Part 11

37 4 0
                                    

Still Morgan P.O.V


Aku terus saja menggenggam tangan Sherryn sambil menuntunnya agar berjalan berdampingan denganku. Tak peduli akan tatapan sinis para siswa-siswi disini.

"Sebaiknya kau ikut denganku," aku menarik tangannya agar mengikuti langkahku kesuatu tempat. Tempat favorite-ku di sekolah ini. Perpustakaan.


--

Sherryn P.O.V


Jujur saja, aku merasa risih akan tatapan para siswi disini. Mereka seakan ingin memakanku bulat-bulat karena Morgan berada sangat dekat denganku. Well, pria ini terus saja menggenggam erat tanganku. Awalnya, aku kurang nyaman dengan apa yang Morgan lakukan namun, entah kenapa aku tak ingin ia melepaskan genggamannya. Genggamannya amat sangat hangat dan nyaman untukku.

***

Author P.O.V

Lagi-lagi hanya keheningan yang Morgan dan Sherryn hadapi. Morgan sibuk dengan buku yang ada di genggamannya sedangkan Sherryn sibuk menekan tombol-tombol handphone-nya.

"Err.. Kenapa kau mengajakku kesini?" Sherryn memecah keheningan. Morgan tak menghiraukannya.

"Hei!" Sherryn meraih buku yang dibaca Morgan. Morgan mendengus kesal. "Kembalikan, please. Jangan bersikap seperti Rafael!" Pinta Morgan.

Sherryn mengernyitkan dahinya. "Siapa Rafael?" Tanya Sherryn.

"Kakakku," jawab Morgan singkat. "Nah, sekarang, kembalikan buku itu padaku!" Morgan menggertak Sherryn. Tapi, untungnya Sherryn sigap atas gertakkan Morgan.

Selama beberapa menit Morgan dan Sherryn sibuk berkutat. Tiba-tiba saja, seseorang dengan gerakan cepat menarik tangan Sherryn dan menjauh dari Morgan.

"Sherryn!" Pekik Morgan.


***

Sherryn P.O.V

Tak tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi, tiba-tiba saja tubuhku seakan tertarik kuat dan seseorang seakan membopong tubuhku sehingga berada di tempat asing ini.

"Morgan!" Panggilku.

Sret..!!!
Tiba-tiba sekelebat bayangan hitam melewatiku. "Siapa?" Seruku.

"Hei, Cantik!" Kurasakan hembusan nafas seseorang menerpa kulitku. Aku pun menoleh dan... Tak ada siapapun!

"Hai, aku Bisma." Tak lama muncullah seorang pria dihadapanku. Ia tersenyum kecut kepadaku. "Mau apa kau?" Gertakku.

"Tenang, cantik. Aku tak akan menyakitimu. Aku hanya ingin meminta bantuanmu." Jelasnya. "Bantuan apa?" Tanyaku sinis.

"Ehm.. Biar kujelaskan sedikit. Kau tahu, Elverra, pemimpin clan-ku membutuhkan bantuan Morgan untuk mendapatkan keabadian. Nah, aku meminta bantuanmu untuk membawa Morgan kepadaku. Bisa, kan?" Lagi-lagi ia tersenyum kecut dan mulai menyusuri tiap lekuk wajahku dengan tangan kanannya. Segera ku tepis tangannya. "Jangan sentuh aku!" Bentakku.   

The Dark WorldWhere stories live. Discover now