Part 16

31 4 0
                                    

Still Morgan P.O.V


"Hentikan itu!" Cegahku.
"Oke. Aku akan melakukannya!" Teriakku. Rafael dan Ilham pun berhenti mengerang kesakitan. "Jangan, Gan!" Teriak Rafael. Namun, aku tak menghiraukannya.

Elverra tersenyum kecut dan berjalan mendekatiku. "Keputusan yang bijak, Morgan Sayang. Tenang, aku tak akan menyakitimu. Aku hanya membutuhkan kekuatanmu untuk membantuku menciptakan The Dark World. Aku akan menguasai dunia. Semua makhluk akan tunduk pada kekuasaanku!" Elverra menatapku tajam.

Sial. Dia mencoba menyakitiku lewat pikiran seperti apa yang Reza lakukan tadi. Aku berusaha mengosongkan pikiranku. Supaya ia tak terlalu dapat menguasai pikiranku.

Sakit kepalaku tiba-tiba saja menghilang. "Well, kau cukup cerdas untuk mengunci pikiranmu. Tapi, bagaimana jika dia," Elverra menunjuk Sherryn, "yang akan melaksanakan tugas untuk menyerap kekuatanmu. Yeah, gadis itu akan menampung kekuatanmu sementara. Hanya sementara sampai aku mengembalikan dirinya seperti sedia kala." Jelas Elverra.

Elverra menjentikkan jarinya. Sherryn pun seakan menerima dan akan melaksanakan komando dari Elverra. Sherryn menarik tubuhku untuk bangkit berdiri. Bola matanya menatapku lekat. "Argh!" Rasanya jauh lebih menyakitkan saat dia menatap mataku. Mata cokelat madunya tersembunyi dibalik mata hitam--warna iris mata khas clan Sevmns.

Aku memejamkan mataku. Tubuhku melemas. Ia menarik kekuatanku lewat sorot matanya. Tapi, tak lama kemudian, warna iris mata Sherryn mulai kembali ke warna aslinya cokelat madu.

Sherryn seakan tersadar dari tidur panjangnya. Ia mengedarkan tatapannya melihat sekeliling dan menghentikan tatapan matanya tepat di mataku.

Sesaat kemudian, tubuhnya melemas dan terkulai jatuh. Untung saja aku menangkap tubuhnya dan segera berlari untuk mengamankannya.

***

Aku membaringkan tubuh Sherryn tepat di tepi danau Lauke, danau yang sepi dan jarang dikunjungi manusia.

Aku meraih air danau dengan telapak tanganku dan mulai membasuhkan air tersebut dengan perlahan di wajah cantik Sherryn. "Ku mohon, bangunlah!" Pintaku.

Tak lama kemudian, Sherryn mulai membuka kelopak matanya. Dengan tiba-tiba, ia bangkit dan memeluk erat tubuhku.

"Maafkan aku. Ini semua salahku. Ku mohon, maafkan aku. Aku tak bermaksud menyakiti siapapun. Aku hanya..," aku segera meletakkan jari telunjukku tepat didepan bibirnya.

"Kau tak bersalah." Ujarku menenangkannya.

Sherryn melepas pelukannya. "Tapi..tapi.. Ilham dan Rafael..," ku potong lagi ucapannya. "Everything's gonna be alright. Don't worry, okay?" Ujarku. Sherryn mengangguk kecil.

"Kau harus berlindung disini. Aku akan kembali untuk menyelamatkan Rafael dan Ilham. Ingat, jangan lakukan hal-hal yang bodoh dan menancam keselamatanmu!"

Sherryn mengangguk. "The Dark World tak akan benar-benar ada. Begitupun Elverra. Elverra tidak berbahaya. Dia hanya sebuah transformasi dari seseorang yang telah mengalami masa-masa yang terlalu amat sulit dalam hidupnya. Ia sama sepertimu. Jangan bunuh dia. Dia sama sekali tak bersalah. Hanya saja, pikirannya telah terpenuhi oleh kepuasan semata. Dia butuh orang-orang untuk memberikannya kebahagian yang amat rindukan."

Aku membelalak terkejut mendengar penuturan Sherryn. "Apa maksudmu? Hei, bagaimana kau tahu..," Sherryn segera memotong kalimatku. "Cepatlah, Gan. Kau tak mau semuanya terlambat, kan?"

Aku mengangguk dan segera pergi meninggalkan Sherryn seorang diri.

~~~

Author P.O.V

"Sial! Dimana anak itu?" Elverra terus saja mengeluh dan melampiaskan kekesalannya kepada Rafael dan Ilham.

"Aku disini," tiba-tiba saja Morgan muncul dihadapannya. Elverra tersenyum sinis. Morgan menatap nanar Rafael dan Ilham yang dipenuhi luka lebam di sekujur tubuhnya.

"Well, besar juga keberanianmu. Ku pikir, kau akan lari dan membiarkan mereka," Elverra melirik Rafael dan Ilham, "mati dengan mudahnya ditanganku."

Morgan hanya diam sambil tersenyum kecut. Morgan memandang Elverra seakan-akan Elverra adalah makhluk yang amat menjijikkan.   

The Dark WorldWhere stories live. Discover now