Pencipta. Semua makhluk kelak akan kembali pada-Nya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan cara mati mengenaskan karena gigitan Vampire--makhluk penghisap darah. Makhluk yang mampu bertahan dari gigitan Vampire dapat dipastikan menjadi kaum Vampire pula.'

Itulah yang tertera dilembar ke-95 buku tersebut.

Tok.. Tok.. Tok..

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan. Ketukan itu berasal dari jendela kamarku. Siapa yang mengetuknya? Ah, sudahlah. Mungkin saja itu hanya rasa parno-ku saja.

Tok.. Tok.. Tok..

Lagi-lagi suara ketukan itu kembali terdengar. Segera ku tutup buku yang kubaca dan berjalan mendekati jendela tersebut. Tunggu. Bagaimana jika itu seorang pencuri? Ku raih raket bulutangkis-ku. Yeah, sekedar untuk berjaga-jaga.

Perlahan, kubuka jendela kamarku dan mendapati seseorang tengah berjongkok ditepi jendela kamarku. Apa ia pencuri? Segera kuhujami tubuh orang tersebut dengan pukulan bertubi-tubi raketku. Ia mengerang kesakitan.

"Hei, berhenti memukulku. Itu sangat menyakitkan." Orang tersebut pun masuk kedalam kamarku untuk menghidari pukulan raketku. Ia duduk ditepi ranjangku sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi kupukul. Ku dekati orang tersebut. Ku telusuri tiap lekuk wajahnya.

"Morgan?" Tanyaku tak percaya. Aku menatap heran pria yang duduk ditepi ranjangku tersebut. "Apa yang kau lakukan disini, hah?" Tanyaku setengah berbisik.

"Ssttt!" Morgan meletakkan jari telunjuk kanannya tepat dibibirku. "Apa yang kau lakukan?" Tanyaku mengelakkan jari Morgan dari bibirku dan menatap matanya lekat.

Matanya.. Matanya.. Matanya berbeda! Warna iris matanya kini cokelat kehitaman. Tunggu. Terakhir kali aku menatapnya, iris matanya berwarna merah. Tapi, sekarang? Bagaimana warna matanya dapat berubah-ubah?

"Maaf mengganggumu tengah malam seperti ini. Aku hanya ingin memastikan jika kau baik-baik saja," ujarnya datar.

"Aku baik-baik saja. Apa maksudmu bertanya seperti itu?" Tanyaku bingung.

"Tak apa. Kau tinggal sendiri?" Morgan bangkit berdiri. Jarinya mulai menyusuri satu per satu buku yang tertata di rak kamarku.

"Aku tinggal dengan kakakku." Jawabku sambil duduk ditepi ranjang tepat ditempat tadi Morgan duduki.

"Dimana dia?" Tanya Morgan lagi. "Dia dikamar lantai satu. Hei, apa kau datang kesini untuk menginterogasiku?" Tanyaku kesal.

Morgan tertawa kecil. Ini pertama kalinya aku mendengar tawanya. "Oke, well," Morgan berjalan menuju jendela. "Aku akan menjemputmu besok. Kita berangkat sekolah bersama, oke?" Morgan pun membuka jendelaku dan meloncat dari jendela tersebut.

"Morgan!" Pekikku terkejut. Aku pun berlari untuk melihat keadaan Morgan dari jendela tersebut. Bayangkan saja, kamarku berada di lantai dua. Dia baru saja melompat dari lantai dua.

Tapi, hei, dimana Morgan? Apa dia telah pergi? Bagaimana bisa? Lagi dan lagi muncul keganjilan dalam tubuh pria misterius itu.

The Dark WorldWhere stories live. Discover now