Elverra menatap Morgan tajam. Morgan balas menatapnya. Sesaat kemudian, Morgan mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya
"Morgan! Jangan tatap matanya!" Teriak Rafael. Morgan mengabaikan perkataan Rafael. Matanya masih menatap tajam Elverra walaupun jelas terpancar dari wajahnya kesakitan yang luar biasa. Morgan membiarkan Elverra masuk dan menguasai pikirannya.
"Lemah!" Elverra berteriak dalam pikiran Morgan.
Morgan hanya diam sambil mencoba berkonsentrasi untuk menggunakan bakat khususnya--membaca pikiran Elverra.
~~~
Morgan P.O.V
Mom? Dad? Rafael dan aku?
Itulah yang ada dalam pikiran Elverra. Ku lihat masa kecilku.
"Mom!" Jelas anak kecil yang tengah berlari memeluk seorang wanita cantik berambut hitam lekat, itu aku. "Mom, Rafa mengambil robot-robotanku," Morgan kecil menangis dengan manjanya.
"Rafael," Mom menatap Rafael yang tengah bermain robot-robotan Morgan. Rafael pun berjalan lesu ke arah Morgan kecil dan menyerahkan robot-robotannya. "Dasar, manja!" Umpat Rafael.
Morgan kecil hanya mengulurkan lidahnya dan memeluk erat robot-robottannya itu.
"Hei, Eliz, Morgan, Rafael!" Seorang pria tinggi berkulit putih melambaikan tangan. Pria itu, pria itu ayahku. Dad!
Tiba-tiba penglihatanku buram dan apa yang kulihat tadi menghilang. Kini, aku hanya Elverra yang tengah menatapku tajam.
"Mom," lirihku. Elverra mengendurkan tatapannya terhadapku. Rasa sakit yang sedari tadi merasuki otakku secara perlahan menghilang.
"A.. Apa yang kau katakan tadi?" Tanya Elverra terbata-bata. "Mom," lirihku lagi.
Aku tahu semuanya. Elverra adalah Elizabeth. Ia adalah ibu yang telah melahirkanku!
~~~
Elverra P.O.V
Apa? Anak ini memanggilku 'mom'. Entah kenapa, hatiku menghangat mendengar ucapannya yang lirih tadi. Mom? Kenapa dia memanggilku 'mom'?
"Mom, kembalilah. Jangan seperti ini. Aku merindukanmu. Aku butuh kasih sayangmu,"
Aku menatap wajah Morgan yang sedikit memelas. Aku tak tahu mengapa sejak ia memanggilku 'mom' tadi, aku seakan tak berani dan tak mampu mencelakainya.
Morgan mendekatiku dan memeluk tubuhku. "Aku merindukanmu," bisiknya tepat di telingaku.
Aku segera menjauhkan tubuhnya dariku. "Menjauh dariku!"
Morgan menatapku nanar. "Argh!" Tiba-tiba saja otakku seakan terbakar. Aku memejamkan mata sambil terus mengerang kesakitan dan memejamkan mataku berharap sakit ini menghilang.
Aku mengerjapkan mata. "Mom, kau kembali!" Morgan menatapku girang.
Aku meraba wajahku. Kenapa.. Kenapa wajahku menjadi..menjadi halus? Rambutku tergerai melewati bahuku. Rambutku..mengapa berubah menjadi hitam? Kulitku..mengapa menjadi putih bersih?
"Mom," kali ini giliran Rafael yang mengernyit menatapku.
Aku..aku kembali menjadi diriku sebelumnya. Aku..aku kembali menjadi Elizabeth.
"A..apa yang terjadi, Yang Mulia?" Reza mendekatiku dengan rasa takut yang luar biasa. "Aku berubah. Aku kembali menjadi Elizabeth!" Sorakku.
"Lepaskan mereka!" Perintahku kepada Reza dan Bisma sambil menunjuk Rafael dan Ilham.
Reza dan Bisma mengangguk dan segera melepaskan ikatan Rafael dan Ilham.
"Argh!" Tiba-tiba saja Morgan mengerang kesakitan.
"Mo.. Morgan? Kau kenapa!" Cemasku. Rafael, Ilham mendekati Morgan.
Apa..apa pikirannya terganggu karena perbuatanku tadi? Oh, tidak. Aku menyakiti putraku sendiri!
~~~
Sherryn P.O.V
Aku masih sajam terdiam dan berharap cemas. Semoga tak terjadi apapun dengan Morgan. Aku duduk ditepi danau sambil menyelupkan kakiku ke dalam tenangnya air danau.
Tiba-tiba saja, air danau menjadi bergemuruh dan timbul gelembung-gelembung kecil pada permukaannya.
Dengan rasa penasaran dan takut yang tinggi, aku memberanikan diri masuk ke dalam danau tersebut untuk mencari tahu asal gelembung-gelumbung itu.
YOU ARE READING
The Dark World
FanfictionRasa tertarik Sherryn Avery kepada Morgan Oey malah menuntun gadis itu masuk ke dalam sebuah bahaya besar.